Ambon, 8/10 (Antara Maluku) - Anggota Kongregasi Putri Bunda Hati Kudus (PBHK) Maluku, Suster Brigitta Renyaan, secara resmi telah mengundurkan diri dari wadah tersebut setelah menandatangani surat izin pengunduran dari Vatikan pada 1 Oktober 2015.

"Saya sudah menandatangani surat pengunduran diri Kongregasi PBHK, setelah menandatangani surat izin pengunduran dari Vatikan pada 1 Oktober 2015," kata Suster Brigitta, di Ambon, Kamis.

Kongregasi PBHK didirikan oleh Jules Chevalier (1824-1907) di Roma, dengan Semboyan,"May the Sacred Heart of Jesus be every loved" atau "Semoga Hati Kudus Yesus Dikasihi Di Mana-Mana".

Kongregasi PBHK di Indonesia adalah bagian dari Badan Gereja Roma Katolik yang dimaksudkan dalam Staatsblad tahun 1972 nomor-nomor 155, 156 dan 532 dan juga disebut dalam Keputusan Direkotarat Jendral Agraria dan Transmigrasi tanggal 13 Pebruari 1967 nomor SK. 1/Dd./Agr/67 sebagai Kongregasi para suster yang telah berkarya di Indonesia sejak 1940 dengan ringkasan Konstitusi anggaran dasar (AD).

Badan Kongregasi berasaskan Pancasila. Badan ini bertujuan mengabdi kepada Allah melalui Gereja Katolik, yang siap diutus sebagai misionaris Hati Kudus terutama kepada yang miskin, menderita dan terlantar.

Menyelenggarakan wadah bagi para pemudi yang ingin menggabungkan diri dengan para suster PBHK, demi kelanggengan Kongregasi Suster PBHK dan kesejahteraan para anggotanya.

Suster Brigitta menjelaskan, dirinya mengundurkan dari Kongregasi PBHK karena membuat pelanggaran terhadap salah satu kaul di kongregasi itu yakni Kaul Ketaatan.

"Ada tiga kaul dalam Kongregasi PBHK, yakni Kaul Ketaatan, Kaul Kemiskinan dan Kaul Kemurnian," katanya.

Ia mengungkapkan, ada lima misi dalam Kongregasi PBHK yakni, misi kongregasi bagi komunitas hidup bakti, misi kongregasi dalam komunitas lokal, misi kongregasi dalam karya pembinaan, misi kongregasi bagi karya sosial, misi kongregasi dalam bidang KPKC (Keadilan, Perdamaian dan Keutuhan Ciptaan).

"Saya berkarya di Kongregasi PBHK selama 40 tahun, dan dalam jangka waktu itu, 16 tahun terakhir lebih banyak menghabiskan waktu di luar biara untuk menjalankan misi keempat, yakni misi kongregasi bagi karya sosial," ujarnya.

Misi kongregasi bagi karya sosial, kata Suster Brigitta, membangun dan memperkuat jaringan peduli sosial untuk bergerak proaktif menjawab kebutuhan sosial masyarakat yang menderita.

Selanjutnya membantu mengentaskan kemiskinan dan keterbatasan sosial, melindungi, menemani, membimbing para korban ketertindasan dan memulihkan harkat dan martabat kemanusiaan.

"Selama konflik kemanusiaan di Maluku khususnya di Ambon, saya benar-benar tinggal di tengah-tengah masyarakat atau di luar biara/komunitas Kongregasi PBHK," jelasnya.

Karena sering terlibat dalam penanganan korban ketertindasan dan memulihkan harkat dan martabat kemanusiaan, selama 16 tahun serta berada di luar biara/komunitas PPBHK baik di Ambon maupun di Aceh, pimpinan menilai telah melanggar Kaul Ketaatan.

"Saya salah satu perempuan peduli konflik di Maluku, dan sejak pecah konflik, bersama dengan perempuan peduli lain dari dua komunitas Kristen dan Muslim, melakukan berbagai kegiatan menangani para korban terutama anak-anak dan perempuan yang menjadi korban konflik saat itu," kata Suster Brigitta.

