Ambon, 29/11 (Antara Maluku) - Badan pembangunan internasional Amerika Serikat (USAID) melalui program Adaptasi Perubahan Iklim dan Ketangguhan (APIK) menyerahkan dokumen hasil studi dan kajian ketangguhan di tiga daerah di provinsi Maluku yang dinilai rentan dan rawan bencana.
Dokumen kajian kerentanan dan penilaian ketangguhan pada tiga daerah yakni Kota Ambon, Kabupaten Maluku Tengah dan Kepulauan Aru tersebut diserahkan oleh Pelaksana Direktur Misi USAID Indonesia, Ryan Washburn kepada Wakil Gubernur Maluku, Zeth Sahuburua, di Ambon, Selasa.
Dokumen yang disusun secara partisipastif oleh pemerintah daerah, akademisi dan organisasi masyarakat sipil tersebut juga diserahkan kepada Wakil Bupati Maluku Tengah, Marlatu Leleury, Wakil Bupati Kepulauan Aru, Muin Sogalrey dan Kepala Bappekot Ambon, Dominggus Matulapelwa.
Ryan Washburn menandaskan, penyerahan dokumen kajian kerentanan tersebut sekaligus menjadi bukti jalinan kerja sama yang kuat antara USAID-APIK dengan Pemprov Maluku untuk membangun ketangguhan terhadap risiko bencana dan iklim.
Ia menyatakan senang dapat bermitra dengan jajaran pemerintahan di Maluku mulai dari tingkat provinsi, kabupaten/kota hingga negeri (desa).
"Kami berharap melalui dukungan kami, Pemerintah dapat merasakan manfaatnya dan sebagai hasilnya dapat mempercepat adanya aksi-aksi yang dibutuhkan untuk meningkatkan ketangguhan masyarakat hingga ke tingkat bawah," katanya.
Masyarakat, tandasnya, merupakan pihak terdepan dalam menghadapi ancaman dan risiko iklim serta bencana yang dapat terjadi setiap harinya. Masyarakat tidak dapat menunggu serta tidak memiliki pilihan lain selain menjadi tangguh dalam menghadapi bencana.
Apalagi, Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) telah menyatakan provinsi Maluku termasuk dalam indeks risiko tinggi dengan banyaknya bencana terkait cuaca yang melanda mulai dari angin puting beliung, banjir, dan tanah longsor.
Selain itu, karakteristik Maluku yang merupakan daerah kepulauan di mana lebih dari 90 persen areanya merupakan laut dengan 1.340 pulau yang tersebar, sehingga bencana abrasi dan gelombang tinggi mengancam kehidupan masyarakat yang tinggal di pesisir.
"Di saat bersamaan komoditas cengkeh dan pala yang membawa Maluku pada masa jayanya dan dikenal sebagai pulau rempah-rempah, produktivitasnya malah turun hingga berada di bawah angka produksi tingkat nasional sebagai dampak dari fenomena El Nino dan La Nina," katanya.
Sejalan dengan visi dan misi pemerintah Pusat serta provinsi untuk memprioritaskan pembangunan terkait pengelolaan sumber daya alam dan area yang rentan bencana, serta sesuai dengan berbagai kebijakan sudah ditetapkan untuk meningkatkan ketangguhan di pulau-pulau kecil, sehingga USAID APIK memberikan dukungan teknis dan memfasilitasi berbagai kajian serta penilaian.
USAID APIK selama dua tahun telah melakukan sejumlah kajian dan penilaian partisipatif yang dapat digunakan sebagai landasan awal bagi pemerintah dalam upaya peningkatan ketangguhan.
Kajian dan penilaian yang telah dilakukan antara lain, kerentanan dan risiko iklim untuk Provinsi Maluku, lanskap Ambon serta Kepulauan Lease, penilaian dampak iklim terhadap komoditas pala dan cengkeh, ketersediaan air bersih serta penilaian ketangguhan di tingkat negeri dan rencana aksi ketangguhan berbasis masyarakat.
USAID APIK juga melaksanakan sejumlah polit program melalui kerjasama dengan masyarakat untuk peningkatan ketangguhan seperti restorasi pesisir, penyempurnaan kearifan lokal "Nanaku" (menandai) dan "Sasi" untuk menentukan waktu tanam dan praktik penangkapan ikan.
Selain itu, studi dan penilaian dilakukan menggunakan pendekatan multi pihak dengan berbagai perwakilan dalam dalam penyusunan dokumen mulai dari pemerintah, akademisi dan ahli, juga perwakilan organisasi masyarakat sipil.
Wakil Gubernur Maluku, Zeth Sahuburua menyambut positif berbagai program yang telah dilakukan USAID APIK di tiga daerah, terutama meningkatkan ketangguhan masyarakat di Maluku Tengah, Kota Ambon dan Kepulauan Aru dalam menghadapi bencana.
"Alam kita rusak karena ulah manusia. Dulu para leluhur bisa mengetahui atau memperkirakan kapan musim hujan dan panas. Tetapi sekarang tidak bisa lagi karena lingkungan alam ini sudah berubah," ujarnya.
Wagub bergarap, dalam waktu dekat sudah ada program yang dilakukan sebagai tindaklanjuti hasil kajian yang telah dilakukan USAID APIK dalam mempersiapkan masyarakat untuk mengantisipasi sejak dini terjadinya bencana.
"Saya berharap kemitraan seperti ini dapat diperkuat di masa mendatang. Saya juga mengajak semua pihak untuk berpartisipasi dalam upaya membangun ketangguhan masyarakat terhadap dampak bencana. Memang mudah membangun ketangguhan masyarakat, tetapi bukan tidak mustahil dapat dicapai melalui kerjasama," ujar Wagub.
