Ambon, 6/11 (Antara Maluku) - Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia menyatakan mendukung provinsi Maluku untuk dijadikan sebagai pusat kajian dan studi kemaritiman di tanah air.

"Melihat akan besarnya potensi sektor kelautan dan perikanan bernilai ekonomis di Maluku, maka kami mendukung daerah ini dijadikan menjadi pusat kajian dan studi kemaritiman di Indonesia," kata Wakil Ketua Umum Kadin Indonesia Bidang Perbankan dan Finansial Rosan Perkasa Roeslani di Ambon, Kamis.

Rosan Roeslani yang berada di Ambon untuk membuka seminar aktivasi pengembangan ekspor pengusaha kecil dan menengah (UKM) Maluku kerja sama Kadin Indonesia dengan Kementerian Perindustrian dan Perdagangan (Kemendag) mengatakan, semua pihak harus didorong untuk datang mempelajari masalah kemaritiman di Provinsi Maluku.

"Kalangan muda dan orang-orang yang ingin mendalami masalah kemaritiman bisa dikirim ke Maluku. Tidak perlu semuanya harus dipelajari di Jakarta atau daerah lainnya," ujar Rosan.

Pihaknya juga akan mendorong para pelaku usaha termasuk dari mancanegara untuk datang ke Maluku dan mempelajari masalah kemaritiman di provinsi tersebut.

Menurut calon Ketua Umum Kadin Indonesia tersebut, kondisi Maluku sudah menyediakan berbagai kemungkinan obyek kajian maritim, baik dari sisi perikanan tangkap, budidaya, kawasan pesisir, taman laut maupun kekayaan biota laut bernilai ekonomi tinggi di pasaran dunia.

"Karena itu, selain menjadi sentra perikanan dan lumbung ikan nasional (LIN), Maluku layak ditempatkan pada garda depan dalam studi dan kajian maritim karena alasan praksis," tegas Rosan.

Pihaknya juga mendukung upaya pemerintah Maluku untuk memperoleh pengakuan sebagai lumbung ikan nasional, termasuk mendorong percepatan diterbitkannya Peraturan Presiden (Perpres) tentang LIN.

Menurutnya, potensi perikanan Maluku ada pada tiga wilayah pengelolaan perikanan (WPP) yakni Laut Banda, Laut Seram dan Laut Arafura yang juga disebut oleh negara-negara dan pengusaha perikanan sebagai "golden fishing ground".

Produksi ikan dari WPP ini bisa mencapai 1,64 juta ton/tahun atau sekitar 26,3 persen dari total potensi nasional.

Rosan Roeslani juga mengutip pernyataan Badan Pusat Statistik (BPS) Maluku bahwa selama September 2015 realisasi ekspor Maluku mencapai 11,04 juta dolar AS, mengalami peningkatan signifikan dibandingkan Agustus 2015.

Secara simultan ekspor Maluku periode Januari-September 2015, mencapai sekitar 31,25 juta dolar AS, diantaranya ekspor komoditi ikan dan udang sebesar 3,75 juta dolar AS, bahan bakar mineral 26,47 juta dolar AS dan komoditi lainnya 1,03 juta dolar AS.

Sedangkan negara tujuan ekspor Maluku yakni Tiongkok sebesar 16,54 juta dolar AS disusul Republik Korea 11,04 juta dolar AS.

Kadin Indonesia, tambah Rosan juga akan membantu pengembangan usaha UKM di Maluku khususnya yang mengembangkan potensi lokal unggulan tetapi mengalami kesulitan permodalan melalui jalur perbankan dan lembaga keuangan lain karena dinilai tidak bankable.

Banyak potensi lokal yang dapat dikembangkan oleh enterpreneur-enterpreneur baru di Maluku dalam rangka menumbuhkan usaha kecil potensial yang saat ini mengalami kesulitan dalam pemodalan melalui jalur perbankan dan lembaga keuangan lain.

"Kadin melalui lembaga permodalan Palapa Nusantara Berdikari yang didirikan akan menyeleksi usaha-usaha kecil potensial di wilayah Maluku dengan standar-standar tertentu untuk mendapatkan modal dan pendampingan guna mengembangkan bisnis yang telah dirintis hingga layak mendapatkan pinjaman dari perbankan dan berkualifikasi ekspor," katanya.

Kadin melalui Palapa Berdikasi sejak tahun 2010 hingga 2015 telah memberikan bantuan modal usaha antara Rp100 juta hingga Rp500 juta serta pendampingan kepada ratusan UKM di sejumlah provinsi di antaranya Bengkulu, Bangka Belitung, Kalimantan Tengah, Kalimantan Timur, Kalimantan Selatan.

Selain itu, Jawa Barat, Jawa tengah, Yogyakarta, Bali, NTT, Sulawesi Tengah, Sulawesi Selatan, Sulawesi Utara, Sulawesi Tenggara, Gorontalo dan Papua.

Pewarta: Jimmy Ayal

Editor : John Nikita S


COPYRIGHT © ANTARA News Ambon, Maluku 2015