Ambon, 18/2 (Antara Maluku) - Jejak Mardijkers di Kota Ambon sulit ditelusuri karena perkawinan campuran, tidak ada kekhasan tradisi, dan seni dan budaya yang ditinggalkan.

Selain itu, wilayah administrasi Mardika yang pada zaman dahulu menjadi kawasan tinggal para pekerja bangsa Portugis keturunan India Selatan dan Nepal itu telah mengalami perubahan besar.

"Sampai sekarang masih sulit ditelusuri, baik keturunan maupun tempat-tempat yang pernah dihuni oleh mereka. Sejauh ini belum ada peneliti yang berhasil menemukan jejak Mardijkers di Ambon," kata Sejarawan Simon Maelissa dalam Jelajah Pusaka Bahari Teluk Ambon yang digelar oleh Balai Arkeologi Maluku, Sabtu.

Ia mengatakan sulitnya menelusuri jejak Mardijkers asal India Selatan dan Nepal, disebabkan oleh pembauran yang terlalu mendalam, seperti perkawinan campuran antara mereka dengan masyarakat lokal dan bangsa Portugis yang seharusnya menjadi proses asimilasi budaya, tapi tidak terjadi demikian.

Diduga akibat dalamnya pembauran tersebut, para Mardijkers juga mengganti nama dan marga mereka mengikuti bangsa Portugis dan masyarakat lokal, sehingga menyebabkan tidak adanya ciri khas tradisi, budaya maupun kesenian khas India maupun Nepal yang ditinggalkan.

Dalam beberapa catatan sejarah disebutkan bahwa rata-rata para Mardijkers menganut agama Kristen Katolik mengikuti bangsa Portugis, tapi kemudian berganti menjadi Protestan setelah Hindia-Belanda mengambil alih Ambon.

"Perkawinan campuran memang memberi pengaruh besar. Tidak ada catatan penggunaan nama dan marga asli mereka, sepertinya mereka juga mengubahnya untuk menyesuaikan diri. Ciri tradisi dan budaya juga tidak bisa ditemukan," katanya.

Dikatakannya lagi, sebagai pekerja yang membantu produksi bangsa Portugis dalam ekspansi jalur rempah-rempah di Maluku, para Mardijkers diberikan kawasan tinggal yang tak jauh dari benteng Nossa Senhora Annucida atau Kota Laha yang menjadi pusat kendali pemerintahan, yakni Mardika.

Kawasan yang menjadi bagian dari wilayah petuanan adat Kerajaan Soya itu, juga menjadi daerah hunian bagi masyarakat dari kerajaan kuno Halong yang diperbantukan di benteng.

Seiring berkembangnya era, Mardika dengan sebab yang tidak pasti berubah menjadi bagian dari wilayah adminstrasi desa Batumerah yang baru terbentuk setelah masa penjajahan Hindia-Belanda.

"Kala itu, pusat Kota Ambon merupakan bagian dari wilayah Kerajaan Soya dan Halong. Sekarang ini di Mardika lebih banyak ditemukan jejak keturunan Portugis, seperti da Silva dan beberapa marga lainnya. Saya pernah kenal dengan keturunan Rugbreght, pemilik tanah yang cukup luas di Mardika, tapi tak tahu sekarang di mana," katanya.

Pewarta: Shariva Alaidrus

Editor : John Nikita S


COPYRIGHT © ANTARA News Ambon, Maluku 2017