Maluku sejak dahulu terkenal di mata dunia sebagai daerah kaya potensi perikanan dan biota laut. Provinsi di bagian Timur Indonesia ini juga dijuluki "seribu pulau" karena geografis wilayah yang terbentuk dari 1.340 pulau.

Tidak mudah menjaga sekaligus meramu formula tepat untuk mengelola besarnya potensi perikanan dan kelautan yang dibaratkan seperti "raksasa sedang tidur" tersebut bagi kesejahteraan masyarakat di Maluku.

Potensi besar di bidang perikanan bukan "jaminan mutu" daerah ini diperhatikan pemerintah pusat, terutama optimalisasi pemanfaatannya bagi kesejahteraan masyarakat. Padahal, daerah ini telah menyumbang 26,52 persen ikan per tahun dari total produksi nasional sebesar 6,26 persen.

Kebuntuan membangun keandalan perikanan dan kelautan Maluku itu pula yang membuat Romelus Far-Far kembali ke posisi semula sebagai Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) Provinsi Maluku.

Terhitung 24 Juli 2014, Rommy, begitu panggilan akrab Romelus, dikembalikan ke asalnya untuk mengawal pengelolaan potensi laut Maluku. Padahal saat itu dirinya masih menyandang status sebagai Kadis Koperasi Usaha mikro, kecil menengah (UMKM) Maluku.

Pasangan Gubernur-Wakil Gubernur Maluku periode 2014-2019 Said Assagaff-Zeth Sahuburua, memandang peraih gelar sarjana Perikanan Universitas Pattimura (Unpatti) Ambon tahun 1984 itu lebih cocok menjadi pengawal perikanan yang merupakan sektor unggulan utama provinsi tersebut.

Potensi perikanan dan kelautan Maluku yang dapat dimanfaatkan saat ini tercatat sebesar 1,72 juta ton per tahun, tetapi yang baru dimanfaatkan untuk kesejahteraan masyarakat sebesar 341,9 ribu ton atau sekitar 21 persen per tahun.


Rekam Jejak

Setahun setelah menyandang status strata satu (S-1) Romelus memulai karier sebagai pegawai negeri sipil (PNS) sebagai penata muda (golongan III-A) pada Dinas Pertanian dan agraria tahun 1985. Rommy hanya membutuhkan waktu tiga tahun untuk memangku jabatan Kepala Cabang Dinas Perikanan Maluku Tengah.

Keberhasilannya mendongkrak sektor perikanan Maluku Tengah sebagai kabupaten tertua di Maluku tersebut, membuat karirnya terus "meroket".

Suami dari Marvis Far-Far tersebut kemudian ditarik ke jenjang lebih tinggi di Dinas Perikanan Maluku dengan jabatan Kepala Unit Pelaksana Teknis (UPT) budidaya air tawar Dinas Perikanan Maluku tahun 1995.

Dia kemudian berturut-turut menduduki jabatan Kasubdin Prasarana Dinas Perikanan Maluku tahun 2000, Kasubdin kekayaan laut Dinas Perikanan Maluku tahun 2001, hingga kemudian dipercaya memangku jabatan paling tinggi sebagai Kepala Dinas Perikanan tahun 2004.

Sejak memimpin dinas itu, ayah empat anak tersebut mulai memperlihatkan ketangguhannya membangun sektor kelautan dan perikanan di Maluku. Dirinya terkenal sebagai pelobi ulung pada Kementerian Kelautan dan Perikanan kala itu.

Hal itu bisa dimaklumi karena sebagian pejabat eselon I pada Departemen Kelautan dan Perikanan adalah yuniornya saat kuliah pada Universitas Pattimura Ambon seperti Dr. Ir. Victor PH Nikijuluw MSc yang sempat menduduki lima jabatan eselon-2 (Direktur, Sekretaris Dirjen, dan Kepala Pusat) serta dua jabatan eselon-1 (Staf Ahli dan Dirjen) Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perikanan (P2HP) tahun 2010-2012.

Selain itu Prof. Dr. Ir. Alex SW Retraubun, M.Sc yang pernah menjabat Dirjen Kelautan, Pesisir, dan Pulau-Pulau Kecil (KP3K) Departemen Kelautan dan Perikanan (2005-2009) serta jabatan terakhir sebagai Wakil Menteri Perindustrian (2010-2014).

