Dhaka (Antara Maluku) - Bangladesh pada Ahad (16/2) menyatakan Dhaka akan meneliti "ancaman Al Qaida" baru-baru ini untuk mengobarkan intifada di negara Asia Selatan itu, sehingga menyulut perang kata-kata di kalangan partai politik.

Beberapa pejabat mengatakan lembaga terkait pemerintah sekarang sedang menyelidiki keabsahan pesan audio oleh pemimpin Al Qaida Ayman Az-Zawahiri.

Mereka menyatakan Bangladesh akan melawan setiap tantangan terhadap negeri tersebut.

"Kami tidak khawatir terhadap seruan atau ancaman semacam itu dan kami akan melawannya," kata Menteri Urusan Luar Negeri Bangladesh Shahriar Alam kepada wartawan.

Menteri Negara Urusan Dalam Negeri Bangladesh Asaduzzaman Khan Kamal mengatakan negara itu memiliki kekuatan untuk menangkal setiap ancaman garis keras.

"Kami akan menyelidiki keabsahan pesan audio dari pemimpin Al Qaida tersebut. Kami dalam posisi untuk memerangi semua jenis ancaman," kata Kamal kepada wartawan, sebagaimana dikutip Xinhua --yang dipantau Antara di Jakarta, Senin pagi.

Pesan audiovisual tersebut, yang diperkirakan berasal dari pemimpin Al Qaida, telah mengeluarkan seruan kepada umat Muslim Bangladesh untuk mengobarkan intifada (perlawanan) guna menghdapi "pembantaian umat Muslim".

Pesan itu, yang diposting di Jihadology.net pada pertengahan Januari tahun ini, menuduh ribuan orang telah dibunuh di jalanan Bangladesh karena memprotes "kolusi pemerintah sekuler anti-Islam dengan segerombolan tokoh sekuler yang melakukan pelanggaran".

Namun partai yang berkuasan dan oposisi di Bangladesh terlibat dalam aksi saling tuding mengenai ancaman tersebut, sehingga menyulut pertengkaran di negeri tersebut setelah hampir semua media utama lokal menyiarkan berita penting itu pada Ahad.

Liga Awami Bangladesh (AL), yang memerintah dan dipimpin oleh Perdana Menteri Sheikh Hasina, menuuh kubu oposisi utama Partai Nasional Bangladesh (BNP) dan sekutu utamanya Partai Jamaat-e-Islami Bangladesh, dan menyatakan mereka adalah teman jejaring teror global itu.

"BNP adan Jamaat adalah sekutu Al Qaida," kata pemimpin senior AL Sheikh Fazlul Karim Selim di Parlemen pada Ahad.

Dengan mengutip majalah AS "Time", Menteri Pertanian Bangladesh Matia Chowdhury juga memberitahu Parlemen, Ahad, pemimpin Al Qaida tersebut mengunjungi Bangladesh dua kali antara 2001 dan 2006 "di bawah pengawasan BNP dan Jamaat-e-Islam saat keduanya berkuasa".

Para pemimpin AL mengatakan ancaman Al Qaida itu disampaikan saat mantan perdana menteri Khaleda Zia gagal menentang pemilihan umum 5 Januari, yang dinodai oleh boikot oposisi dan kerusuhan luas.

Jamaat-e-Islami telah membantah tuduhan tersebut.

Shafiqur Rahman, Penjabat Sekretaris Jenderal Jamaat-e-Islami Bangladesh, di dalam satu pernyataan pada Ahad mengatakan partainya tak memiliki hubungan dengan Al Qaida atau setiap kelompok garis keras.

Juru bicara partai mantan perdana menteri Khaleda Zia, BNP, belum bisa dimintai komentar. (Xinhua-OANA)

Pewarta: Chaidar (*)

Editor : John Nikita S


COPYRIGHT © ANTARA News Ambon, Maluku 2014