Ambon, 18/11 (Antara Maluku) - Peran media cetak maupun media elektronik sekarang ini sangat penting guna mencegah perkembangan radikalisme dan terorisme di Indonesia.
"Hal ini disebabkan karena bagaimana penyampaian sebuah media kepada masyarakat atau menginformasikan terkait masalah-masalah terorisme dan radikalisme harus benar dan aktual agar tidak menimbulkan pemikiran bercabang di masyarakat," kata Deputi I Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) Pusat, Fachrul Rozy, di Ambon, Selasa.
Pernyataan tersebut disampaikan Fachrul yang juga koordinator Pusat Media Damai saat menyampaikan materi dalam acara Dialog Pencegahan Radikalisme dan Terorisme bersama media masa di Ambon.
Mungkin ada pertanyaan dari seluruh peserta, lanjutnya, yang menanyakan BNPT apa perannya dan juga pusat media damai, sehingga kenapa BNPT memutar haluang bukan mengurus terorisme tetapi mengurus media.
"Saya mau menyampaikan bahwa perkembangan terorisme dari dulu itu yakni dari orang ke orang (person ke person) atau dari rumah ke rumah, tetapi sekarang ini sudah tidak lagi terbatas oleh ruang dan waktu, apa saja yang mereka gunakan," ujarnya.
Kalau kita bicara tentang internet, lanjutnya, dunia maya di mana sekarang ini semuanya sudah terkoneksi.
"Anak-anak kita saja sudah tahu yang namanya internet, dan dengan uang Rp5.000 saja anak-anak sudah bisa berinternet, sudah bisa mencari apa pun di dunia maya," katanya.
Dunia maya ini sekitar 2.002 kita mengenal internet, lanjutnya, itu masih informasi-informasi yang dibutuhkan saja. Sekarang ini dunia maya sudah digunakan untuk media-media maupun komunikasi pihak-pihak yang memiliki paham-paham radikalisme dan terorisme.
"Karena peserta dialog ini sebagian besar teman-teman wartawan, maka, saya rasa perkembangan media tidak hanya cetak tetapi juga sudah berkembang ke media online. Hampir sebagian besar media yang ada di Indonesia bahkan lokal pun sudah memiliki media online," katanya.
Mungkin saja berbentuk weeb said atau mungkin di media sosial, lanjutnya, sebab peran media sendiri untuk mencegah peran radikalisme dan terorisme sangat penting.
Dinlai penting sebab bagaimana penyampaian sebuah media bagi masyarakat, memberitakan atau menginformasikan sesuatu terkait masalah-masalah terorisme dan radikalisme harus benar dan aktual agar tidak menimbulkan pemikiran bercabang.
Kegiatan yang mnenghadirkan empat orang nara sumber. Satu diantaranya yakni Max Aponno yang merupakan wartawan senior dan juga pernah memimpin PWI Cabang Maluku dan sekarang menjadi pimpinan Metro Maluku dipercayakan membawa materi etika pemberitaan melalui media dan mendapat sambutan yang hangat dari para peserta.
Kegiatan yang berlangsung sehari itu menghadirkan peserta kurang lebih 100 rang itu, baik dari kalangan media masa maupun dari kehumasan beberapa Kampus yang ada di Kota Ambon.
Pelaksanaan dialog yang berlangsung sehari dan panitianya dipercayakan kepada Forum Koordinasi Pencegahan Terorisme (FKPT) Maluku bekerja sama dengan Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) Pusat itu dibuka oleh Ketua FKPT Maluku Ibrahim Uluputty.
COPYRIGHT © ANTARA News Ambon, Maluku 2015
"Hal ini disebabkan karena bagaimana penyampaian sebuah media kepada masyarakat atau menginformasikan terkait masalah-masalah terorisme dan radikalisme harus benar dan aktual agar tidak menimbulkan pemikiran bercabang di masyarakat," kata Deputi I Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) Pusat, Fachrul Rozy, di Ambon, Selasa.
Pernyataan tersebut disampaikan Fachrul yang juga koordinator Pusat Media Damai saat menyampaikan materi dalam acara Dialog Pencegahan Radikalisme dan Terorisme bersama media masa di Ambon.
Mungkin ada pertanyaan dari seluruh peserta, lanjutnya, yang menanyakan BNPT apa perannya dan juga pusat media damai, sehingga kenapa BNPT memutar haluang bukan mengurus terorisme tetapi mengurus media.
"Saya mau menyampaikan bahwa perkembangan terorisme dari dulu itu yakni dari orang ke orang (person ke person) atau dari rumah ke rumah, tetapi sekarang ini sudah tidak lagi terbatas oleh ruang dan waktu, apa saja yang mereka gunakan," ujarnya.
Kalau kita bicara tentang internet, lanjutnya, dunia maya di mana sekarang ini semuanya sudah terkoneksi.
"Anak-anak kita saja sudah tahu yang namanya internet, dan dengan uang Rp5.000 saja anak-anak sudah bisa berinternet, sudah bisa mencari apa pun di dunia maya," katanya.
Dunia maya ini sekitar 2.002 kita mengenal internet, lanjutnya, itu masih informasi-informasi yang dibutuhkan saja. Sekarang ini dunia maya sudah digunakan untuk media-media maupun komunikasi pihak-pihak yang memiliki paham-paham radikalisme dan terorisme.
"Karena peserta dialog ini sebagian besar teman-teman wartawan, maka, saya rasa perkembangan media tidak hanya cetak tetapi juga sudah berkembang ke media online. Hampir sebagian besar media yang ada di Indonesia bahkan lokal pun sudah memiliki media online," katanya.
Mungkin saja berbentuk weeb said atau mungkin di media sosial, lanjutnya, sebab peran media sendiri untuk mencegah peran radikalisme dan terorisme sangat penting.
Dinlai penting sebab bagaimana penyampaian sebuah media bagi masyarakat, memberitakan atau menginformasikan sesuatu terkait masalah-masalah terorisme dan radikalisme harus benar dan aktual agar tidak menimbulkan pemikiran bercabang.
Kegiatan yang mnenghadirkan empat orang nara sumber. Satu diantaranya yakni Max Aponno yang merupakan wartawan senior dan juga pernah memimpin PWI Cabang Maluku dan sekarang menjadi pimpinan Metro Maluku dipercayakan membawa materi etika pemberitaan melalui media dan mendapat sambutan yang hangat dari para peserta.
Kegiatan yang berlangsung sehari itu menghadirkan peserta kurang lebih 100 rang itu, baik dari kalangan media masa maupun dari kehumasan beberapa Kampus yang ada di Kota Ambon.
Pelaksanaan dialog yang berlangsung sehari dan panitianya dipercayakan kepada Forum Koordinasi Pencegahan Terorisme (FKPT) Maluku bekerja sama dengan Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) Pusat itu dibuka oleh Ketua FKPT Maluku Ibrahim Uluputty.
COPYRIGHT © ANTARA News Ambon, Maluku 2015