Ambon (Antara Maluku) - Sejumlah penderita katarak yang ingin mengikuti program operasi gratis oleh tim dokter dari Vlisingen, Belanda, mengeluhkan pelayanan dokter dan perawat pada Klinik Mata RSUD Haulussy, Kudamati, Ambon.
"Saya sudah empat hari bolak-balik mendatangi klinik mata untuk didaftarkan sekaligus mengikuti pemeriksaan awal sebelum mengikuti operasi, tetapi tidak juga dilayani oleh perawat maupun dokter yang bertugas pada klinik mata di RSUD Haulussy," kata salah seorang penderita katarak, J. Silahoy, saat ditemui ANTARA, di RSUD tersebut, Selasa.
Saat pertama kali datang untuk memeriksakan diri guna diikutsertakan dalam operasi gratis itu, dia ditolak oleh dokter maupun perawat yang bertugas di Klinik Mata RSUD, dengan alasan warga miskin yang diperbolehkan mengikuti operasi tersebut tidak boleh menggunakan kartu Asurandi Kesehatan, Jaminan Kesehatan Masyarakat maupun Jamkesda.
"Padahal, menurut petunjuk dan syarat operasi katarak gratis yang disebarkan oleh Pemkot Ambon, para peserta adalah mereka yang berasal dari keluarga miskin, serta diperbolehkan menggunakan Kartu Askes, Jamkesmas maupun Jamkesda," ujarnya.
Silahoy mengaku, banyak warga yang datang untuk memeriksakan kondisi matanya dengan harapan dapat mengikuti program operasi gratis yang merupakan bagian dari kerja sama kota bersaudara Ambon - Vlisingen, terpaksa harus pulang dengan kecewa karena ditolak oleh petugas kesehatan dan dokter pada klinik mata RSUD tersebut.
"Banyak yang ditolak dan tidak dilayani untuk mengikuti operasi gratis tersebut adalah warga miskin yang menggunakan kartu Askes, Jamkesmas dan Jamkesda. Alasannya beragam yakni kondisi katarak belum kritis, tidak boleh menggunakan kartu kesehatan apa pun serta berbagai alasan lainnya yang tidak rasional," ujarnya.
Dia menduga, ada "main mata" antara dokter RSUD dengan PT. Askes terkait biaya operasi yang akan dibayarkan BUMN tersebut kepada dokter.
"Informasi yang kami peroleh, dokter yang menangani operasi katarak warga kurang mampu dengan menggunakan Askes atau Jamkesmas, akan memperoleh pembayaran sebesar Rp750 ribu per pasien," ujarnya.
Salah seorang warga dari Kecamatan Tehoru, Kabupaten Maluku Tengah, Ny. Hatapayo (80), malah mengaku sudah mendatangi RSUD Ambon sejak Jumat (9/11) untuk mendaftarkan diri dan mengikuti pemeriksaan awal.
Tetapi, dr Elna Anakotta yang bertugas pada klinik mata rumah sakit tersebut, malah menyarankan dia untuk tidak mengikuti operasi katarak gratis, dengan alasan penyakit yang dideritanya sudah stadium akut dan mempengaruhi saraf mata.
"Dokter Elna beralasan tim dokter dari Belanda tidak bisa menangani pasien dengan status penyakit katarak akut. Saya malah disarankan untuk mendatangi tempat praktiknya di salah satu apotik di Ambon, untuk menjalani pemeriksaan dan pengobatan lanjutan termasuk kemungkinan operasi," ujarnya.
Tidak Berkantor
Dokter Elna Anakotta yang coba dikonfirmasi menyangkut keluhan warga kurang mampu tersebut, belum bisa ditemui karena tidak berada di rumah sakit.
"Ibu dokter belum datang ke kantor dan kami yang ditunjuk untuk menangani para pasien yang akan mengikuti program operasi gratis kerja sama dengan dokter dari Vlisingen," ujar beberapa perawat di klinik mata tersebut.
Kepala Dinas Kesehatan Kota Ambon, Dubaeda Threesje Torry, saat ditemui di RSUD Haulussy Ambon, mengakui pihaknya kini sedang berkoordinasi dengan Dinas Kesehatan Provinsi Maluku yang membawahi RSUD tersebut.
"Saya sedang berkoordinasi dengan Dinas Kesehatan Maluku untuk mengatasi masalah ini," katanya.
Sementara Wakil Wali Kota Ambon, Sam Latucosina yang dikonfirmasi menyangkut masalah tersebut, menyarankan untuk berkoordinasi dengan Sekretaris Kota (Sekkot) Anthony Latuheru yang dipercayakan menangani program operasi gratis tersebut.
Sekkot Anthony secara terpisah juga mengakui pihaknya akan berkoordinasi dengan berbagai pihak termasuk pimpinan RSUD untuk mengatasi masalah tersebut.
"Operasi katarak gratis oleh Tim dokter Vlisingen ini sudah empat tahun terakhir dilakukan. Tahun sebelumnya tidak ada masalah seperti ini, sehingga perlu penelusuran dan koordinasi lebih lanjut," katanya.
Operasi katarak gratis yang akan berlangsung hingga 23 November tersebut ditangani oleh dua orang dokter ahli mata Vlisingen, Belanda, yakni Hubertus Bernardus Hendricus Ketels, MD dan Hendri Frederik Dubois, MD.
