Ambon (Antara Maluku) - Kondisi cuaca ekstrem menghambat kegiatan pencarian dua korban speedboat yang tenggelam (8/4) dalam pelayaran dari Kota Tual tujuan Banda Eli, Kabupaten Maluku Tenggara.
Sekretaris Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPND) Maluku, Kilfy Wakanno saat dikonfirmasi di Ambon, Selasa, mengatakan, tim SAR dengan melibatkan Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) teknis dan masyarakat pesisir tidak bisa optimal mencari korban karena gelombang tinggi di atas empat meter.
Begitu pun, angin kencang dan hujan sehingga pencarian Bernadeta Raharusun dan Zakaria Ohoiulun (1,5 tahun) belum ditemukan.
Sedangkan, Ongen Metedeun (3 tahun) sudah ditemukan pada Senin (14/4) dalam kondisi meninggal.
"Jadi kapal maupun armada laut lainnya yang melintasi kawasan perairan tenggelamnnya speedboat itu telah diimbau agar turut memantau kemungkinan terlihat dua korban tersebut," ujar Kifly.
Musibah laut itu juga mengakibatkan meninggalnya pasangan suami istri yakni Zakarias Ohoiulun (26) dan Erna Ohoiulun(25 tahun).
Musibah laut itu terjadi di Tanjung Batu Ular, Desa Wair, Kabupaten Maluku Tenggara.
Armada cepat milik Stevanus Rahawarin itu mengangkut 15 penumpang, di mana 10 lainnya selamat.
Kilfy mengatakan, Pemkab Maluku Tenggara melalui Dinas Perhubungan maupun sosial setempat masih intensif melakukan pencarian terhadap dua korban belum ditemukan tersebut.
Sedangkan, korban selamat diberikan bantuan logistik, perawatan dan pemulangan ke masing - masing desanya.
Dua korban meninggal telah dievakuasi ke desa mereka dan diberikan santunan.
Musibah laut ini telah dilaporkan kepada Gubernur Maluku, Said Assagaff dan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB).
"Musibah laut ini masih ditelusuri penyebabnya. Namun, senantiasa diingatkan agar mengikuti peringatan dini dari Badan Meteotologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) yang intensif disosialisasikan melalui BPBD, Para Bupati maupun Wali Kota se- Maluku," katanya.
COPYRIGHT © ANTARA News Ambon, Maluku 2014
Sekretaris Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPND) Maluku, Kilfy Wakanno saat dikonfirmasi di Ambon, Selasa, mengatakan, tim SAR dengan melibatkan Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) teknis dan masyarakat pesisir tidak bisa optimal mencari korban karena gelombang tinggi di atas empat meter.
Begitu pun, angin kencang dan hujan sehingga pencarian Bernadeta Raharusun dan Zakaria Ohoiulun (1,5 tahun) belum ditemukan.
Sedangkan, Ongen Metedeun (3 tahun) sudah ditemukan pada Senin (14/4) dalam kondisi meninggal.
"Jadi kapal maupun armada laut lainnya yang melintasi kawasan perairan tenggelamnnya speedboat itu telah diimbau agar turut memantau kemungkinan terlihat dua korban tersebut," ujar Kifly.
Musibah laut itu juga mengakibatkan meninggalnya pasangan suami istri yakni Zakarias Ohoiulun (26) dan Erna Ohoiulun(25 tahun).
Musibah laut itu terjadi di Tanjung Batu Ular, Desa Wair, Kabupaten Maluku Tenggara.
Armada cepat milik Stevanus Rahawarin itu mengangkut 15 penumpang, di mana 10 lainnya selamat.
Kilfy mengatakan, Pemkab Maluku Tenggara melalui Dinas Perhubungan maupun sosial setempat masih intensif melakukan pencarian terhadap dua korban belum ditemukan tersebut.
Sedangkan, korban selamat diberikan bantuan logistik, perawatan dan pemulangan ke masing - masing desanya.
Dua korban meninggal telah dievakuasi ke desa mereka dan diberikan santunan.
Musibah laut ini telah dilaporkan kepada Gubernur Maluku, Said Assagaff dan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB).
"Musibah laut ini masih ditelusuri penyebabnya. Namun, senantiasa diingatkan agar mengikuti peringatan dini dari Badan Meteotologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) yang intensif disosialisasikan melalui BPBD, Para Bupati maupun Wali Kota se- Maluku," katanya.
COPYRIGHT © ANTARA News Ambon, Maluku 2014