Ambon, 18/2 (Antaranews Maluku) - Para nelayan tradisional diimbau mewaspadai gelombang tinggi mencapai 2,50 meter di laut Arafura, abupaten Kepulauan Aru pada beberapa hari ke depan.
Kepala BMKG Stasiun Pattimura Ambon, George Mahubessy, dikonfirmasi, Miggu, mengatakan, gelombang setinggi 2,50 meter berbahaya bagi nelayan yang hendak menangkap ikan dengan armada tradisional.
"Jadi harus diwaspadai karena Laut Arafura merupakan `surga` penangkapan aneka jenis ikan bernilai ekonomis secara geografis dekat dengan Australia sehingga harus diperhatikan para nelayan tradisional," ujarnya.
Alasanya, nelayan tradisonal asal Maluku sering ditangkap aparat keamanan negara tetangga tersebut karena melewati wilayah teritorial.
Apalagi, kondisi cuaca Maluku saat ini berawan hingga hujan lokal.
Karena itu, para nelayan yang hendak menangkap ikan jangan memaksakan diri melaut dengan mengandalkan armada tradisional.
Armada tradisional tidak kuat menahan kondisi cuaca tersebut dengan sewaktu-waktu terjadi perubahan kecepatan angin sehingga memengaruhi tinggi gelombang.
"Jadi imbauan kondisi cuaca telah disampaikan melalui masing-masing Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) di sembilan kabupaten dan dua kota, termasuk para Bupati maupun Wali Kota," ujar George.
Dia mengingatkan, bila terjadi kondisi cuaca ekstrem, maka Kepala Kantor Kesyahbandaran dan Otoritas Pelabuhan (KSOP) Kelas 1 Ambon berwenang tidak memberikan izin berlayar, bahkan sekiranya dipandang perlu aktivitas pelayaran untuk sementara ditutup sambil menunggu laporan perkembangan cuaca terbaru.
"Para pengguna jasa transportasi juga hendaknya memaklumi bila terjadi penundaan dan keterlambatan jadwal keberangkatan kapal laut akibat faktor cuaca karena pertimbangan perlunya memprioritaskan keselamatan," tandas George.
COPYRIGHT © ANTARA News Ambon, Maluku 2018
Kepala BMKG Stasiun Pattimura Ambon, George Mahubessy, dikonfirmasi, Miggu, mengatakan, gelombang setinggi 2,50 meter berbahaya bagi nelayan yang hendak menangkap ikan dengan armada tradisional.
"Jadi harus diwaspadai karena Laut Arafura merupakan `surga` penangkapan aneka jenis ikan bernilai ekonomis secara geografis dekat dengan Australia sehingga harus diperhatikan para nelayan tradisional," ujarnya.
Alasanya, nelayan tradisonal asal Maluku sering ditangkap aparat keamanan negara tetangga tersebut karena melewati wilayah teritorial.
Apalagi, kondisi cuaca Maluku saat ini berawan hingga hujan lokal.
Karena itu, para nelayan yang hendak menangkap ikan jangan memaksakan diri melaut dengan mengandalkan armada tradisional.
Armada tradisional tidak kuat menahan kondisi cuaca tersebut dengan sewaktu-waktu terjadi perubahan kecepatan angin sehingga memengaruhi tinggi gelombang.
"Jadi imbauan kondisi cuaca telah disampaikan melalui masing-masing Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) di sembilan kabupaten dan dua kota, termasuk para Bupati maupun Wali Kota," ujar George.
Dia mengingatkan, bila terjadi kondisi cuaca ekstrem, maka Kepala Kantor Kesyahbandaran dan Otoritas Pelabuhan (KSOP) Kelas 1 Ambon berwenang tidak memberikan izin berlayar, bahkan sekiranya dipandang perlu aktivitas pelayaran untuk sementara ditutup sambil menunggu laporan perkembangan cuaca terbaru.
"Para pengguna jasa transportasi juga hendaknya memaklumi bila terjadi penundaan dan keterlambatan jadwal keberangkatan kapal laut akibat faktor cuaca karena pertimbangan perlunya memprioritaskan keselamatan," tandas George.
COPYRIGHT © ANTARA News Ambon, Maluku 2018