Ternate, 11/11 (Antara Maluku) - Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) Provinsi Maluku Utara (Malut) terus mendorong peningkatan ekspor perikanan melalui pengembangan budidaya udang"Vaname" keramba jaring apung.
Kepala DKP Malut Buyung Radjiloen di Ternate, Rabu, mengatakan perkembangan ekspor perikanan Malut saat ini belum berkembang dengan baik dibanding kondisi 15 tahun terakhir yang sebelumnya mampu memberikan kontribusi besar bagi hasil ekspor Indonesia dan mampu menambah devisa Negara.
"Beberapa komoditas unggulan ekspor perikanan Malut seperti ikan jenis tuna, cakalang, pelagis kecil, kerapu hidup, mutiara dan rumput laut saat ini mengalami penurunan ekspor akibat minimnya daya dukung terhadap aktivitas ekspor komoditi perikanan ini," katanya.
Untuk itu pihaknya terus mendorong peningkatan ekspor perikanan melalui pengembangan budidaya udang"Vaname" keramba jaring apung.
Dia mengatakan walaupun dari sisi produksi mengalami peningkatan setiap tahunnya, namun sistim pemasaran komoditi unggulan ini hanya dapat dilakukan antar-pulau atau interinsuler dan hasil produksi perikanan Malut banyak di bawah keluar daerah dan baru dapat diekspor melalui daerah-daerah penampung hasil produksi seperti Bitung, Makasasar, Bali, Surabaya dan Jakarta.
Sehingga, kondisi ini sangat merugikan bagi Malut dari sisi kontribusi hasil ekspor daerah, karena minimnya ketersediaan suplai daya listrik serta minimnya dukungan fasilitas penunjang ekspor di pelabuhan laut di Malut juga turut menghambat peningkatan ekspor serta perkembangan iklim investasi di sektor perikanan.
Menurutnya, hal ini menyebabkan kontribusi sektor perikanan terhadap Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Provinsi Malut masih minim dan upaya pemda untuk mendorong pengembangan industri perikanan di Malut masih terganjal dengan minimnya daya dukung listrik di hampir seluruh sentra-sentra produksi perikanan.
"Suplai bahan baku ikan seperti jenis tuna, cakalang dan tongkol yang dulunya diandalkan sebagai komoditi pasar ekspor perikanan Malut ke Jepang dan Eropa saat ini sulit dikembangkan lagi karena kebutuhan suplay bahan baku ikan di Indonesia masih sangat besar, terutama untuk bahan baku pabrik pengalengan ikan yang telah dibangun di beberapa kota besar seperti Bitung, Kendari, Makassar, Surabaya dan Jakarta," katanya.
COPYRIGHT © ANTARA News Ambon, Maluku 2015
Kepala DKP Malut Buyung Radjiloen di Ternate, Rabu, mengatakan perkembangan ekspor perikanan Malut saat ini belum berkembang dengan baik dibanding kondisi 15 tahun terakhir yang sebelumnya mampu memberikan kontribusi besar bagi hasil ekspor Indonesia dan mampu menambah devisa Negara.
"Beberapa komoditas unggulan ekspor perikanan Malut seperti ikan jenis tuna, cakalang, pelagis kecil, kerapu hidup, mutiara dan rumput laut saat ini mengalami penurunan ekspor akibat minimnya daya dukung terhadap aktivitas ekspor komoditi perikanan ini," katanya.
Untuk itu pihaknya terus mendorong peningkatan ekspor perikanan melalui pengembangan budidaya udang"Vaname" keramba jaring apung.
Dia mengatakan walaupun dari sisi produksi mengalami peningkatan setiap tahunnya, namun sistim pemasaran komoditi unggulan ini hanya dapat dilakukan antar-pulau atau interinsuler dan hasil produksi perikanan Malut banyak di bawah keluar daerah dan baru dapat diekspor melalui daerah-daerah penampung hasil produksi seperti Bitung, Makasasar, Bali, Surabaya dan Jakarta.
Sehingga, kondisi ini sangat merugikan bagi Malut dari sisi kontribusi hasil ekspor daerah, karena minimnya ketersediaan suplai daya listrik serta minimnya dukungan fasilitas penunjang ekspor di pelabuhan laut di Malut juga turut menghambat peningkatan ekspor serta perkembangan iklim investasi di sektor perikanan.
Menurutnya, hal ini menyebabkan kontribusi sektor perikanan terhadap Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Provinsi Malut masih minim dan upaya pemda untuk mendorong pengembangan industri perikanan di Malut masih terganjal dengan minimnya daya dukung listrik di hampir seluruh sentra-sentra produksi perikanan.
"Suplai bahan baku ikan seperti jenis tuna, cakalang dan tongkol yang dulunya diandalkan sebagai komoditi pasar ekspor perikanan Malut ke Jepang dan Eropa saat ini sulit dikembangkan lagi karena kebutuhan suplay bahan baku ikan di Indonesia masih sangat besar, terutama untuk bahan baku pabrik pengalengan ikan yang telah dibangun di beberapa kota besar seperti Bitung, Kendari, Makassar, Surabaya dan Jakarta," katanya.
COPYRIGHT © ANTARA News Ambon, Maluku 2015