Kepolisian Daerah (Polda) Maluku mengajak masyarakat Negeri Hitu dan Wakal, di Kecamatan Leihitu, Kabupaten Maluku Tengah, untuk tetap menjunjung tinggi semangat hidup berdampingan dengan damai.
"Kami mengajak seluruh elemen masyarakat di Hitu dan Wakal untuk memperkuat hubungan persaudaraan. Perbedaan adalah kekayaan yang harus dijaga, bukan menjadi alasan perpecahan," kata Wakil Kepolisian Daerah Maluku Brigjen Pol Samudi, Ambon, Selasa.
Hal ini disampaikannya saat memimpin rapat koordinasi penanganan konflik bersama warga Negeri Hitu dan Wakal, di Polsek Leihitu. Rapat ini turut dihadiri sejumlah pejabat, tokoh masyarakat, tokoh agama, dan tokoh pemuda dari kedua negeri.
Kegiatan yang dilaksanakan tersebut bertujuan untuk mencari solusi damai serta menetapkan langkah bersama guna mencegah meluasnya konflik.
Wakapolda dalam pertemuan ini menyampaikan pentingnya untuk memahami akar masalah dan mencari solusi bersama.
“Kehadiran kami di sini adalah untuk mendengar langsung harapan bapak-bapak semua terkait kejadian yang telah terjadi dan untuk memastikan bahwa konflik ini tidak meluas," ujarnya.
Dalam pertemuan itu, para tokoh masyarakat sepakat bahwa insiden yang terjadi merupakan persoalan pribadi dan tidak terkait dengan hubungan antar negeri.
Masyarakat pun menyampaikan beberapa tuntutan yang disampaikan dalam rapat meliputi percepatan pengungkapan pelaku penganiayaan, penyelidikan motif insiden, dan langkah-langkah pencegahan ke depan, seperti patroli rutin oleh TNI-Polri.
Tokoh masyarakat juga menggarisbawahi pentingnya menindak tegas aktivitas yang mencurigakan, seperti dugaan terkait peredaran narkoba, konsumsi minuman keras, dan pertemuan anak muda di malam hari yang berpotensi memicu masalah.
Rapat ini menghasilkan beberapa poin kesepakatan bersama, yakni bahwa yang terjadi adalah persoalan pribadi, bukan konflik antarnegeri.
Kepolisian, didukung TNI dan pemerintah, akan segera menangkap pelaku penganiayaan yang telah teridentifikasi. Kemudian Ketua Pemuda Negeri Wakal diharapkan segera melaporkan jika ada informasi terkait pelaku ke Kapolsek Leihitu.
Selanjutnya kasus ini akan ditangani langsung oleh Polresta Ambon dengan dukungan Reskrimum Polda Maluku untuk memastikan tidak ada intervensi pihak luar.
Pembentukan tim ronda oleh Dir Binmas dan pemerintah guna membubarkan aktivitas kumpul-kumpul yang mencurigakan dan mencegah isu-isu lama menjadi pemicu konflik atau balas dendam di masa depan.
Brigjen Samudi kembali menegaskan pentingnya menjaga kedamaian di masyarakat.
"Saya yakin bapak-bapak yang hadir di sini menginginkan kondisi kondusif. Kita tidak ingin permusuhan dan konflik berlarut-larut," pintanya.
Pihak kepolisian dan TNI telah berkomitmen untuk terus melakukan patroli bersama guna mencegah terjadinya insiden serupa. Semua tokoh masyarakat, pemuda, dan pemerintah diminta bersinergi dalam menjaga stabilitas keamanan di wilayah tersebut.
"Dengan adanya pertemuan ini, diharapkan perdamaian akan selalu terjadi di wilayah ini, ketegangan antara negeri Hitu dan Wakal dapat segera mereda, dan masyarakat kembali hidup berdampingan secara damai," harapnya.
Sebelumnya, dua negeri bertetangga Hitu dan Wakal, Kabupaten Maluku Tengah itu pada Senin, 13 Januari 2025, kembali terlibat bentrok. Satu warga terluka dalam insiden itu, dilaporkan akibat terkena serpihan bom.
Kedua negeri kembali terusik, buntut dua orang pelajar dibacok orang tidak dikenal (OTK) di perbatasan kedua desa. Informasinya, insiden berdarah itu terjadi Sabtu (11/1/2025) malam sekira pukul 23.00 WIT. Beruntung senjata tajam yang digunakan pelaku tidak tepat sasaran, mereka selamat.
Kedua korban yang mengalami luka di bagian tangan cukup serius dan harus mendapat perawatan medis yakni, inisial RA dan RSA. Korban dirawat di RS Siloam, Kota Ambon.
Kejadian ini juga memantik ketegangan masyarakat kedua desa. Beruntung aparat keamanan TNI-Polri bergerak cepat meredam ketegangan sempat terjadi.
Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: Polda Maluku ajak warga Hitu-Wakal hidup berdampingan dengan damai
COPYRIGHT © ANTARA News Ambon, Maluku 2025