Saumlaki, 23/11 (Antaranews Maluku) - PT Inpex Masela yang hadir di Maluku Tenggara Barat tertarik mengembangkan kain tenun ikat untuk membantu pengembangan ekonomi masyarakat sekaligus menghormati warisan leluhur dari masyarakat Tanimbar.

Halida Hatta, penasihat PT Inpex di Saumlaki, Maluku Tenggara Barat (MTB), Jumat, mengatakan pemasaran tenun ikat, khususnya tenun ikat Tanimbar saat ini terbuka cukup luas, itu bisa dibuktikan dengan pesanan yang datang dari berbagai perusahan besar di negeri ini maupun lembaga lain di Tanah Air, termasuk pilot project untuk seluruh warga desa yang ada di Kepulauan Tanimbar.

"Apalagi saya dengar sejak tahun lalu Pemerintah Daerah MTB sudah membuat aturan bagi seluruh pegawai negeri sipil (PNS) untuk menggunakan pakaian seragam setiap hari Jumat dengan bahan kain dari hasil tenun ikat Tanimbar.

Ia mengatakan hal ini terbuka lebar untuk pemasaran hasil tenunan kelompok penenun kain tenun ikat Tanimbar ke depan.

"Saya juga sampaikan hal itu saat memberikan sambutan pada acara program Sosial Bank Indonesia (BI) dan peresmian program Pengembangan tenun Tanimbar di Desa Amdasa, MTB, yang berlangsung pada hari Kamis (22/11) di Desa Amdasa.

Dia mengatakan apa lagi pemerintah daerah di MTB sejak tahun lalu sudah membuat aturan yang mengharuskan seluruh PNS menggunakan pakian seragam dari bahan tenun ikat Tanimbar setiap hari Jumat.

"Hal ini sangat terbuka lebar untuk pemasaran hasil para kelompok penenun kain tenun ikat Tanimbar ke depan," ujarnya.

Menurutnya, masyarakat leluhur MTB sejak dulu juga menghormati dan membuat pola atau gambar dan ada juga kain tenun ikat untuk terus dikembangkan seperti ikan, tombak, nelayan, dimana sejak dahulu sampai sekarang masih dikembangkan.

"Kami jakin pengembangan kain tenun ikat Tanimbar ke depan akan maju dengan adanya bantuan alat tenun bukan mesin (ATBM) dari Kantor Perwakilan Bank Indonesia (BI) Provinsi Maluku, maka hasil kain tenunannya akan lebih halus dari yang selama ini dilakukan secara tradisional," ujarnya.

Halida mengatakan, program ini secara khusus merupakan lanjutan dari program pengembangan tenun Tanimbar yang didukung sejak tahun 2013 lalu.

Karena itu ia mengharapkan program pelatihan? semakin memperkaya dan memperkokoh upaya multi-stakeholders dalam merevitalisasi tenun Tanimbar, baik sebagai budaya lokal maupun aktifitas ekonomi kreatif masyarakat MTB.

"Tenun ikat Tanimbar yang merupakan suatu kepandaian, talenta yang ada di dalam pikiran yang sudah terpatri dan disambung oleh generasi ke generasi," ujarnya.

Karena itu, jatanya, peran ibu-ibu di MTB dan khususnya di Desa Amdasa ini tenun ikat tidak hanya ini dikerjakan oleh kaum perempuan, tetapi juga laki-laki perlu menenun, karena merupakan budaya warisan khususnya yang ada di Kepulauan Tanimbar.

"Jangan kita biarkan ibu-ibu saja yang membawa atau penyambung warisan para leluhur, kita melihat dari kain yang dipakai oleh anak-anak penari tadi dalam acara penyambutan itu semua pesan dari para leluhur, ada filosofi, ada pesan-pesan kearifan leluhur yang sebetulnya disampaikan para leluhur yang intinya untuk menjaga adat, kehidupan di dalam keseimbangan antara alam dan perilaku manusia," ujarnya.

"Bagaimana memanfaatkan pemberian alam yang merupakan berkah dari Tuhan yang semuanya itu harus kita hormati, itu yang perlu sekarang ini.

Pewarta: John Soplanit

Editor : John Nikita S


COPYRIGHT © ANTARA News Ambon, Maluku 2018