Saat memimpin Dinas Perikanan Maluku, pendapatan Asli daerah (PAD) dari sektor tersebut terus meningkat, bantuan untuk pemberdayaan para nelayan kecil dan pesisir maupun anggaran pembangunan sarana dan prasaran perikanan terus mengalir.

Tetapi di tengah meroketnya sektor Perikanan Maluku, Rommy kemudian dipindahkan oleh mantan Gubernur Maluku Karel Albert Ralahalu sebagai Kepala Dinas Koperasi dan UKM Maluku.

Di tempat baru tersebut peraih gelar paska sarjana Kelautan Unpatti Ambon tahun 2005 tersebut mampu membuktikan dirinya sebagai pelobi ulung. Dirinya mampu menjaring beasiswa Kementerian Koperasi dan UMKM serta Institut Manajemen Koperasi Indonesia (Ikopin) Jatinangor untuk mendidik hampir 100 mahasiswa sebagai tenaga-tenaga professional di bidang UMKM dengan gelar Sarjana Ekonomi.

Saat ini lima bulan sudah, peraih gelar doktor Permodelan Perikanan Tangkap Institut Pertanian Bogor (IPB) tahun 2010 tersebut "back to basic" ke habitatnya di bidang perikanan dan kelautan.


"Tata Kabong"

Dalam perbicangan dengan Antara, Romelus mengaku lima bulan sejak dilantik menjadi Kepala Dinas, dia harus bekerja ekstra keras hingga malam hari menata "kabong" (kebun, red) di sektor laut tersebut.

"Ibarat menjaga `kabong` yang lama ditinggalkan, beta (saya) terpaksa harus bekerja hingga malam hari untuk menata berbagai hal yang terbengkalai pada Dinas Kelautan dan Perikanan ini," katanya.

Agar kebun miliknya aman, Rommy mengaku harus memasang "sungga-sungga" (bambu atau kayu runcing yang ditanam untuk melindungi kebun agar tidak dimasuki babi hutan atau hewan pengganggu lainnya) atau "dadeso" (jerat-red).

Sungga-sungga atau dadeso yang dimaksudnya adalah para pegawai di dinas tersebut harus ditempatkan sesuai kapasitas, kapabilitas serta jenjang pendidikan masing-masing.

"Beta seng (tidak, red) pandang suku, agama atau golongan untuk menempatkan pegawai dalam struktur dan bidang kerja. Semuanya sama asal berkualitas dan sesuai kompetensi, sehingga dapat bekerja sama mengelola instansi ini untuk kesejahteraan masyarakat di Maluku," katanya.

Rommy menyadari dirinya harus bekerja ekstra keras dan cepat untuk mereformasi kembali struktur serta peran sektor kelautan dan perikanan sebagai unggulan utama di Maluku yang mampu membawa masyarakat Maluku yang sejahtera dengan kekayaan hasil lautnya.

Hanya dalam kurun waktu lima bulan, Rommy bersama gerbongnya mampu melahirkan Reformulasi master Plan Maluku lumbung ikan nasional (LIN) 2015-2025, sekaligus menjadi lokomotif untuk membangunkan sektor kelautan dan perikanan yang diibaratkan sebagai raksasa sedang tidur.

Reformulasi Master Plan LIN tersebut mengacu pada kesepakatan Gubernur Maluku Said Assagaff bersama mantan Menteri kelautan dan Perikanan Sharif Cicip Sutardjo No.02/MEN-KP/KB/VIII/2014 dan No.523.33/345/VIII/2014 tentang Pengelolaan dan pemanfaatan sumber daya kelautan dan perikanan secara berkelanjutan, mendukung provinsi Maluku sebagai LIN dan ditandatangani pada 27 Agustus 2014.

Reformulasi Master Plan Maluku sebagai LIN tersebut berisi berbagai langkah dan kebijakan strategis yang harus dilakukan pemerintah pusat untuk membangun berbagai aspek pada sektor kelautan dan perikanan di Maluku, sehingga potensi perikanan tetap terjaga dan tersedia bagi kesejahteraan masyarakat di Maluku.

"Dengan Reformulasi Master Plan Maluku sebagai LIN akan mengantarkan Maluku dan Indonesia sebagai negara maritim terbesar di Asia Tenggara dan dunia di Masa mendatang," kata Romelus.

Pewarta: Jimmy Ayal

Editor : John Nikita S


COPYRIGHT © ANTARA News Ambon, Maluku 2014