Ternate, 15/1 (ANTARA News) - Banyak petani kelapa di Kabupaten Halmahera Barat, Maluku Utara tidak beralih usaha mengembangkan tanaman jagung yang dinilai lebih menguntungkan dibandingkan mengolah kopra.

"Kalau mengolah kopra dengan harga kopra yang sangat murah seperti sekarang, yang kami dapat justru kerugian, berbeda kalau mengembangkan jagung," kata salah seorang petani kelapa asal Halmahera Barat, Idrus di Ternate, Selasa.

Harga kopra di Halmahera Barat termasuk kabupaten/kota lainnya di Malut sejak setahun terakhir terus anjlok sampai menjadi sekitar Rp2.000 per kg atau jauh di bawah biaya produksi kopra yang mencapai sekitar Rp3.250 per kg.

Menurut dia, dengan mengembangkan jagung seluas 1 hektare bisa mendapatkan hasil sekitar Rp18 juta dengan asumsi 1 hektare menghasilkan 6 ton jagung dengan harga jual Rp3.000 per kg.

Dari hasil Rp18 juta itu setelah dikurangi biaya produksi, seperti benih unggul, ?pupuk dan pestisida serta biaya pengolahan lahan dan perawatan , petani bisa mendapatkan penghasilan bersih sekitar Rp10 juta.

Pemkab Halmahera Barat, kata Idrus, tengah memprogramkan pengembangan jagung secara besar-besaran dengan memberikan berbagai bantuan, sehingga para petani kelapa di daerah itu semakin tergiur untuk mengembangkan jagung.

Namun kendala yang dihadapi para petani kelapa untuk mengembangkan jagung adalah tidak semua memiliki lahan untuk mengembangkan tanaman itu, sehingga terpaksa menyewah lahan atau membuka lahan baru di kawasan hutan.

Sebelumnya Kepala Dinas Pertanian Halmahera Barat, Taher Balacai mengakui bahwa Pemkab 2019 ini memprogramkan pengembangan jagung seluas 25 hektare dan untuk itu terus mendorong petani setempat untuk mengembangkan tanaman itu.

Pemkab Halmahera Barat sudah menjaling kerja sama dengan pengusaha di Pulau Jawa untuk pemasaran jagung dari daerah ini sedikitnya 300 ton per bulan, tetapi bisa dipenuhi baru sekitar 200 ton per bulan.

Pewarta: La Ode Aminuddin

Editor : John Nikita S


COPYRIGHT © ANTARA News Ambon, Maluku 2019