Ambon (Antara Maluku) - Wakil ketua DPRD Kota Salatiga, Provinsi Jawa Tengah, Muhammad Faturachman menyatakan salut dengan situasi dan kondisi keamanan masyarakat (Kamtibmas) di Maluku yang sangat baik dan berbeda dari isu yang didengar selama ini.

"Berbagai isu miring tentang situasi Maluku secara umum, khususnya Kota Ambon selama ini ternyata berbeda jauh setelah kami datang sendiri dan melihat secara langsung," kata Faturachman di Ambon, Kamis.

Penjelasan anggota legislatif Kota Salatiga asal F-PKS itu disampaikan saat melakukan pertemuan dan dialog dengan pimpinan dan anggota komisi C dan komisi D DPRD Maluku.

Menurut dia, kedatangan 25 anggota legislatif bersama Sekretaris Daerah Kota Salatiga ini untuk melakukan studi banding sekaligus mempelajari manajemen konflik, masalah pendidikan, dan persoalan BPJS Kesehatan, serta metode pengembangan ekonomi rakyat termasuk pasar tradisional di daerah ini.

Berbagai persoalan yang ditanyakan ini, terasuk manajemen konflik akan dijadikan sebagai bahan acuan bagi DPRD Salatiga untuk merancang sebuah peraturan daerah yang nantinya diberlakukan di sana.

"Salatiga merupakan kota kecil di lereng Gunung Merbabu ini hanya seluas 57 Km2 dengan jumlah penduduk 179.000 lebih dan terdiri dari berbagai suku yang mengenyam pendidikan di sana," katanya.

Anggota DPRD Kota Salatiga lainnya, Danjte Palit mengatakan, terdapat 39 suku dari berbagai pelosok daerah Indonesia, termasuk anak-anak Maluku yang sedang kuliah di Universitas Kristen Satya Wacana (UKSW).

"Yang namanya konflik sosial seperti tauran antara mahasiswa Ambon dengan daerah lain seperti Papua, Batak, atau Nusa Tenggara Timur itu bisa diredam, namun yang paling diwaspadai adalah intervensi orang ketiga," katanya.

Ketua komisi C DPRD Maluku, Fredik Rahakbauw mengatakan, rakyat Maluku tidak mau lagi dibodohi oleh perbuatan oknum-oknum tertentu seperti peristiwa kemanusiaan tahun 1999 silam.

"Kami punya tradisi dan adat istiadat yang kuat soal kekerabatan sesama warga meski pun berbebeda kampung dan agama, dan membangun Masjid melibatkan orang Kristen dan sebaliknya membangun Gereja melibatkan warga Muslim," katanya.

Anggota DPRD Maluku lainnya, Rat Rumford menjelaskan, di Maluku ada marga yang sama persis tetapi agamanya berbeda seperti Makatika, Sanaky, Rahakbauw dan Watimena.

"Ada marga Rahakbauw yang namanya Marthin beragama Kristen dan sebaliknya ada Abdullah Rahakbauw, jadi ikatan ini merupakan warusan leluhur yang mempererat hubungan silaturahim serta menjaga keharmonisan antarsesama," ujarnya.

Anggota DPRD Maluku lainnya, Saoda Tethol mengatakan kalau untuk masalah pendidikan di Maluku, baru terdapat enam kabupaten dan kota yang menerapkan kurikulum 2013 tetapi buku-bukunya diusahakan sendiri oleh pihak sekolah.

Pewarta: Daniel Leonard

Editor : John Nikita S


COPYRIGHT © ANTARA News Ambon, Maluku 2015