COPYRIGHT © ANTARA News Ambon, Maluku 2017
Dokumen kajian kerentanan dan penilaian ketangguhan pada tiga daerah yakni Kota Ambon, Kabupaten Maluku Tengah dan Kepulauan Aru tersebut diserahkan oleh Pelaksana Direktur Misi USAID Indonesia, Ryan Washburn kepada Wakil Gubernur Maluku, Zeth Sahuburua, di Ambon, Selasa.
Dokumen yang disusun secara partisipastif oleh pemerintah daerah, akademisi dan organisasi masyarakat sipil tersebut juga diserahkan kepada Wakil Bupati Maluku Tengah, Marlatu Leleury, Wakil Bupati Kepulauan Aru, Muin Sogalrey dan Kepala Bappekot Ambon, Dominggus Matulapelwa.
Ryan Washburn menandaskan, penyerahan dokumen kajian kerentanan tersebut sekaligus menjadi bukti jalinan kerja sama yang kuat antara USAID-APIK dengan Pemprov Maluku untuk membangun ketangguhan terhadap risiko bencana dan iklim.
Ia menyatakan senang dapat bermitra dengan jajaran pemerintahan di Maluku mulai dari tingkat provinsi, kabupaten/kota hingga negeri (desa).
"Kami berharap melalui dukungan kami, Pemerintah dapat merasakan manfaatnya dan sebagai hasilnya dapat mempercepat adanya aksi-aksi yang dibutuhkan untuk meningkatkan ketangguhan masyarakat hingga ke tingkat bawah," katanya.
Masyarakat, tandasnya, merupakan pihak terdepan dalam menghadapi ancaman dan risiko iklim serta bencana yang dapat terjadi setiap harinya. Masyarakat tidak dapat menunggu serta tidak memiliki pilihan lain selain menjadi tangguh dalam menghadapi bencana.
Apalagi, Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) telah menyatakan provinsi Maluku termasuk dalam indeks risiko tinggi dengan banyaknya bencana terkait cuaca yang melanda mulai dari angin puting beliung, banjir, dan tanah longsor.
Selain itu, karakteristik Maluku yang merupakan daerah kepulauan di mana lebih dari 90 persen areanya merupakan laut dengan 1.340 pulau yang tersebar, sehingga bencana abrasi dan gelombang tinggi mengancam kehidupan masyarakat yang tinggal di pesisir.
"Di saat bersamaan komoditas cengkeh dan pala yang membawa Maluku pada masa jayanya dan dikenal sebagai pulau rempah-rempah, produktivitasnya malah turun hingga berada di bawah angka produksi tingkat nasional sebagai dampak dari fenomena El Nino dan La Nina," katanya.
Sejalan dengan visi dan misi pemerintah Pusat serta provinsi untuk memprioritaskan pembangunan terkait pengelolaan sumber daya alam dan area yang rentan bencana, serta sesuai dengan berbagai kebijakan sudah ditetapkan untuk meningkatkan ketangguhan di pulau-pulau kecil, sehingga USAID APIK memberikan dukungan teknis dan memfasilitasi berbagai kajian serta penilaian.
USAID APIK selama dua tahun telah melakukan sejumlah kajian dan penilaian partisipatif yang dapat digunakan sebagai landasan awal bagi pemerintah dalam upaya peningkatan ketangguhan.
Kajian dan penilaian yang telah dilakukan antara lain, kerentanan dan risiko iklim untuk Provinsi Maluku, lanskap Ambon serta Kepulauan Lease, penilaian dampak iklim terhadap komoditas pala dan cengkeh, ketersediaan air bersih serta penilaian ketangguhan di tingkat negeri dan rencana aksi ketangguhan berbasis masyarakat.
USAID APIK juga melaksanakan sejumlah polit program melalui kerjasama dengan masyarakat untuk peningkatan ketangguhan seperti restorasi pesisir, penyempurnaan kearifan lokal "Nanaku" (menandai) dan "Sasi" untuk menentukan waktu tanam dan praktik penangkapan ikan.
Selain itu, studi dan penilaian dilakukan menggunakan pendekatan multi pihak dengan berbagai perwakilan dalam dalam penyusunan dokumen mulai dari pemerintah, akademisi dan ahli, juga perwakilan organisasi masyarakat sipil.
Wakil Gubernur Maluku, Zeth Sahuburua menyambut positif berbagai program yang telah dilakukan USAID APIK di tiga daerah, terutama meningkatkan ketangguhan masyarakat di Maluku Tengah, Kota Ambon dan Kepulauan Aru dalam menghadapi bencana.
"Alam kita rusak karena ulah manusia. Dulu para leluhur bisa mengetahui atau memperkirakan kapan musim hujan dan panas. Tetapi sekarang tidak bisa lagi karena lingkungan alam ini sudah berubah," ujarnya.
Wagub bergarap, dalam waktu dekat sudah ada program yang dilakukan sebagai tindaklanjuti hasil kajian yang telah dilakukan USAID APIK dalam mempersiapkan masyarakat untuk mengantisipasi sejak dini terjadinya bencana.
"Saya berharap kemitraan seperti ini dapat diperkuat di masa mendatang. Saya juga mengajak semua pihak untuk berpartisipasi dalam upaya membangun ketangguhan masyarakat terhadap dampak bencana. Memang mudah membangun ketangguhan masyarakat, tetapi bukan tidak mustahil dapat dicapai melalui kerjasama," ujar Wagub.
COPYRIGHT © ANTARA News Ambon, Maluku 2017