Vancouver (Antara Maluku) - Lebih dari 41.000 guru di British Columbia, Kanada Barat, memulai pemogokan bergilir mereka pada Senin (26/5), guna menuntut gaji lebih besar dan kelas lebih kecil.

Federasi Guru British Columbia (BCTF) telah membagi provinsi itu jadi empat zona. Sejalan dengan jadwal pemogokan, sekolah dasar dan menengah negeri di setiap kabupaten akan mendapat giliran ditutup satu hari selama kurun waktu empat hari dalam pekan pemogokan bergilir. Sebanyak setengah juta siswa diperkirakan akan terkena dampak pemogokan tersebut.

Pelajaran akan dilanjutkan secara penuh di seluruh provinsi itu pada Jumat (30/5).

Para guru di British Columbia dikatakan mendapat gaji paling rendah kedua di negeri tersebut. Dalam perundingan dengan pemerintah selama beberapa bulan belakangan, pemerintah menawarkan kenaikan gaji 7,3 persen selama enam tahun sedangkan para guru menuntut kenaikan 13,7 persen selama empat tahun ke depan. Selain itu, kelas di British Columbia lebih besar dibandingkan dengan bagian lain di negeri tersebut.

Presiden BCTF Jim Iker bergabung dengan para guru di dalam daftar piket di Vancouver pada Senin pagi, sebelum bergabung dalam perundingan kontak yang dijadwalkan pada Senin sore, demikian laporan Xinhua --yang dipantau Antara di Jakarta, Selasa. Tapi kedua pihak masih belum menemukan titik temu.

Peter Fassbender, Menteri Pendidikan British Columbia, mengeritik keputusan para guru untuk menggagas pemogokan.

"Disayangkan bahwa pemimpin BCTF menutup sekolah dengan pemogokan bergilir," kata Fassbender di dalam satu pernyataan. "Selalu saja siswa dan wali murid yang memikul dampak terbesar ketika BCTF memerintahkan guru untuk mogok."

Iker mengatakan jika tak ada kemajuan dalam pembicaraan pekan ini, babak lain pemogokan bergilir dapat terjadi mulai Senin depan (2/6).

Namun, pemerintah memperingatkan para guru, baik yang mogok atau berada di kelas, mengenai resiko pemotongan gaji sebesar 10 persen jika pemogokan berlanjut. (Xinhua-OANA)

Pewarta: Chaidar (*)

Editor : John Nikita S


COPYRIGHT © ANTARA News Ambon, Maluku 2014