Yayasan Lingkar Pemberdayaan Perempuan dan Anak (Lappan) dan Research of Community Mental Health Initiative (RoCMHI) bersama Forum Anak Komunitas Waihoka, Amantelu, dan Gunung Malintang, Kota Ambon, merayakan Hari Perdamaian Internasional.
Perayaan Hari Perdamaian Internasional 2024 diaktualisasikan bersama Forum Anak Komunitas Waihoka, Amantelu, dan Gunung Malintang Kota Ambon dalam bentuk puisi, cerita pendek, dan gambar, yang berfokus pada tema perdamaian dan kehidupan orang basudara (bersaudara), yakni sebuah konsep Maluku yang merujuk pada kehidupan dalam kebersamaan dan harmoni di tengah perbedaan, kata Direktur Yayasan Lappan, Baihajar Tualeka, di Ambon, Minggu.
Ia mengatakan, perayaan Hari Perdamaian Internasional 2024 dilaksanakan dengan tema membangun budaya damai. Tema ini dirasakan sangat relevan dengan kondisi global, nasional, maupun lokal.
Melalui kegiatan ini pihaknya berupaya bagaimana memperkenalkan nilai-nilai damai melalui anak-anak usia 10-17 tahun, di mana anak-anak usia ini hidup di era pascakonflik dan di lingkungan yang tersegregasi.
"Di mana ruang interaksi sangat terbatas, apalagi anak-anak ini sebagian besar bersekolah di lingkungan pendidikan yang homogen, sehingga mereka jarang mendapatkan kesempatan untuk berinteraksi dengan anak-anak dari latar belakang yang berbeda," katanya.
Hal ini memperkuat segregasi sosial dan membuat mereka sulit untuk memahami konsep keberagaman dan toleransi.
Ia menyatakan, anak-anak diajari untuk mengenal satu dengan lainnya, memahami perbedaan, dan mengembangkan rasa saling menghargai.
Pendekatan ini tidak hanya bersifat edukatif, tetapi juga emosional, di mana anak-anak diajak untuk melihat diri mereka dan orang lain sebagai bagian dari komunitas yang lebih besar, yang terdiri atas individu dengan kekuatan dan kelemahan masing-masing.
Kegiatan ini, katanya, memberikan pemahaman akan makna menerima diri karena manusia dilahirkan dengan kelebihan dan kekurangan masing-masing. Serta belajar memaknai kehidupan orang bersaudara, yang diaktualisasikan dalam puisi, cerita pendek, dan gambar, sebagai upaya memaknai kehidupan orang Maluku yang beragam.
Melalui karya-karya kreatif ini, anak-anak diajak untuk mengaktualisasikan pemahaman mereka tentang keragaman dan perdamaian dalam kehidupan sehari-hari. "Pengenalan nilai-nilai damai ini diharapkan dapat di internalisasi oleh anak-anak dalam kehidupan keseharian," katanya.
COPYRIGHT © ANTARA News Ambon, Maluku 2024
Perayaan Hari Perdamaian Internasional 2024 diaktualisasikan bersama Forum Anak Komunitas Waihoka, Amantelu, dan Gunung Malintang Kota Ambon dalam bentuk puisi, cerita pendek, dan gambar, yang berfokus pada tema perdamaian dan kehidupan orang basudara (bersaudara), yakni sebuah konsep Maluku yang merujuk pada kehidupan dalam kebersamaan dan harmoni di tengah perbedaan, kata Direktur Yayasan Lappan, Baihajar Tualeka, di Ambon, Minggu.
Ia mengatakan, perayaan Hari Perdamaian Internasional 2024 dilaksanakan dengan tema membangun budaya damai. Tema ini dirasakan sangat relevan dengan kondisi global, nasional, maupun lokal.
Melalui kegiatan ini pihaknya berupaya bagaimana memperkenalkan nilai-nilai damai melalui anak-anak usia 10-17 tahun, di mana anak-anak usia ini hidup di era pascakonflik dan di lingkungan yang tersegregasi.
"Di mana ruang interaksi sangat terbatas, apalagi anak-anak ini sebagian besar bersekolah di lingkungan pendidikan yang homogen, sehingga mereka jarang mendapatkan kesempatan untuk berinteraksi dengan anak-anak dari latar belakang yang berbeda," katanya.
Hal ini memperkuat segregasi sosial dan membuat mereka sulit untuk memahami konsep keberagaman dan toleransi.
Ia menyatakan, anak-anak diajari untuk mengenal satu dengan lainnya, memahami perbedaan, dan mengembangkan rasa saling menghargai.
Pendekatan ini tidak hanya bersifat edukatif, tetapi juga emosional, di mana anak-anak diajak untuk melihat diri mereka dan orang lain sebagai bagian dari komunitas yang lebih besar, yang terdiri atas individu dengan kekuatan dan kelemahan masing-masing.
Kegiatan ini, katanya, memberikan pemahaman akan makna menerima diri karena manusia dilahirkan dengan kelebihan dan kekurangan masing-masing. Serta belajar memaknai kehidupan orang bersaudara, yang diaktualisasikan dalam puisi, cerita pendek, dan gambar, sebagai upaya memaknai kehidupan orang Maluku yang beragam.
Melalui karya-karya kreatif ini, anak-anak diajak untuk mengaktualisasikan pemahaman mereka tentang keragaman dan perdamaian dalam kehidupan sehari-hari. "Pengenalan nilai-nilai damai ini diharapkan dapat di internalisasi oleh anak-anak dalam kehidupan keseharian," katanya.
COPYRIGHT © ANTARA News Ambon, Maluku 2024