Pala adalah salah satu tumbuhan utama di Maluku. Namun, petani biasanya menggunakan buah pala ini untuk diambil bijinya sedangkan bagian lainnya seperti kulit dan daging tidak digunakan.

Oleh karena itu, bagian dari buah pala yang dianggap sebagai limbah menjadi sebuah ide dari UNIDO untuk diolah menjadi Jus Pala, demikian surat dari R. K. P. Singh, Technical Project Advisor UNIDO-ILO Maluku Project yang diterima redaksi www.antaramaluku.com, Selasa.

Menurut Singh, percobaan pertama dimulai pada tahun 2007 di Desa Morela, Kabupaten Maluku Tengah dan berhasil, sehingga mendorong masyarakat dari desa Hutumuri dan Tial untuk juga membuat Jus Pala.

Dalam suratnya, ia juga menyatakan bahwa ketika Proyek UNIDO – ILO Pelagandong dimulai pada 2009 dan desa – desa ini terpilih menjadi desa intervensi proyek, masyarakat Hutumuri dan Tial pun berpikir bahwa mimpi mereka akan terwujud.

Banyak masyarakat khususnya perempuan membentuk kelompok dan memilih Jus Pala sebagai produk mereka.

Secara keseluruhan ada empat kelompok jus pala yang dibentuk dan didukung oleh Proyek.  Setiap kelompok terdiri dari sekitar 10 anggota, sehingga terdapat 40 keluarga di pulau Ambon yang saat ini terlibat di dalamnya.

UNIDO tidak hanya mendukung kelompok – kelompok ini dengan pelatihan bagaimana membuat Jus Pala, tapi juga menyediakan peralatan seperti Mesin Parut, Kompor, Timbangan Digital, Panci Kukus dan peralatan – peralatan lainnya untuk memulai proses produksi pada skala komersial.

Proyek juga menyediakan botol jus dan label pada produksi awal, serta menghubungkan kelompok dengan para pembeli yang ada di Kota Ambon maupun luar Maluku.

Saat ini jus pala telah dijual di Hotel Aston Natsepa & Resort. Hotel Mutiara Ambon punmenggunakan Jus Pala sebagai Welcome Drink bagi tamu hotel. 

Kelompok – kelompok binaan Proyek juga telah mempromosikan produk mereka pada saat pameran AGRINEX EXPO di Jakarta, 29 Maret – 01 april 2012, dan mendapatkan tanggapan yang baik dari sejumlah pembeli di Jakarta dan Jawa Timur.

Dalam UNI-ILO Maluku Project, pihak ILO mendukung kelompok – kelompok binaan dengan memberikan pelatihan dasar kewirausahaan dan manajemen bisnis, keselamatan dan kesehatan kerja, dan lain – lain.

Pelatihan lain yang diberikan berkaitan dengan dinamika kelompok dan manajemen koperasi, keterampilan, kepemimpinan, manajemen koflik, dan sebagainya.

Koperasi wanita

Saat ini. kelompok Hunilai yang terletak di Desa Toisapu – Hutumuri telah berkembang menjadi koperasi wanita, tepatnya ketika keanggotaan kelompok mencapai 25 orang.

Kelompok itu semula hanya beranggotakan 15 orang.

Proyek menghubungkan kelompok Hunilai ini dengan Dinas Koperasi dan UKM Kota Ambon untuk mendaftarkan koperasi mereka.

Anggota kelompok pun sangat senang dan bangga ketika mendapatkan perijinan dari Dinas Koperasi dan UKM Kota Ambon. 

Mereka tau perijinan tersebut dapat memperluas usaha mereka.

Semula, kelompok Hunilai hanya memroduksi jus pala sekitar 40 - 50 botol per bulan. Namun, seiring meningkatnya permintaan produksi mereka menjadi 2.500 botol per bulan. 

Laba bersih kelompok juga meningkat menjadi Rp. 4.000.000 per bulan.

