Tripoli (Antara Maluku) - Sebuah helikopter militer Libya jatuh saat pertunjukan udara di kota wilayah timur, Benghazi, Kamis, menewaskan dua orang awak dan mencederai satu orang, kata seorang pejabat angkatan udara kepada AFP.
Kecelakaan itu terjadi selama parade militer di pangkalan udara Benina di Benghazi, kota terbesar kedua di Libya.
"Seorang letnan kolonel dan seorang letnan tewas... sementara anggota awak ketiga, seorang letnan, cedera serius," kata komandan pangkalan udara itu, Kolonel Nasser Busnina.
"Tampaknya semangat pilot melebihi yang diperlukan selama pertunjukan udara itu," kata Busnina.
Seorang juru bicara militer mengatakan, pesawat yang mengalami kecelakaan itu adalah helikopter serang Mi-35 yang belum lama ini menjalani pemeriksaan.
Benghazi adalah tempat lahirnya pemberontakan anti-pemerintah yang menggulingkan rejim Muamar Gaddafi pada 2011. Kota itu dilanda pemboman dan serangan-serangan terhadap aparat keamanan dan juga konvoi serta organisasi internasional dan beberapa misi Barat.
Pihak berwenang menyalahkan kelompok garis keras atas kekerasan itu, termasuk serangan mematikan pada September terhadap Konsulat AS di Benghazi yang menewaskan Duta Besar Chris Stevens dan tiga warga lain Amerika.
Pemerintah baru Libya hingga kini masih berusaha mengatasi banyaknya individu bersenjata dan milisi yang memperoleh kekuatan selama konflik bersenjata yang menggulingkan Muamar Gaddafi.
COPYRIGHT © ANTARA News Ambon, Maluku 2013
Kecelakaan itu terjadi selama parade militer di pangkalan udara Benina di Benghazi, kota terbesar kedua di Libya.
"Seorang letnan kolonel dan seorang letnan tewas... sementara anggota awak ketiga, seorang letnan, cedera serius," kata komandan pangkalan udara itu, Kolonel Nasser Busnina.
"Tampaknya semangat pilot melebihi yang diperlukan selama pertunjukan udara itu," kata Busnina.
Seorang juru bicara militer mengatakan, pesawat yang mengalami kecelakaan itu adalah helikopter serang Mi-35 yang belum lama ini menjalani pemeriksaan.
Benghazi adalah tempat lahirnya pemberontakan anti-pemerintah yang menggulingkan rejim Muamar Gaddafi pada 2011. Kota itu dilanda pemboman dan serangan-serangan terhadap aparat keamanan dan juga konvoi serta organisasi internasional dan beberapa misi Barat.
Pihak berwenang menyalahkan kelompok garis keras atas kekerasan itu, termasuk serangan mematikan pada September terhadap Konsulat AS di Benghazi yang menewaskan Duta Besar Chris Stevens dan tiga warga lain Amerika.
Pemerintah baru Libya hingga kini masih berusaha mengatasi banyaknya individu bersenjata dan milisi yang memperoleh kekuatan selama konflik bersenjata yang menggulingkan Muamar Gaddafi.
COPYRIGHT © ANTARA News Ambon, Maluku 2013