Saumlaki, 26/10 (Antaranews Maluku) - Jembatan Wear Arafura yang dibangun oleh Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) untuk menghubungkan pulau Yamdena, dari wilayah Siwaan dan pulau Larat, Maluku Tenggara Barat (MTB) sudah bisa dilewati kendaraan termasuk yang berbeban berat.
"Memang benar, jembatan Wear Arafura belum diresmikan tetapi kita sudah melayani kendaraan yang meminta ijin untuk melewati jembatan," kata juru bicara PT. Nindya Karya, Jefry Arwalembun, di Saumlaki, Jumat.
Menurut dia, Jembatan Wear Arafura sepanjang 323 meter yang dibangun berdasarkan kontrak nomor: HK.02.03/BL.XVI/4986.01/APBN/2016/04 sejak 7 Desember 2016, telah rampung 99 persen.
Total anggaran pembangunan jembatan itu Rp123.079.727.000 dan dikerjakan selama 24 bulan atau 720 hari kalender, dengan konsultan pengawas yakni PT. Karunya Data Konsultan jo PT. Nusvey.
Site Engineer Konsultan pengawas, Bambang, Quality Engineer konsultan, Abd Rahman, serta Site Operation Manager PT. Nindya Karya, Fatah Hanifa saat ditemui menjelaskan, jembatan tersebut sudah layak untuk dilalui karena selain sudah bisa dikatakan rampung, kualitasnya tidak diragukan lagi.
"Pekerjaan betonnya kalau sudah melewati 28 hari maka tidak ada masalah jika mau dilewati. Nah, sewaktu louncher beberapa waktu lalu itu kita sudah naikkan sejumlah alat berat kisaran 300 ton," kata Bambang.
Meskipun telah diberikan kesempatan untuk dilewati oleh masyarakat namun pihak perusahaan masih menerapkan sistem buka tutup. Hal ini dilakukan karena pihak perusahaan ditegur oleh para pemilik motor laut (ketinting) yang selama ini beroperasi menyembrangkan penumpang di selat itu.
"Cuma kendala kita adalah masyarakat pemilik rakit dan ketinting biasanya complain kita kalau kita kasi lewat orang. Tetapi kalau ada tamu yang minta, kita kasi lewat. Paling banyak kita ijinkan untuk dilewati oleh rombongan Pemerintah Daerah, Pemerintah kecamatan atau kalau ada pejabat yang lewat," kata Fatah Hanifah.
Abd Rahman menambahkan saat ini pihaknya sedang menanti pemuatan material untuk penyelesaian pekerjaan yang belum selesai, sebelum masa kontraknya berakhir yakni pada tanggal 27 November 2018.
"Kita tinggal selesaikan marka jalan. Saat ini material marka jalan sedang dibawah dari Surabaya dan dalam sehari dua ini jika sudah ada maka kita akan kerja. Pekerjaan marka jalan itu seperti ?pengecatan bahu jalan, garis batas jalan dan cat tembok sepanjang jembatan dan kerjanya hanya beberapa hari saja sudah selesai," katanya.
Sebelumnya, Pemerintah Daerah Kabupaten Maluku Tenggara Barat menyurati Presiden Joko Widodo untuk berkenan meresmikan Jembatan tersebut saat berkunjung ke Ambon guna membuka Pesta Paduan Suara Gerejani (Pesparani) I di Ambon, namun batal karena terjadi perubahan agenda presiden.
COPYRIGHT © ANTARA News Ambon, Maluku 2018
"Memang benar, jembatan Wear Arafura belum diresmikan tetapi kita sudah melayani kendaraan yang meminta ijin untuk melewati jembatan," kata juru bicara PT. Nindya Karya, Jefry Arwalembun, di Saumlaki, Jumat.
Menurut dia, Jembatan Wear Arafura sepanjang 323 meter yang dibangun berdasarkan kontrak nomor: HK.02.03/BL.XVI/4986.01/APBN/2016/04 sejak 7 Desember 2016, telah rampung 99 persen.
Total anggaran pembangunan jembatan itu Rp123.079.727.000 dan dikerjakan selama 24 bulan atau 720 hari kalender, dengan konsultan pengawas yakni PT. Karunya Data Konsultan jo PT. Nusvey.
Site Engineer Konsultan pengawas, Bambang, Quality Engineer konsultan, Abd Rahman, serta Site Operation Manager PT. Nindya Karya, Fatah Hanifa saat ditemui menjelaskan, jembatan tersebut sudah layak untuk dilalui karena selain sudah bisa dikatakan rampung, kualitasnya tidak diragukan lagi.
"Pekerjaan betonnya kalau sudah melewati 28 hari maka tidak ada masalah jika mau dilewati. Nah, sewaktu louncher beberapa waktu lalu itu kita sudah naikkan sejumlah alat berat kisaran 300 ton," kata Bambang.
Meskipun telah diberikan kesempatan untuk dilewati oleh masyarakat namun pihak perusahaan masih menerapkan sistem buka tutup. Hal ini dilakukan karena pihak perusahaan ditegur oleh para pemilik motor laut (ketinting) yang selama ini beroperasi menyembrangkan penumpang di selat itu.
"Cuma kendala kita adalah masyarakat pemilik rakit dan ketinting biasanya complain kita kalau kita kasi lewat orang. Tetapi kalau ada tamu yang minta, kita kasi lewat. Paling banyak kita ijinkan untuk dilewati oleh rombongan Pemerintah Daerah, Pemerintah kecamatan atau kalau ada pejabat yang lewat," kata Fatah Hanifah.
Abd Rahman menambahkan saat ini pihaknya sedang menanti pemuatan material untuk penyelesaian pekerjaan yang belum selesai, sebelum masa kontraknya berakhir yakni pada tanggal 27 November 2018.
"Kita tinggal selesaikan marka jalan. Saat ini material marka jalan sedang dibawah dari Surabaya dan dalam sehari dua ini jika sudah ada maka kita akan kerja. Pekerjaan marka jalan itu seperti ?pengecatan bahu jalan, garis batas jalan dan cat tembok sepanjang jembatan dan kerjanya hanya beberapa hari saja sudah selesai," katanya.
Sebelumnya, Pemerintah Daerah Kabupaten Maluku Tenggara Barat menyurati Presiden Joko Widodo untuk berkenan meresmikan Jembatan tersebut saat berkunjung ke Ambon guna membuka Pesta Paduan Suara Gerejani (Pesparani) I di Ambon, namun batal karena terjadi perubahan agenda presiden.
COPYRIGHT © ANTARA News Ambon, Maluku 2018