Ambon, 20/4 (Antara) - Kodam XVI/Pattimura mengembangkan pembibitan lobster menggunakan keramba tancap, bekerja sama dengan masyarakat nelayan di Manipa, Kabupaten Maluku Tengah.
Pangdam XVI/Pattimura Mayjen TNI Doni Monardo di Ambon, Kamis, mengatakan pihaknya sudah mulai mengembangkan lobster skala kecil dan baru dalam proses belajar, bekerja sama dengan sejumlah nelayan di Manipa, Malteng.
"Masyarakat nelayan kumpulkan sejumlah bibit lobster, lalu dimasukkan dalam keramba tancap selama tujuh bulan," katanya.
Menurut Pangdam, pembuatan keramba tancap sangat murah karena bahan yang digunakan berupa kayu yang banyak terdapat di sejumlah negeri/desa dan dengan bermodalkan jaring saja bisa menghasilkan lobster sangat banyak.
"Kalau dihitung biaya pembuatan keramba tancap biayanya tidak kurang dari Rp10 juta. Setelah pembuatan keramba bibit lobster dimasukan ke dalamnya selama tujuh bulan, dan hasilnya sangat luar biasa," ujarnya.
Pangdam Doni menuturkan, setelah selama tujuh bulan bibit lobster berada dalam keramba dan kawin secara alami lalu bertelur dan menetas. Tetapi, karena fasilitas yang ada belum siap betul, sebagian telur yang ada keluar dari jaring, karena ukuran telur lebih kecil dari ukuran mata jaring.
"Jaring yang kita siapkan ukuranya masih lebih besar dari telur lobster, sehingga keluar dari dalam jaring dan sebagian yang masih tertinggal. Sekarang, kita mencoba dengan jaring yang lebih halus, mudah-mudahan semua telur bisa menetas secara alami," jelasnya.
Pangdam Doni mengilustrasi kalau keramba tancap dilakukan di banyak tempat dan harga lobster jenis batik sekitar Rp200.000 hingga Rp400.000 per kilogram dan jenis lobster mutiara lebih mahal diatas Rp600.000 per kilogram.
"Artinya, kalau sejumlah nelayan kita dibekali dengan pemahaman atau pengetahuan tentang budidaya lobster, diyakini tidak ada lagi masyarakat yang miskin, karena pendapatan besar kalah dengan gaji seorang Jenderal Bintang Dua," katanya.
Dia memberi contoh, kalau nelayan mempunyai 100 ekor lobster dengan harga per kilogram Rp400.000, itu berarti penghasilan puluhan juta rupiah.
"Menjadi pertanyaan, siapa yang akan membimbing dan memberikan pelatihan?, yang jelas tentara tidak bisa lakukan itu, karena keterbatasan kewenangan, sehingga yang kami lakukan hanya sebatas uji coba. Mudah-mudahan apa yang kita lakukan menjadi inspirasi bagi banyak pejabat di daerah ini," ujar Pangdam.
COPYRIGHT © ANTARA News Ambon, Maluku 2017
Pangdam XVI/Pattimura Mayjen TNI Doni Monardo di Ambon, Kamis, mengatakan pihaknya sudah mulai mengembangkan lobster skala kecil dan baru dalam proses belajar, bekerja sama dengan sejumlah nelayan di Manipa, Malteng.
"Masyarakat nelayan kumpulkan sejumlah bibit lobster, lalu dimasukkan dalam keramba tancap selama tujuh bulan," katanya.
Menurut Pangdam, pembuatan keramba tancap sangat murah karena bahan yang digunakan berupa kayu yang banyak terdapat di sejumlah negeri/desa dan dengan bermodalkan jaring saja bisa menghasilkan lobster sangat banyak.
"Kalau dihitung biaya pembuatan keramba tancap biayanya tidak kurang dari Rp10 juta. Setelah pembuatan keramba bibit lobster dimasukan ke dalamnya selama tujuh bulan, dan hasilnya sangat luar biasa," ujarnya.
Pangdam Doni menuturkan, setelah selama tujuh bulan bibit lobster berada dalam keramba dan kawin secara alami lalu bertelur dan menetas. Tetapi, karena fasilitas yang ada belum siap betul, sebagian telur yang ada keluar dari jaring, karena ukuran telur lebih kecil dari ukuran mata jaring.
"Jaring yang kita siapkan ukuranya masih lebih besar dari telur lobster, sehingga keluar dari dalam jaring dan sebagian yang masih tertinggal. Sekarang, kita mencoba dengan jaring yang lebih halus, mudah-mudahan semua telur bisa menetas secara alami," jelasnya.
Pangdam Doni mengilustrasi kalau keramba tancap dilakukan di banyak tempat dan harga lobster jenis batik sekitar Rp200.000 hingga Rp400.000 per kilogram dan jenis lobster mutiara lebih mahal diatas Rp600.000 per kilogram.
"Artinya, kalau sejumlah nelayan kita dibekali dengan pemahaman atau pengetahuan tentang budidaya lobster, diyakini tidak ada lagi masyarakat yang miskin, karena pendapatan besar kalah dengan gaji seorang Jenderal Bintang Dua," katanya.
Dia memberi contoh, kalau nelayan mempunyai 100 ekor lobster dengan harga per kilogram Rp400.000, itu berarti penghasilan puluhan juta rupiah.
"Menjadi pertanyaan, siapa yang akan membimbing dan memberikan pelatihan?, yang jelas tentara tidak bisa lakukan itu, karena keterbatasan kewenangan, sehingga yang kami lakukan hanya sebatas uji coba. Mudah-mudahan apa yang kita lakukan menjadi inspirasi bagi banyak pejabat di daerah ini," ujar Pangdam.
COPYRIGHT © ANTARA News Ambon, Maluku 2017