Arina, korban banjir bandang di Kelurahan Rua, Kota Ternate, masih digelayuti trauma yang mendalam. Jika bisa memilih, ia tidak ingin mengingat kembali detik-detik datangnya banjir besar pada 25 Agustus lalu yang meluluhlantakkan puluhan rumah dan menewaskan 19 orang warga setempat.
Ada kecemasan pada dirinya bahwa banjir bisa saja datang banjir lagi andai ia dan keluarga kembali membenahi rumah yang berada di Rua lalu menjadikannya sebagai tempat tinggal.
"Saya dan keluarga tidak mungkin kembali ke Rua. Bagi kami, banjir yang melanda permukiman kami telah menjadi trauma yang begitu kuat dan tidak untuk diingat lagi. Satu-satunya jalan agar selamat dan melupakan trauma itu, kami harus pindah dari tempat itu," ujar ibu berusia 45 tahun itu.
Kekhawatiran terjadi banjir kembali selalu membayangi pikiran ibu dua anak dan warga korban banjir lainnya. Apalagi bila hujan mengguyur dengan intensitas sedang hingga lebat, pasti menyulut trauma warga korban banjir dahsyat tersebut.
Oleh karena itu, Arina bersama puluhan warga lain memilih untuk tidak lagi tinggal di Rua karena dinilai tidak lagi aman untuk ditempati.
Rumah sebagai tempat tinggal ideal merupakan impian besar Arina, agar ia bersama keluarga bisa hidup aman dan nyaman untuk menjalani kehidupan sehari-hari.
Bagi Arina dan korban banjir bandang di Rua, bencana yang melanda pada pukul 03.00 waktu setempat itu meninggalkan trauma karena menelan banyak korban jiwa, merusak 25 rumah warga, dan satu bangunan mushola.
Akibat banjir itu, 73 keluarga yang terdiri atas 250 jiwa diungsikan di kawasan SMKN 4 Ternate. Setelah menjalani kehidupan di lokasi pengungsian yang kurang nyaman, mereka bermimpi bisa kembali di rumah sendiri, namun bukan di permukiman sebelumnya yang baru saja diterjang banjir bandang.
Oleh karena itu, mencuat perasaan lega ketika mendengar kabar bahwa Pemkot Ternate bersama Pemerintah Pusat menyiapkan lahan seluas 2,6 hektare untuk relokasi permukiman korban banjir di sekitar kawasan Jambula, yang jaraknya sekitar 5 kilometer dari lokasi banjir.
Kegembiraan warga korban banjir Rua itu beralasan. Di samping rumah mereka sudah hancur, keinginan untuk tinggal di lahan yang baru menjadi impian untuk hidup lebih aman dan nyaman.
Abdul Haris, 58 tahun, korban banjir mengungkapkan bahwa tempat permukiman mereka yang telah hancur akibat banjir itu bakal dilakukan normalisasi aliran sungai di Rua, guna menanggulangi banjir yang bisa merusak infrastruktur di kawasan itu.
"Kami melakukan normalisasi kali mati di Rua agar air turun dari hulu tidak lagi keluar hingga ke permukiman warga dan ke jalan. Adapun saluran yang dibangun sepanjang 300 meter dengan kedalaman 3 meter. Cara ini bisa mengatasi banjir saat hujan deras," kata Sekretaris Kota Ternate Rizal Marsaoly.
Proses relokasi menjadi solusi alternatif yang diambil oleh Pemerintah Kota Ternate dengan menyiapkan lahan seluas 2,6 hektare untuk pembangunan rumah baru bagi warga terdampak banjir bandang Rua karena kawasan itu akan dibangun aliran sungai.
Pemkot akan menyediakan lahan relokasi di Kelurahan Jambula sebagai bagi warga terdampak banjir bandang.
Sesuai hasil pendataan sementara, ada 25 rumah dan ini bisa bertambah jika radius daerah rawan banjir diperluas dan kini menjadi 49 rumah masuk relokasi untuk pembangunan kawasan aliran sungai di Rua. Kendati rumah warga itu tidak rusak, keberadaannya berpotensi masuk di zona nonpermukiman sehingga akan direlokasi ke lahan milik Pemkot Ternate.
Tidak mau kembali
Untuk merealisasikan rencana relokasi warga, Dinas Perkim Kota Ternate dan tim Balai Perumahan Rakyat dan Permukiman Maluku Utara mulai mendata rumah warga di lokasi.
