Ambon (Antara Maluku) - Sebagian warga Kota Ambon, ibu kota Provinsi Maluku, memilih begadang untuk mengantisipasi kemungkinan adanya "serangan fajar" saat menjelang Pemilihan Umum Kepala Daerah Maluku yang berlangsung Selasa mulai pukul 07.00 WIT.

Pantauan Antara sejak Senin (10/6) malam hingga Selasa dini hari, banyak warga yang terlihat begadang di sekitar permukiman masing-masing maupun di posko-posko yang telah dibangun ketika menjelang masa kampanye pilkada yang baru berlalu.

"Banyak isu yang beredar di masyarakat bahwa akan terjadi serangan fajar yang dilancarkan tim sukses pasangan calon gubernur. Karena itu kami memilih begadang menjaga lingkungan masing-masing mencegah adanya `serangan fajar`," kata Ongen warga Kayu Putih, Ambon.

Selain bedagang, Ongen bersama puluhan pemuda juga memilih melakukan ronda keliling guna memastikan wilayah mereka bebas dari berbagai kegiatan "menjaring massa" pemilih pasangan calon gubernur.

"Kami juga mengunjungi tempat pemungutan suara (TPS) untuk memantau aktivitas panitia yang sedang mempersiapkannya, sekaligus memastikan pesta demokrasi ini akan berjalan lancar, aman serta bebas dari berbagai kecurangan," katanya.

Sedangkan Yance warga Air Putri mengaku begadang bersama puluhan temannya pada posko yang dibangun di depan jalan menuju permukiman mereka juga untuk mengantisipasi serangan fajar.

Mereka memilih begadang sambil bermain kartu di posko tersebut, serta melakukan ronda keliling lingkungan secara bergiliran, guna mengantisipasi hal-hal tidak diinginkan.

"Prinsipnya kami ingin Pilkada Maluku berlangsung aman, tanpa ada intimidasi atau paksaan untuk memilih dan memenangkan pasangan calon gubernur tertentu," ujar Yance.

Yance dan teman-temannya telah bersepakat, jika ada oknum-oknum yang datang melakukan serangan fajar dengan membagi-bagikan uang atau kebutuhan pokok maka mereka akan menerima saja, tetapi ajakan untuk memilih pasangan gubernur-wakil gubernur tertentu tidak akan diikuti.

"Salah sendiri siapa suruh mereka mau membagi-bagikan uang atau kebutuhan pokok. Pokoknya suara rakyat tidak bisa dibeli dan kami semua sudah memiliki pilihan sendiri," ujar warga lainnya.

Sedangkan seorang warga Karang Panjang, Jeane, mengaku sejak Senin (10/6) hingga malam hari telah menerima 10 pesan pendek (Short message service-SMS) dari nomor telepon genggam berbeda yang berisi ajakan untuk memilih pasangan calon gubernur-Cawagub tertentu.

"Nomor-nomor teleponnya tidak terdaftar pada telepon genggam saya. Semuanya nomor baru wilayah Ambon," katanya.

Dia mengaku isi pesan pendek yang beredar tersebut sangat beragam, bahkan ada yang berisi imbauan mengarah pada suku, agama, ras dan antargolongan (Sara).

Menurut Jeane maupun warga lainnya, isu serangan fajar maupun ajakan melalui pesan pendek, merupakan bentuk ketidakpercayaan diri pasangan dan tim suksesnya, terhadap upaya dan kinerja mereka menjaring simpati masyarakat menjelang pilkada.

"Dengan cara-cara seperti itu, kami sudah bisa mengukur bahwa pasangan cagub-cawagub dan tim suksesnya merasa takut bakal kalah," katanya.

Warga juga berharap para petugas kelompok penyelenggara pemungutan suara (KPPS) dapat bekerja optimal serta jujur saat pencoblosan berlangsung, sehingga hasil Pilkada Maluku dapat dipertanggungjawabkan.

"Kami juga tahu bahwa banyak petugas KPPS menjadi tim sukses untuk pasangan tertentu, tetapi harapan kami mereka jujur dalam menjalankan tugas sebagai abdi negara. Jangan menghalalkan berbagai cara untuk memenangkan pasangan tertentu. Biarlah rakyat yang memilih sesuai hati nuraninya," ujar warga lainnya.

Pewarta: James F. Ayal

Editor : John Nikita S


COPYRIGHT © ANTARA News Ambon, Maluku 2013