COPYRIGHT © ANTARA News Ambon, Maluku 2012
"Saya sudah empat hari bolak-balik mendatangi klinik mata untuk didaftarkan sekaligus mengikuti pemeriksaan awal sebelum mengikuti operasi, tetapi tidak juga dilayani oleh perawat maupun dokter yang bertugas pada klinik mata di RSUD Haulussy," kata salah seorang penderita katarak, J. Silahoy, saat ditemui ANTARA, di RSUD tersebut, Selasa.
Saat pertama kali datang untuk memeriksakan diri guna diikutsertakan dalam operasi gratis itu, dia ditolak oleh dokter maupun perawat yang bertugas di Klinik Mata RSUD, dengan alasan warga miskin yang diperbolehkan mengikuti operasi tersebut tidak boleh menggunakan kartu Asurandi Kesehatan, Jaminan Kesehatan Masyarakat maupun Jamkesda.
"Padahal, menurut petunjuk dan syarat operasi katarak gratis yang disebarkan oleh Pemkot Ambon, para peserta adalah mereka yang berasal dari keluarga miskin, serta diperbolehkan menggunakan Kartu Askes, Jamkesmas maupun Jamkesda," ujarnya.
Silahoy mengaku, banyak warga yang datang untuk memeriksakan kondisi matanya dengan harapan dapat mengikuti program operasi gratis yang merupakan bagian dari kerja sama kota bersaudara Ambon - Vlisingen, terpaksa harus pulang dengan kecewa karena ditolak oleh petugas kesehatan dan dokter pada klinik mata RSUD tersebut.
"Banyak yang ditolak dan tidak dilayani untuk mengikuti operasi gratis tersebut adalah warga miskin yang menggunakan kartu Askes, Jamkesmas dan Jamkesda. Alasannya beragam yakni kondisi katarak belum kritis, tidak boleh menggunakan kartu kesehatan apa pun serta berbagai alasan lainnya yang tidak rasional," ujarnya.
Dia menduga, ada "main mata" antara dokter RSUD dengan PT. Askes terkait biaya operasi yang akan dibayarkan BUMN tersebut kepada dokter.
"Informasi yang kami peroleh, dokter yang menangani operasi katarak warga kurang mampu dengan menggunakan Askes atau Jamkesmas, akan memperoleh pembayaran sebesar Rp750 ribu per pasien," ujarnya.
Salah seorang warga dari Kecamatan Tehoru, Kabupaten Maluku Tengah, Ny. Hatapayo (80), malah mengaku sudah mendatangi RSUD Ambon sejak Jumat (9/11) untuk mendaftarkan diri dan mengikuti pemeriksaan awal.
Tetapi, dr Elna Anakotta yang bertugas pada klinik mata rumah sakit tersebut, malah menyarankan dia untuk tidak mengikuti operasi katarak gratis, dengan alasan penyakit yang dideritanya sudah stadium akut dan mempengaruhi saraf mata.
"Dokter Elna beralasan tim dokter dari Belanda tidak bisa menangani pasien dengan status penyakit katarak akut. Saya malah disarankan untuk mendatangi tempat praktiknya di salah satu apotik di Ambon, untuk menjalani pemeriksaan dan pengobatan lanjutan termasuk kemungkinan operasi," ujarnya.
Tidak Berkantor
Dokter Elna Anakotta yang coba dikonfirmasi menyangkut keluhan warga kurang mampu tersebut, belum bisa ditemui karena tidak berada di rumah sakit.
"Ibu dokter belum datang ke kantor dan kami yang ditunjuk untuk menangani para pasien yang akan mengikuti program operasi gratis kerja sama dengan dokter dari Vlisingen," ujar beberapa perawat di klinik mata tersebut.
Kepala Dinas Kesehatan Kota Ambon, Dubaeda Threesje Torry, saat ditemui di RSUD Haulussy Ambon, mengakui pihaknya kini sedang berkoordinasi dengan Dinas Kesehatan Provinsi Maluku yang membawahi RSUD tersebut.
"Saya sedang berkoordinasi dengan Dinas Kesehatan Maluku untuk mengatasi masalah ini," katanya.
Sementara Wakil Wali Kota Ambon, Sam Latucosina yang dikonfirmasi menyangkut masalah tersebut, menyarankan untuk berkoordinasi dengan Sekretaris Kota (Sekkot) Anthony Latuheru yang dipercayakan menangani program operasi gratis tersebut.
Sekkot Anthony secara terpisah juga mengakui pihaknya akan berkoordinasi dengan berbagai pihak termasuk pimpinan RSUD untuk mengatasi masalah tersebut.
"Operasi katarak gratis oleh Tim dokter Vlisingen ini sudah empat tahun terakhir dilakukan. Tahun sebelumnya tidak ada masalah seperti ini, sehingga perlu penelusuran dan koordinasi lebih lanjut," katanya.
Operasi katarak gratis yang akan berlangsung hingga 23 November tersebut ditangani oleh dua orang dokter ahli mata Vlisingen, Belanda, yakni Hubertus Bernardus Hendricus Ketels, MD dan Hendri Frederik Dubois, MD.
COPYRIGHT © ANTARA News Ambon, Maluku 2012