Pemkot Ternate akan terus melakukan sosialisasi dan edukasi kepada warga, yang hasilnya menyebutkan bahwa warga terdampak banjir Rua tidak mau kembali tinggal di lokasi rawan banjir.
Pemkot Ternate akan bergerak cepat, agar para pengungsi bersama keluarganya tidak terlalu lama tinggal di tenda-tenda pengungsian.
Pemkot Ternate memberi jaminan kepada warga bahwa mereka akan mendapatkan hunian yang layak dan representatif di kawasan relokasi. Sebelum merelokasi, Pemkot Ternate akan memastikan data jumlah warga korban banjir yang akan dipindahkan.
Pihak Balai Wilayah Sungai juga akan membuka jalur air baru dengan masing-masing radius 50 meter dari talut yang dibangun sehingga dari radius 50 meter kiri dan kanan itu akan dibuat lahan terbuka hijau atau dibuat lapangan sepak bola atau bola basket.
Tidak hanya relokasi, Balai Pelaksana Jalan Nasional (BPJN) juga akan membuat jembatan darurat karena demi menormalisasi aliran, sungai harus dipangkas untuk mengembalikan fungsi kali mati.
Hal itu juga disampaikan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Mochamad Basuki Hadimoeljono di sela kunjungan ke lokasi banjir Ternate pada 3 September lalu.
Menteri berjanji melakukan perbaikan alur sungai dan membangun infrastruktur di sepanjang sungai atau kali mati di kawasan banjir bandang di Rua, Kota Ternate.
"Kami akan perbaiki alur sungai dengan pembuatan sabo dam di sepanjang bantaran sungai yang ada di kawasan Rua untuk mengendalikan (aliran air)," kata Basuki usai meninjau lokasi banjir bandang di Kelurahan Rua, Kota Ternate, bersama anggota DPR RI Komisi V, Irine Yusiana Roba Putri, Wali Kota Ternate, M. Tauhid Soleman, Koordinator Tanggap Darurat Bencana Banjir Kota Ternate, Rizal Marsaoly, dan sejumlah pejabat instansi terkait.
Pembangunan infrastruktur bendung sabo merupakan sistem pengendalian aliran yang membawa sedimen, seperti yang terjadi saat banjir bandang berupa aliran material vulkanik tefra dan lahar serta pergerakan tanah, yang didirikan pada jalur aliran di pegunungan.
Bencana alam aliran bersifat sangat merusak karena membawa endapan yang membuat momen dan massa alirannya menjadi lebih besar karena yang mengalir bukan hanya air.
Bendung sabo memiliki kemiripan bentuk dengan bendung pengatur air, lebih ditujukan bagi penghentian laju endapan sehingga bagian hilir tidak banyak terdampak oleh material bencana, sebab sabo akan mengurangi kecepatan aliran dan mengendapkan sedimen bawaan.
Untuk itu, Kementerian PUPR bersama Pemerintah Kota Ternate akan melakukan relokasi bagi warga terdampak banjir bandang setelah semua studi kelayakannya selesai.
Sebelum proyek relokasi dimulai, Menteri PUPR meminta dilakukan hitung total anggaran untuk pembangunan rumah milik warga, mushola, dan sekolah. Bersama Pemerintah Kota Ternate, Kementerian PUPR akan menyiapkan lahan permukiman di Kelurahan Jambula.
Berdasarkan laporan, sebanyak 72 keluarga terdiri atas 245 jiwa warga terdampak bencana banjir, sudah terdata di Dinas Sosial Ternate. Tercatat sebanyak 19 keluarga ditempatkan di hunian sementara sebelum hunian tetap mereka dibangun Kementerian PUPR yang totalnya ada 49 unit rumah.
Dua titik yang telah disiapkan untuk pengungsi berada di Asrama Haltim dan rusunawa milik STIKIP Ternate.
Rencana Pemerintah membangun rumah bagi korban banjir di lokasi baru menjadi awal bagi mereka bersama keluarga untuk menatap masa depan yang lebih aman dan nyaman.
Editor: Achmad Zaenal M
Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: Asa korban banjir Rua Ternate hidup aman di permukiman baru
COPYRIGHT © ANTARA News Ambon, Maluku 2024