Ambon (Antara Maluku) - Pemerintah Kota (Pemkot) Ambon akan memfungsikan gedung Pusat Autis (Autis Center) di kawasan Passo, dalam rangka penerapan kota inklusif pada 2016

"Pembangunan autis center di kawasan terminal transit Passo, akan rampung dalam tahun 2015 dan kita berharap tahun 2016 dapat difungsikan, sehingga anak autis di Kota Ambon dapat melakukan aktivitas di gedung tersebut," kata Wali Kota Ambon Richard Louhenapessy, Jumat.

Menurut dia, setelah dilakukan deklarasi dan penandatanganan MoU dengan UNESCO terkait kota inklusif pada September 2014, sekolah formal di Ambon mulai menerapkan pendidikan inklusif bagi penyandang disabilitas termasuk pembangunan autis center.

Pendidikan inklusif, bukan hanya untuk penyandang disabilitas tetapi juga siswa berbakat istimewa, khusus, serta anak yang memiliki tingkat kecerdasan di atas rata-rata.

"Pemerintah memiliki kewajiban menyediakan sarana dan prasarana serta infrastruktur. Karena itu kami berupaya menyiapkan 20 persen fasilitas untuk kaum disabilitas dan berbakat khusus," katanya.

Richard mengatakan, sarana dan prasarana kota inklusif mulai diterapkan di Ambon dengan dukungan dari pemerintah pusat, dan mulai dilaksanakan tahun 2014.

Autis center dibangun setelah pihaknya bertemu dengan Direktur Pembinaan Pendidikan Khusus Layanan Khusus (PKLK) Dirjen Pendidikan Dasar Kemendikbud.

"Pembangunan autis center dibangun menggunakan alokasi Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN), menjadi wujud komitmen dan kepedulian Pemkot Ambon terhadap anak autis," ujarnya.

Ia menjelaskan, pihaknya juga telah melakukan pelatihan bagi guru pendamping khusus (GPK) di sekolah formal untuk melayani siswa disabilitas.

Guru umum, lanjutnya, tidak mungkin bisa melayani siswa disabilitas. Karena itu akan diadakan pelatihan dan penyiapan buku, dan insentif bagi guru.

"Upaya ini telah berjalan sejak tahun 2013, penerapannya dimulai di SMAN 5 dan SMAN 3 , serta SMPN 19. Semua ini dimulai dengan dana rangsangan dan kami berharap seluruh sekolah memiliki motivasi untuk menjalankan kota inklusif," katanya.

Richard menambahkan, di sekolah formal untuk seluruh tingkatan mulai diterapkan pendidikan inklusif agar penyandang disabilitas dapat menikmati pendidikan yang sama dengan siswa normal.

"Kami memberikan kesempatan kepada anak-anak penyandang cacat yakni keterbatasan fisik dan mental untuk menikmati pendidikan di sekolah umum bersama anak normal lainnya," katanya.

Pewarta: Penina Mayaut

Editor : John Nikita S


COPYRIGHT © ANTARA News Ambon, Maluku 2015