Kelompok Hunilai mengirimkan produk mereka ke Jakarta, Belanda dan kota – kota lainnya di Indonesia melalui kenalan mereka atau pesanan langsung.

Tahun ini, mereka telah menerima botol dan label dari Dinas INDAG Propinsi Maluku. 

Disisi lain, biro SDM Propinsi Maluku menyatakan bahwa koperasi ini telah menjadi bagian dari 10 percontohan LKMP yang dibentuk dan didukung oleh Pemerintah Propinsi Maluku. 
Pemerintah Propinsi Maluku telah mengalokasikan Rp. 45.000.000 dana modal bergulir untuk kredit pinjaman kepada kelompok lain di dalam desa untuk memulai bisnis baru atau untuk memperluas bisnis yang ada untuk pengembangan ekonomi lokal.
 
“Anggota kelompok koperasi sangat senang karena mereka bisa melakukan aktivitas yang mendatangkan pendapatan bagi keluarga. Mereka senang karena mendapat dukungan dari suami atau anggota keluarga lainnya. Saya senang untuk terlibat dalam kelompok Jus pala, karena awalnya orang hanya membuang daging dari buah pala dan hanya sedikit yang menggunakannya untuk diolah menjadi manisan pala," kata Ibu. Nova Malimbo, sekertaris koperasi.  

Selain itu, katanya, selama musin panen harga buah sangat murah sehingga keuntungan yang didapat kelompok pun lebih besar.

Dia berharap usaha mereka di masa datang tidak hanya membuat Jus Pala tetapi juga barang – barang domestik dan simpan-pinjam.

Duta Besar Jepang untuk Indonesia, Yoshinori Katori, bersama – sama dengan timnya dan Perwakilan UNIDO, Imran Farooque, mengunjungi area produksi Jus Pala di Toisapu pada Pebruari 2012.

Mereka cukup terkesan dengan semua anggota yang dapat melakukan semua kegiatan mulai dari persiapan bahan – bahan hingga produksi, pengemasan dan pemasaran. Mereka membeli begitu banyak jus untuk dipromosikan di Kedutaan Jepang di Jakarta.

Peter Van Rooij, Pimpinan ILO Jakarta, dalam kunjungannya ke Maluku pada Januari 2011 juga sempat mengunjungi koperasi ini dan sangat terkesan dengan cara pengelolaan bisnis maupun sistem pencatatan yang dilakukan.

Dia mengatakan, “Peran dari ILO adalah untuk memfasilitasi masyarakat ...  bisnis dapat berkembang juga tergantung dari masyarakat itu sendiri. Namun, saya melihat bahwa perempuan memiliki potensi yang besar untuk sukses dalam sebuah usaha”. 

Dia juga menyarankan agar koperasi itu dapat mengembangkan produk – produk inovatif berdasarkan permintaan pasar atau pelanggan.

Selama bulan Pebruari 2011, New Zealand Aid juga telah mengunjungi koperasi ini dan cukup terkesan dengan kinerja kelompok dalam kurun waktu yang singkat. 

NZAid menghargai usaha dari UNIDO – ILO untuk mengembangkan usaha kecil di daerah pedesaan dan membangun kapasitas mereka dalam berbisnis.

Selain koperasi wanita yang memroduksi jus pala, desa Toisapu juga dikenal sebagai daerah dengan pemandangan sangat bagus dan pantai yang menarik. Banyak orang suka pergi ke sana untuk jalan – jalan dan berenang selama akhir pecan. 

Oleh karena itu, koperasi perempuan di desa itu berencana membuat sebuah kantin yang dapat digunakan untuk melayani pengunjung dalam hal kebutuhan makanan dan minuman.

Karena tidak memiliki bangunan untuk memulai usaha kantin, mereka berencana menggunakan bangunan milik salah seorang warga masyarakat yang bisa difungsikan sebagai kantor dan kantin sendiri.

Pewarta: ANTARA

Editor : John Nikita S


COPYRIGHT © ANTARA News Ambon, Maluku 2012