Ambon (Antara Maluku) - Upaya Dinas Pertanian Maluku untuk menggenjot pengembangan sawah di provinsi ini masih terhambat minimnya sarana jaringan irigasi serta bendungan.

Kepala Dinas Pertanian Maluku Diana Padang, di Ambon, Selasa membenarkan upaya meningkatkan produktivitas dan pencetakan sawah di provinsi ini masih terhambat minimnya sarana irigasi dan bendungan yang dibangun instansi teknis terkait.

"Pembangunan bendungan dan jaringan irigasi belum optimal untuk mendukung perluasan areal produksi pertanian khususnya sawah, sehingga berdampak program ekstensifikasi dan intensifikasi pangan beras di Provinsi Maluku belum optimal," katanya.

Selain itu, rusaknya daerah aliran sungai (DAS) di beberapa daerah, terutama di Pulau Buru yang merupakan sentra pengembangan padi di Maluku, juga berdampak terhadap penurunan debit air yang dibutuhkan untuk mengairi persawahan milik petani.

Begitu pun lahan potensial untuk dijadikan persawahan beririgasi rata-rata terletak pada lahan petuanan, belum besertifikat serta belum mempunyai tenaga kerja yang layak untuk berusaha tani padi sawah.

Perluasan padi ladang (lahan kering) belum dapat dilakukan secara besar-besaran mengingat pola usaha tani saat ini masih bersifat subsistem dan dijadikan usaha sambilan.

Diana menambahkan, belum optimalnya pengairan untuk lahan sawah berakibat lebih kurang 4.210 hektar dari total lahan baku sawah seluas 17.122 hektar produktivitasnya tidak optimal, di samping rendahnya penerapan teknologi panca usaha di tingkat petani dikarenakan belum adanya penerapan standar harga berdasarkan kualitas produksi.

Menurutnya, produktivitas padi di Maluku masih tergolong rendah dengan rata-rata produksi 4,3 ton per hektar gabah kering giling (GKG) atau masih berada dibawah produktivitas nasional yang mencapai 5,6 ton per hektar GKG.

"Hal ini juga dikarenakan para petani mengalami kekurangan modal untuk mengembangkan usahanya serta penerapan teknologi paska panen belum dilakukan optimal," katanya



Varietas unggul

Diana Padang juga menegaskan dalam kurun lima tahun terakhir beberapa varietas asal Maluku telah dilepas sebagai unggulan nasional diantaranya pala Banda, kerbau Moa, kambing Lakor dan domba kisar.

"Varietas asli Maluku ini telah diakui sebagai unggulan nasional, di mana pengembangannya menjadi prioritas utama," katanya.

Pala Banda dilepas sebagai jenis unggul dengan keputusan Menteri Pertanian No. 4.II.4059/Kps/SR.120/12/2009. Pala Banda merupakan salah satu komoditas rempah unggulan yang dicari banyak negara sejak abad ke-16, dan terkenal sebagai komoditas rempah dengan kualitas terbaik di dunia.

Sedangkan kerbau Moa, kambing lakor dan domba Kisar yang terdapat di kabupaten Maluku Barat Daya (MBD) ditetapkan sebagai plasma nutfah pada tahun 2011 asli Indonesia asal Maluku berdasarkan sesuai Surat Keputusan Menteri Pertanian RI Nomor : 2911, 2912, 2913/Kpts/OT.140/ 6/2011.

"Tiga hewan ternak ini terkenal tahan hidup di daerah yang sangat kering serta musim panas lebih dari enam hingga delapan bulan. Tiga hewan ini hanya bisa hidup di daerah kering di kabupaten Maluku Barat Daya," katanya.

Diana menambahkan Maluku juga memperoleh penghargaan ketahanan pangan nasional Tahun 2010 atas peningkatan produksi padi di atas 5 persen per tahun.

Maluku juga ditetapkan sebagai salah satu dari 17 Provinsi yang mengalami surplus populasi ternak sapi dan kerbau pada Tahun 2009, di mana dapat mensuplai kebutuhan sapi bibit dan potong rata-rata 579 ekor per tahun ke Provinsi Papua, Maluku Utara, Sulawesi Tenggara, Sulawesi Selatan.

Pewarta: Rachel Munster

Editor : John Nikita S


COPYRIGHT © ANTARA News Ambon, Maluku 2014