Ternate, 24/3 (Antara Maluku) - Panitia penyelenggaraan Festival Legu Gam (FLG) 2017 di Ternate menjadinya momentum untuk penguatan sejarah rempah di ibu kota Provinsi Maluku Utara.
"Penguatan sejarah rempah itu tidak hanya dari sudut sebagai komoditas masyarakat Ternate sejak zaman dulu, tetapi berkaitan juga dengan kedatangan bangsa Eropa ke Ternate pada abad ke - 15 ," kata Sekretaris Panitua FLG 2017 Rinto Thaib di Ternate, Jumat.
Penguatan sejarah rempah pada festival yang telah menjadi kalender wisata nasional itu, di antaranya melalui kegiatan pameran rempah, lokakarya sejarah rempah dan peluncuran buku sejarah rempah.
Menurut Rinto, pada lokakarya sejarah rempah yang menghadirkan berbagai pihak terkait pada FLG 2017 itu akan menyuarakan mengenai perlu adanya regulasi tentang pelestarian maupun perlindungan tanaman rempah di Ternate, khususnya cengkih dan pala.
Regulasi itu perlu karena realita dewasa ini banyak petani rempah di Ternate yang beralih menggeluti profesi lain serta banyaknya lahan rempah yang telah dialihfungsikan menjadi kawasan permukiman atau kebutuhan lain, sehingga dikhawatirkan tanaman rempah di daerah ini hanya akan tinggal kenangan.
"Regulasi lain yang juga akan disuarakan adalah perlunya perlindungan kepada para petani rempah misalnya dalam bentuk pengaturan tata niaga agar harganya tetap dapat menguntungkan bagi para petani," kata Rinto.
FLG yang akan berlangsung pada 1-14 April 2017 akan ditampilkan berbagai kesenian tradisional Ternate serta ritual budaya yang selalu digelar setiap tahunnya, seperti kololi kie mote ngolo atau mengelilingi pulau Ternate melalui laut dan fere kie atau ritual mendaki di puncak Gunung Gamalama.
Rinto menambahkan, FLG 2017 yang dijadwalkan dibuka Menteri Pariwisata Arief Yahya diperkirakan akan dikunjungi ribuan wisatawan, baik nusantara maupun dari mancanegara karena merupakan festival pariwisata terbesar di Maluku Utara yang sudah terkenal di dalam maupun luar negeri.
COPYRIGHT © ANTARA News Ambon, Maluku 2017
"Penguatan sejarah rempah itu tidak hanya dari sudut sebagai komoditas masyarakat Ternate sejak zaman dulu, tetapi berkaitan juga dengan kedatangan bangsa Eropa ke Ternate pada abad ke - 15 ," kata Sekretaris Panitua FLG 2017 Rinto Thaib di Ternate, Jumat.
Penguatan sejarah rempah pada festival yang telah menjadi kalender wisata nasional itu, di antaranya melalui kegiatan pameran rempah, lokakarya sejarah rempah dan peluncuran buku sejarah rempah.
Menurut Rinto, pada lokakarya sejarah rempah yang menghadirkan berbagai pihak terkait pada FLG 2017 itu akan menyuarakan mengenai perlu adanya regulasi tentang pelestarian maupun perlindungan tanaman rempah di Ternate, khususnya cengkih dan pala.
Regulasi itu perlu karena realita dewasa ini banyak petani rempah di Ternate yang beralih menggeluti profesi lain serta banyaknya lahan rempah yang telah dialihfungsikan menjadi kawasan permukiman atau kebutuhan lain, sehingga dikhawatirkan tanaman rempah di daerah ini hanya akan tinggal kenangan.
"Regulasi lain yang juga akan disuarakan adalah perlunya perlindungan kepada para petani rempah misalnya dalam bentuk pengaturan tata niaga agar harganya tetap dapat menguntungkan bagi para petani," kata Rinto.
FLG yang akan berlangsung pada 1-14 April 2017 akan ditampilkan berbagai kesenian tradisional Ternate serta ritual budaya yang selalu digelar setiap tahunnya, seperti kololi kie mote ngolo atau mengelilingi pulau Ternate melalui laut dan fere kie atau ritual mendaki di puncak Gunung Gamalama.
Rinto menambahkan, FLG 2017 yang dijadwalkan dibuka Menteri Pariwisata Arief Yahya diperkirakan akan dikunjungi ribuan wisatawan, baik nusantara maupun dari mancanegara karena merupakan festival pariwisata terbesar di Maluku Utara yang sudah terkenal di dalam maupun luar negeri.
COPYRIGHT © ANTARA News Ambon, Maluku 2017