Balai Penerapan Standar Instrumen Pertanian (BPSIP) Maluku turut menjaga mutu dan kualitas produksi pala petani lewat penggunaan alat bantu pengering yang sederhana.
"Karena di sini ketika panen pala milik petani bertepatan dengan musim penghujan sehingga alat-alat pengering sederhana yang inovatif ini harus disediakan," kata Kepala BPSIP Maluku Kardiono di Ambon, Sabtu.
Langkah pendampingan dan pembinaan yang sudah dilakukan BPSIP Maluku adalah untuk kelompok tani di Desa Hila, Kecamatan Salahutu (Pulau Ambon) Kabupaten Maluku Tengah sejak tahun lalu.
Menurut dia, enam alat unit pengering yang digunakan kelompok tani desa tersebut memiliki kapasitas antara 2.000 hingga 3.000 biji pala yang dikeringkan.
"Alat pengeringnya juga sederhana karena hanya menggunakan bola lampu dan botol berisi pasir panas sehingga petani bisa menghasilkan pala yang bermutu baik untuk memenuhi standar nasional maupun internasional," ujarnya.
Karena titik kritis dari upaya menghasilkan produk bermutu ada pada pola pengeringan hasil panen yang tepat.
"BPSIP sudah melakukan pendampingan di Desa Hila dimana kami bersama petani melakukan edukasi, pilot projek hingga membuat alat pengering lokal spesifik dan dimanfaatkan sehingga hasilnya memenuhi standar," ujarnya.
Sementara Kabid Hortikultura Dinas Pertanian Maluku Dony Lekatompessy mengatakan, produksi pala Maluku dalam bentuk bahan baku menduduki nomor urut lima di Indonesia setelah Sulawesi Utara, Aceh, Maluku Utara, dan Papua Barat sesuai data dari BPS.
"Untuk itu jumlah produksi pala Maluku harus lebih ditingkatkan dan tetap menjaga mutu serta kualitas," katanya.
Pala dan cengkeh merupakan komoditas unggulan Maluku dari sektor pertanian selain kelapa, namun pemasarannya ke luar negeri masih dalam bentuk bahan baku.
Pohon pala dan cengkeh banyak dikembangkan ribuan petani di Maluku dan menyebar di semua kabupaten/kota.
COPYRIGHT © ANTARA News Ambon, Maluku 2024
"Karena di sini ketika panen pala milik petani bertepatan dengan musim penghujan sehingga alat-alat pengering sederhana yang inovatif ini harus disediakan," kata Kepala BPSIP Maluku Kardiono di Ambon, Sabtu.
Langkah pendampingan dan pembinaan yang sudah dilakukan BPSIP Maluku adalah untuk kelompok tani di Desa Hila, Kecamatan Salahutu (Pulau Ambon) Kabupaten Maluku Tengah sejak tahun lalu.
Menurut dia, enam alat unit pengering yang digunakan kelompok tani desa tersebut memiliki kapasitas antara 2.000 hingga 3.000 biji pala yang dikeringkan.
"Alat pengeringnya juga sederhana karena hanya menggunakan bola lampu dan botol berisi pasir panas sehingga petani bisa menghasilkan pala yang bermutu baik untuk memenuhi standar nasional maupun internasional," ujarnya.
Karena titik kritis dari upaya menghasilkan produk bermutu ada pada pola pengeringan hasil panen yang tepat.
"BPSIP sudah melakukan pendampingan di Desa Hila dimana kami bersama petani melakukan edukasi, pilot projek hingga membuat alat pengering lokal spesifik dan dimanfaatkan sehingga hasilnya memenuhi standar," ujarnya.
Sementara Kabid Hortikultura Dinas Pertanian Maluku Dony Lekatompessy mengatakan, produksi pala Maluku dalam bentuk bahan baku menduduki nomor urut lima di Indonesia setelah Sulawesi Utara, Aceh, Maluku Utara, dan Papua Barat sesuai data dari BPS.
"Untuk itu jumlah produksi pala Maluku harus lebih ditingkatkan dan tetap menjaga mutu serta kualitas," katanya.
Pala dan cengkeh merupakan komoditas unggulan Maluku dari sektor pertanian selain kelapa, namun pemasarannya ke luar negeri masih dalam bentuk bahan baku.
Pohon pala dan cengkeh banyak dikembangkan ribuan petani di Maluku dan menyebar di semua kabupaten/kota.
COPYRIGHT © ANTARA News Ambon, Maluku 2024