Ambon (Antara Maluku) - Indeks kebahagiaan setiap individu masyarakat di Provinsi Maluku tahun 2014 sebesar 72,12 pada skala 0-100.
"Semakin tinggi nilai indeks menunjukkan tingkat kehidupan yang semakin bahagia. Sebaliknya semakin rendah semakin tidak bahagialanjutnya," kata Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Maluku Diah Utami di Ambon, Jumat.
Dia menjelaskan, indeks kebahagiaan merupakan indeks komposit yang disusun oleh tingkat kepuasan terhadap 10 aspek kehidupan yang esensial, dan di Maluku baru untuk pertama kali dilakukan analisa statistiknya.
Ke-10 aspek tersebut secara substantif merefleksikan tingkat kebahagian yang meliputi kepuasan terhadap kesehatan, pendidikan, pekerjaan, pendapatan rumah tangga, keharmonisan keluarga, ketersediaan waktu luang, hubungan sosial, kondisi rumah dan aset, keadaan lingkungan dan kondisi keamanan.
Menurut Diah, keterbatasan indikator ekonomi dalam merepresentasikan tingkat kesejahteraan masyarakat telah meningkatkan perhatian dunia terhadap aspek sosial dalam pembangunan.
Kemajuan pembangunan yang selama ini lebih banyak dilihat dari indikator ekonomi, seperti pertumbuhan ekonomi dan penurunan kemiskinan, dinilai belum cukup untuk menggambarkan tingkat kesejahteraan yang sesungguhnya.
Indikator ekonomi tersebut pada umumnya diukur secara obyektif dengan pendekatan berbasis uang (monetary-based indicators). Namun tingkat kesejahteraan masyarakat sebenarnya dapat diukur dengan dua cara, yaitu menggunakan standar yang sama (indikator obyektif) dan menggunakan menggunakan standar yang tidak sama (indikator subyektif).
Salah satu indikator kesejahteraan yang mengukur capaian berdasarkan standar yang tidak sama untuk masing-masing individu adalah indeks kebahagiaan.
Pengukuran indeks kebahagiaan dikenal sebagai pengukuran yang bersifat "beyond GDP".
Kebahagiaan merupakan suatu hal yang dirasakan dan dipersepsikan secara berbeda oleh setiap orang, karena itu pengukuran kebahagiaan merupakan hal yang subyektif.
Diah menambahkan, tingkat kepuasan penduduk Maluku terhadap keharmonisan keluarga adalah paling tinggi (82,97), sementara tingkat kepuasan yang paling rendah terjadi pada aspek pendidikan (65,30).
COPYRIGHT © ANTARA News Ambon, Maluku 2015
"Semakin tinggi nilai indeks menunjukkan tingkat kehidupan yang semakin bahagia. Sebaliknya semakin rendah semakin tidak bahagialanjutnya," kata Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Maluku Diah Utami di Ambon, Jumat.
Dia menjelaskan, indeks kebahagiaan merupakan indeks komposit yang disusun oleh tingkat kepuasan terhadap 10 aspek kehidupan yang esensial, dan di Maluku baru untuk pertama kali dilakukan analisa statistiknya.
Ke-10 aspek tersebut secara substantif merefleksikan tingkat kebahagian yang meliputi kepuasan terhadap kesehatan, pendidikan, pekerjaan, pendapatan rumah tangga, keharmonisan keluarga, ketersediaan waktu luang, hubungan sosial, kondisi rumah dan aset, keadaan lingkungan dan kondisi keamanan.
Menurut Diah, keterbatasan indikator ekonomi dalam merepresentasikan tingkat kesejahteraan masyarakat telah meningkatkan perhatian dunia terhadap aspek sosial dalam pembangunan.
Kemajuan pembangunan yang selama ini lebih banyak dilihat dari indikator ekonomi, seperti pertumbuhan ekonomi dan penurunan kemiskinan, dinilai belum cukup untuk menggambarkan tingkat kesejahteraan yang sesungguhnya.
Indikator ekonomi tersebut pada umumnya diukur secara obyektif dengan pendekatan berbasis uang (monetary-based indicators). Namun tingkat kesejahteraan masyarakat sebenarnya dapat diukur dengan dua cara, yaitu menggunakan standar yang sama (indikator obyektif) dan menggunakan menggunakan standar yang tidak sama (indikator subyektif).
Salah satu indikator kesejahteraan yang mengukur capaian berdasarkan standar yang tidak sama untuk masing-masing individu adalah indeks kebahagiaan.
Pengukuran indeks kebahagiaan dikenal sebagai pengukuran yang bersifat "beyond GDP".
Kebahagiaan merupakan suatu hal yang dirasakan dan dipersepsikan secara berbeda oleh setiap orang, karena itu pengukuran kebahagiaan merupakan hal yang subyektif.
Diah menambahkan, tingkat kepuasan penduduk Maluku terhadap keharmonisan keluarga adalah paling tinggi (82,97), sementara tingkat kepuasan yang paling rendah terjadi pada aspek pendidikan (65,30).
COPYRIGHT © ANTARA News Ambon, Maluku 2015