Keadaan di sekitar Vihara Ekayana di Duri Kepa, Jakarta Barat, Minggu (4/8) sekitar pukul 19.00 WIB, berubah menjadi kepanikan ketika sebuah bom meledak di depan pintu masuk kebaktian vihara di tengah aktivitas keagamaan.

Lalu ledakan kedua terjadi pada pukul 20.00 WIB di depan pintu masuk ke dalam vihara. Bom tersebut dikemas dalam sebuah bungkusan dan polisi memastikan berdaya ledak rendah.

Kejadian tersebut melukai seorang warga yang sedang berada di vihara yang tengah menggelar peribadatan itu.

Kejadian teror itu menggemparkan Jakarta, bahkan Indonesia meskipun hanya melukai seorang dan bom berdaya ledak rendah. Hal tersebut karena menimbulkan banyak spekulasi mengenai motif peledakan di tempat ibadah itu.

Selain itu, teror juga dilakukan orang yang tidak bertanggung jawab dengan tindakan penembakan seorang anggota kepolisian, yaitu Aiptu Dwiyanto yang merupakan seorang anggota Satuan Pembinaan Masyarakat (Binmas) Polsek Cilandak pada Rabu (7/8).

Korban ditembak orang tidak dikenal di Depan Gang Mandor Jalan Otista Raya RT 03/11 Sasak Tinggi, Kecamatan Ciputat Kota, Tangerang Selatan, Rabu (7/8), sekitar pukul 04.30 WIB. Dwiyanto tewas setelah tertembus peluru kaliber 9,9 milimeter di bagian kepala sebelah kiri.

Korban berangkat dari rumahnya di Pamulang, Tangerang Selatan, menuju ke Masjid Raya Lebak Bulus, Jakarta Selatan, untuk mengikuti shalat Subuh sekaligus mengisi ceramah keagamaan yang diselenggarakan Polsek Cilandak sepanjang Ramadhan.

Kejadian lainnya, seorang anggota Satuan Lalu Lintas Polres Metro Jakarta Pusat, Aipda Patah Saktiyono (53) juga menjadi korban penembakan dua orang pengendara sepeda motor di Jalan Cirendeu Raya, Ciputat, Sabtu (27/7) sekitar pukul 04.30 WIB.

Anggota Detasemen Khusus (Densus) 88 Antiteror Mabes Polri ikut menyelidiki kasus penembakan misterius terhadap dua anggota kepolisian di Ciputat, Tangerang Selatan, Banten.

Pada tingkat global, di awal pekan bulan Agustus, pemerintah Amerika Serikat mengumumkan akan menutup 19 kedutaan dan konsulatnya. Setelah itu, AS merilis pernyataan terkait peringatan mengenai rencana-rencana Al Qaida melancarkan serangan di wilayah Timur Tengah atau Afrika Utara pada Agustus.

Ancaman tersebut didapatkan AS setelah intelijen mendapatkan sebuah percakapan antarpemimpin Al Qaida yang merencanakan penyerangan terhadap simbol Barat di Afrika dan Timur Tengah.

Kementerian Luar Negeri AS mengeluarkan peringatan itu kepada warga Amerika di berbagai penjuru dunia.

"Informasi saat ini mengisyaratkan bahwa Al Qaida dan organisasi-organisasi cabangnya terus merencanakan serangan teroris baik di kawasan itu maupun di luarnya. Mereka mungkin memusatkan upaya untuk melancarkan serangan pada periode antara sekarang dan akhir Agustus," kata pihak Kementerian Luar Negeri AS pada Sabtu (3/8).

Beberapa negara Barat, antara lain Jerman, Prancis, dan Inggris, mengikuti jejak AS untuk menutup kedutaannya seperti di Yaman, menyusul peringatan Washington tersebut.

Interpol, badan kepolisian internasional yang bermarkas di Prancis, Sabtu (3/8) mengeluarkan satu siaga keamanan global dan menganjurkan negara-negara anggota meningkatkan kewaspadaan setelah serangkaian pembobolan penjara di Irak, Libya dan Pakistan. Interpol mengatakan pihaknya sedang menyelidiki aksi itu untuk memutuskan apakah pelarian-pelarian tersebut ada kaitannya.

Pembobolan penjara terjadi di Pakistan 31 Juli dalam satu operasi yang dipimpin Taliban, dan di Irak di penjara Abu Ghraib  pada 22 Juli malam. Sekitar 500 narapidana, termasuk di antara mereka anggota penting Al Qaida kabur dari Abu Ghraib.

Lebih dari 1.100 narapidana melarikan diri dari satu penjara di pinggiran kota Benghazi Libya pada 27 Juli.

Uni Eropa mengatakan pihaknya akan melakukan "segala tindakan  yang diperlukan" setelah pengumuman AS itu.


"Tingkatkan Keamanan Nasional"

Rangkaian teror di dalam negeri dan berbagai kejadian keamanan global tentu tidak bisa dianggap remeh terkait dengan keamanan nasional. Hal tersebut terkait dengan kemungkinan ancaman kelompok teroris dalam negeri.

Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) Ansyad Mbai mengatakan ada kesamaan antara bom di Vihara Ekayana dengan temuan bom sebelumnya.

"Bom pipa siku, mirip dengan teror bom di Beji Depok, teror bom di Bima Nusa Tenggara Barat, serta bom yang dibuat oleh kelompok teroris yang ditangkap di Bendungan Hilir, Jakarta Pusat," kata Ansyad.

Pernyataan BNPT tersebut jelas mengindikasikan adanya keterkaitan peristiwa bom di Vihara Ekayana dengan tindakan teroris di beberapa tempat sebelumnya. Artinya jaringan teroris masih terus bergeliat menebar terornya di tengah masyarakat dengan segala propaganda yang meresahkan terkait isu solidaritas keagamaan.

Namun Ansyad belum mau tergesa-gesa menarik kesimpulan pelaku penembakan dua polisi di Ciputat dan menilai aparat kepolisian di seluruh dunia, seringkali menjadi sasaran teror karena dinilai sebagai representasi negara.

Kejadian teror di beberapa tempat jelas mengindikasikan lemahnya sistem deteksi dini terkait ancaman keamanan dan bahkan pertahanan nasional.

Sistem keamanan dan pertahanan nasional, khususnya terkait keberadaan intelijen tentu harus dijadikan sebagai garda terdepan untuk mencegah kejadian teror di masyarakat yang mengancam keutuhan negara.

Selain itu, peran pemerintah untuk menetralisir bentuk propaganda kelompok teror perlu terus dilakukan karena bangsa Indonesia tidak dibangun berdasarkan hegemoni suku, ras, dan agama tertentu.

Pewarta: Imam Budilaksono

Editor : John Nikita S


COPYRIGHT © ANTARA News Ambon, Maluku 2013