Ambon (Antara Maluku) - Florence Sahusilawane, peneliti sejarah dan budaya Maluku mengatakan Kodam XVI/Pattimura Ambon harus berkoordinasi dengan Pemerintah Provinsi (Pemprov) Maluku terkait pemeliharaan dan perawatan Benteng Nieuw Victoria yang dijadikan Markas oleh TNI di Ambon.
"Memang sudah seharusnya dikembalikan ke Pemprov Maluku karena Benteng Nieuw Victoria adalah cagar budaya, tapi sejak dulu sudah sulit dilakukan. Namun, proses perawatan dan pemeliharaannya harus ada koordinasi antara Kodam dengan pemerintah," katanya di Ambon, Senin.
Dikatakannya, Benteng Niew Victoria memiliki arti penting bagi sejarah Maluku karena tahun pembangunannya, yakni pada 1575 ditandai sebagai kelahiran Kota Ambon, oleh karena itu perawatan dan pemeliharaannya harus ditangani oleh ahli perbentengan dari Balai Arkeologi Ambon dan Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Ternate.
"Pemeliharaannya tidak bisa sembarangan, misalnya pembangunan tembok baru harus mengikuti konstruksi lama, bahannya juga harus sama, atau untuk menghilangkan lumut pada dinding-dinding benteng itu ada cara tersendiri agar tidak merusak dinding benteng," ucapnya.
Dikatakannya lagi, awalnya benteng itu dibangun oleh Portugis sekitar tahun 1575 dan diberi nama Nossa Senhora Annucida, namun bangunan pertahanan tersebut kemudian direbut dan dikuasai oleh tentara Belanda pada 1605, sejak itu namanya diganti dengan Victoria yang berarti kemenangan.
Kemudian terjadi gempa besar di Kota Ambon pada 1754 sehingga benteng hasil rampasan dari Portugis tersebut mengalami kerusakan parah dan harus direnovasi secara besar-besaran, setelah itu namanya diganti dengan Nieuw Victoria yang artinya kemenangan baru.
"Memang konstruksi awal pembangunan oleh Portugis dan pemerintah kolonial Hindia Belanda tidak sama, tapi sebagai bukti sejarah, benteng itu harus dirawat seperti terakhir kali ditinggalkan oleh Vereenigde Oostindische Compagnie (VOC)," ucapnya.
Lebih lanjut Florence mengatakan selain berkoordinasi dengan Pemprov Maluku terkait pemeliharaan dan perawatan Niew Vicotria, Kodam XVI/Pattimura Ambon juga harus membuat miniatur kecil benteng tersebut agar bisa dikunjungi oleh masyarakat, terutama para pelajar yang ingin mempelajari sejarah Maluku.
"Karena sekarang sudah menjadi markas besar Kodam XVI/Pattimura tentunya tidak mudah bagi masyarakat untuk mengunjunginya karena banyak peralatan militer, tapi ini masih bisa diatasi dengan menyiapkan miniaturnya," katanya.
COPYRIGHT © ANTARA News Ambon, Maluku 2015
"Memang sudah seharusnya dikembalikan ke Pemprov Maluku karena Benteng Nieuw Victoria adalah cagar budaya, tapi sejak dulu sudah sulit dilakukan. Namun, proses perawatan dan pemeliharaannya harus ada koordinasi antara Kodam dengan pemerintah," katanya di Ambon, Senin.
Dikatakannya, Benteng Niew Victoria memiliki arti penting bagi sejarah Maluku karena tahun pembangunannya, yakni pada 1575 ditandai sebagai kelahiran Kota Ambon, oleh karena itu perawatan dan pemeliharaannya harus ditangani oleh ahli perbentengan dari Balai Arkeologi Ambon dan Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Ternate.
"Pemeliharaannya tidak bisa sembarangan, misalnya pembangunan tembok baru harus mengikuti konstruksi lama, bahannya juga harus sama, atau untuk menghilangkan lumut pada dinding-dinding benteng itu ada cara tersendiri agar tidak merusak dinding benteng," ucapnya.
Dikatakannya lagi, awalnya benteng itu dibangun oleh Portugis sekitar tahun 1575 dan diberi nama Nossa Senhora Annucida, namun bangunan pertahanan tersebut kemudian direbut dan dikuasai oleh tentara Belanda pada 1605, sejak itu namanya diganti dengan Victoria yang berarti kemenangan.
Kemudian terjadi gempa besar di Kota Ambon pada 1754 sehingga benteng hasil rampasan dari Portugis tersebut mengalami kerusakan parah dan harus direnovasi secara besar-besaran, setelah itu namanya diganti dengan Nieuw Victoria yang artinya kemenangan baru.
"Memang konstruksi awal pembangunan oleh Portugis dan pemerintah kolonial Hindia Belanda tidak sama, tapi sebagai bukti sejarah, benteng itu harus dirawat seperti terakhir kali ditinggalkan oleh Vereenigde Oostindische Compagnie (VOC)," ucapnya.
Lebih lanjut Florence mengatakan selain berkoordinasi dengan Pemprov Maluku terkait pemeliharaan dan perawatan Niew Vicotria, Kodam XVI/Pattimura Ambon juga harus membuat miniatur kecil benteng tersebut agar bisa dikunjungi oleh masyarakat, terutama para pelajar yang ingin mempelajari sejarah Maluku.
"Karena sekarang sudah menjadi markas besar Kodam XVI/Pattimura tentunya tidak mudah bagi masyarakat untuk mengunjunginya karena banyak peralatan militer, tapi ini masih bisa diatasi dengan menyiapkan miniaturnya," katanya.
COPYRIGHT © ANTARA News Ambon, Maluku 2015