Ternate (Antara Maluku) - Usaha produksi garam di Maluku Utara (Malut) belum diminati para pengusaha dan masyarakat setempat, walaupun potensi pengembangan usaha itu di daerah yang 70 persen wilayahnya terdiri atas laut ini sangat besar.

Pengamat perikanan dari Universitas Muhammadiyah Maluku Utara (UMMU) Mahmud Hasan mengatakan di Ternate, Sabtu, usaha produksi garam di Malut tidak diminati di antaranya karena masyarakat pesisir di daerah ini secara kultur lebih terbiasa dengan usaha menangkap atau budi daya ikan.

Selain itu, para pengusaha di Malut yang selama ini bergerak di bidang kelautan dan perikanan lebih memilih mengelola usaha yang terkait dengan ikan, seperti dalam bentuk pengolahan ikan dan perdagangan ikan, karena usaha ini dianggap lebih menjanjikan keuntungan dan peluang pasarnya selalu terbuka luas.

"Nilai jual garam yang relatif murah dan banyaknya pengalaman pahit yang dialami masyarakat yang mengembangkan usaha produksi garam di berbagai daerah di Indonesia, seperti di Jawa Timur, juga menjadi alasan mengapa para pengusaha dan masyarakat di Malut enggan mengembangkan usaha itu," kata Mahmud Hasan.

Oleh karena itu, pemerintah daerah di Malut diminta tidak memaksakan program usaha produks garam di daerah ini, karena usaha itu kecil kemungkinan akan berhasil, apalagi kalau orientasi pasarnya hanya untuk kebutuhan lokal.

Menurut dia, usaha produksi garam di Malut bisa dikembangkan kalau di daerah ini ada industri pengolahan garam yang siap menampung produksi garam setempat untuk diolah dan dipasarkan ke luar Malut, baik ke provinsi lainnya di Indonesia maupun ke luar negeri.

Usaha produksi garam di Malut yang sangat potensial di antaranya di Kabupaten Halmahera Selatan dan Kabupaten Pulau Morotai, karena perairan pantai di kedua daerah itu belum terkontaminasi dengan limbah industri, juga panas matahari sangat terik karena berada di jalur khatulistiwa.

Pewarta: La Ode Aminuddin

Editor : John Nikita S


COPYRIGHT © ANTARA News Ambon, Maluku 2015