Perusahaan tambang emas PT Nusa Halmahera Minerals (NHM) mengalokasikan dana untuk pengembangan empat suku pedalaman di dataran Pulau Halmahera sebagai komitmen dalam merawat dan melestarikan adat yang ada di lingkar tambang perusahaan.
"Terobosan PT NHM untuk peduli terhadap empat suku dengan suntikan dana pengembangan infrastruktur adat di pedalaman Pulau Halmahera perlu diikuti berbagai perusahaan tambang yang telah mengeksploitasi kekayaan alam Halmahera," kata Pengamat Sejarah dari Universitas Khairun Ternate Jainul Yusuf di Ternate, Jumat.
Sikap manajemen PT NHM telah menunjukkan salah satu bentuk dalam merawat budaya dan kearifan lokal.
Sedangkan, mengenai alokasi tambahan dana oleh PTNHM terhadap empat suku lingkar tambang yakni suku Pagu, Madole, Boeng dan Towiliko yang masing-masing sebelumnya Rp1 miliar naik menjadi Rp2 miliar per tahun suatu langkah yang luar biasa, karena belum pernah dilakukan perusahaan lain.
Selain itu, alokasi dana tambahan untuk 4 suku ini, kata Jainul, sudah pasti menambah semangat bagi pengurus suku tersebut untuk merawat dan melestarikan adat yang ada di lingkar tambang NHM.
Jainul mengatakan bahwa dana Rp2 miliar per suku bukan uang yang sedikit sehingga tak hanya mampu melestarikan adat dan budaya tetapi bisa dibuat pameran atau festival kebudayaan seperti “Festival Kao Teluk”.
Dana yang begitu besar tentu bisa membuat festival untuk promosi budaya. Prinsipnya menampilkan kebudayaan dan kesenian masyarakat adat di wilayah Kao juga dirangkaikan pameran foto, lukisan, ajang promosi budaya dan sejarah.
Selain itu seminar atau dialog bertajuk kebudayaan, agar budaya, tradisi dan kesenian mereka tidak tergerus dan hilang, ini sudah ada modal dukungan dari NHM yang luar biasa, tinggal di bicarakan pada level pimpinan adat ke empat suku tersebut, untuk merawat, nilai-nilai sejarah dan budaya kesenian mereka, ungkapnya.
Baca juga: NHM intensif bangun sekolah tangguh bencana di Halmahera
COPYRIGHT © ANTARA News Ambon, Maluku 2024
"Terobosan PT NHM untuk peduli terhadap empat suku dengan suntikan dana pengembangan infrastruktur adat di pedalaman Pulau Halmahera perlu diikuti berbagai perusahaan tambang yang telah mengeksploitasi kekayaan alam Halmahera," kata Pengamat Sejarah dari Universitas Khairun Ternate Jainul Yusuf di Ternate, Jumat.
Sikap manajemen PT NHM telah menunjukkan salah satu bentuk dalam merawat budaya dan kearifan lokal.
Sedangkan, mengenai alokasi tambahan dana oleh PTNHM terhadap empat suku lingkar tambang yakni suku Pagu, Madole, Boeng dan Towiliko yang masing-masing sebelumnya Rp1 miliar naik menjadi Rp2 miliar per tahun suatu langkah yang luar biasa, karena belum pernah dilakukan perusahaan lain.
Selain itu, alokasi dana tambahan untuk 4 suku ini, kata Jainul, sudah pasti menambah semangat bagi pengurus suku tersebut untuk merawat dan melestarikan adat yang ada di lingkar tambang NHM.
Jainul mengatakan bahwa dana Rp2 miliar per suku bukan uang yang sedikit sehingga tak hanya mampu melestarikan adat dan budaya tetapi bisa dibuat pameran atau festival kebudayaan seperti “Festival Kao Teluk”.
Dana yang begitu besar tentu bisa membuat festival untuk promosi budaya. Prinsipnya menampilkan kebudayaan dan kesenian masyarakat adat di wilayah Kao juga dirangkaikan pameran foto, lukisan, ajang promosi budaya dan sejarah.
Selain itu seminar atau dialog bertajuk kebudayaan, agar budaya, tradisi dan kesenian mereka tidak tergerus dan hilang, ini sudah ada modal dukungan dari NHM yang luar biasa, tinggal di bicarakan pada level pimpinan adat ke empat suku tersebut, untuk merawat, nilai-nilai sejarah dan budaya kesenian mereka, ungkapnya.
Baca juga: NHM intensif bangun sekolah tangguh bencana di Halmahera
Editor : Moh Ponting
COPYRIGHT © ANTARA News Ambon, Maluku 2024