Ambon (Antara Maluku) - Peneliti dari Pusat Penelitian Laut Dalam (P2LD) LIPI Ambon Hanung Mulyadi mengatakan potensi ledakan kelimpahan populasi sel fitoplankton atau alga berbahaya di Teluk Ambon cukup mengkhawatirkan dibandingkan tahun - tahun sebelumnya.

"Dari data hasil monitoring pada 2014, kami bisa mengatakan bahwa potensinya agak mengkhawatirkan karena intensitas tingkat kejadian munculnya ledakan populasi fitoplankton lebih sering dan lokasinya juga lebih banyak," katanya di Ambon, Sabtu.

Menurut Hanung yang juga ketua Tim Monitoring Teluk Ambon, sedikitnya ada tiga jenis fitoplankton yang terdeteksi berpotensi mengalami ledakan kelimpahan populasi, yakni Trichodesmium eryathrum, Dinophysis caudata, Dinophysis miles, Pyrodinium bahaamense dan Noctiluca scintillans.

Berbeda dengan Trichodesmium eryathrum, empat alga jenis lainnya sangat berbahaya jika terkonsumsi oleh manusia melalui kerang maupun biota laut yang ada di Teluk Ambon.

Dinophysis caudata dan Dinophysis miles misalnya, kata dia, bisa menyebabkan Diarrhetic Shellfish Poisoning (DSP), Pyrodinium bahaamense dapat mengakibatkan Paralytic Shellfish Poisoning (PSP), sedangkan Noctiluca scintillans menyebabkan red tide atau perubahan warna perairan.

"Trichodesmium walaupun mengalami blooming namun tidak berbahaya, tapi yang lainnya apabila menempel di biota lain dalam jumlah banyak dan dimakan oleh manusia bisa menyebabkan keracunan, diare dan semacamnya," katanya.

Dikatakannya, adanya sel alga beracun di Teluk Ambon mulai terdeteksi sejak tahun 1994, tetapi tingginya intensitas ledakan populasi biota tersebut baru terjadi selama tiga tahun terakhir, yakni pada 12 juli 2012, Februari dan Maret 2013, dan 2 Juli 2014.

Ledakan populasi fitoplankon tertinggi terjadi pada 2 Juli 2014, sekitar pukul 10.00 WIT di perairan Teluk Ambon di Desa Waiheru, Passo dan Halong, Kecamatan Baguala, kelimpahannya mencapai 7,4 x 10.000.000 sel per meter kubik dan menyebabkan perubahan warna air laut.

"Saat itu saya prediksikan hitungannya bisa dua atau tiga hari, setelah tiga hari fitoplankton akan tenggelam ke dasar perairan dan mati karena secara alami blooming akan cepat berakhir ketika plankton itu tidak mendapatkan cukup nutrien untuk beroproduksi," katanya.

Pewarta: Shariva Alaidrus

Editor : John Nikita S


COPYRIGHT © ANTARA News Ambon, Maluku 2015