Dia juga bersama aktivis perempuan peduli baik dalam Negeri maupun Luar Negeri melaksanakan misi kemanusiaan di Aceh pasca tshunami di daerah itu, untuk menangani anak-anak dan perempuan korban tsunami.

Jadi, karena lebih banyak waktu di luar biara, pimpinan kongregasi, menilai telah melanggar Kaul Ketaatan atau tidak taat kepada pimpinan.

"Pimpinan Kongregasi PBHK, meminta saya untuk membuat pilihan, pertama tetap sebagai anggota kongregasi dan kedua keluar dari anggota kongregasi. Dengan penuh pertimbangan dan perlu mendapat persetujuan dari Vatikan, saya memilih mengundurkan dari Kongregasi PBHK, sehigga pada 1 Oktober 2015 yang lalu, saya telah menanandatangani surat izin persetujuan pengunduran dari Bapa Suci di Vatikan," jelasnya.


Masuk Serikat Rosa Mistika (SRM)

Setelah mengundurkan dari Kongregas PBHK, Suster Brigitta, tidak seperti pikiran banyak orang bahwa kembali hidup sebagai kaum awam atau manusia biasa. Tetapi ia tetap punya prinsip dalam hidupnya terus berkarya pengabdian untuk kekudusan dunia.

"Setelah saya mengundurkan dari Kongregasi PBHK, saya masuk di Serikat Rosa Mistika yang berkedudukan di Semarang, Jawa Tengah," katanya.

Serikat Rosa Mistika ini, didirikan pada 15 Agustus 1982 di Wikrama Putra, Ngalian, Semarang oleh Romo Henricus Contant Van Deinse, SJ. Disahkan dan diterima sebagai Lembaga Hidup Bhakti Sekular oleh Vikaris Capitularis Keuskupan Agung Semarang, Romo Alexander Djayasiswaya, Pr.

Menurut Suster Brigitta, visi SRM, dalam kasih Allah, SRM dipanggil untuk menjadi kudus, melalui pengudusan dunia, di dalam dunia, dengan dunia menurut tiga nasehat Injil.

"SRM hidup melulu bagi Allah dan sesama, bersama Hati Kudus Yesus dan Bunda Maria Rosa Mistika," katanya.

Sedangkan misi SRM, diutus menjadi manusia kerja dalam kehidupan jasmani maupun rohani melalui tiga nasehat Injil dalam Lembaga Hidup Bhakti Sekuler, memberi kesaksian kehadiran Kristus yang menyelamatkan dengan ramah linngkungan.

Suster Brigitta mengatakan, dalam kehidupan SRM ada kegiatan spiritualitas, seperti mengikuti Ekaristi Kudus setiap hari, melaksanakan doa ibadat harian, meditasi, doa-doa wajib SRM, menghadiri rekoleksi bulan dan retret tahunan serta aktif mengambil bagian dalam hidup menggereja.

Kemudian kehidupan Kharisma, artinya hidup di dunia yang ramai, mandiri, tidak mempunyai biara, dan tidak berkerudung atau berjubah, tiap anggota mempunyai pekerjaan sendiri sesuai dengan bakat, kemampuan dan kesempatan untuk menopang hidupnya sebagai bentuk kerasulan kehadiran Kristus, tidak mempunyai karya bersama.

Selanjutnya, hidup tersebar, menyiapkan sendiri hari tua dengan kebijaksanaan dan mulia, serta mendoakan para Imam.

"Saya masuk Serikat Rosa Mistika, karena tertarik kehidupan kharismnya, yakni hidup di dunia yang ramai, mandiri, tidak mempunyai biara, dan tidak berkerudung atau berjubah, serta tidak mempunyai karya bersama, seperti serikat-serikat yang lain," kata Suster Brigitta.

Pewarta: Rofinus E. Kumpul

Editor : John Nikita S


COPYRIGHT © ANTARA News Ambon, Maluku 2015