Menempuh ribuan kilometer dari Ibu kota Nuuk menuju Nanning, China, timnas bulu tangkis Greenland mendapatkan pengalaman berharga dan tak telupakan di ajang Piala Sudirman 2019.
Tergabung di Grup 4 bersama Kazahkstan dan Makau, Greenland merasakan bagaimana atmosfer pertandingan yang dipenuhi oleh jagoan-jagoan bulutangkis dunia di tengah arena megah Guangxi Sports Center Gymnasium di pinggiran kota Nanning itu.
Walaupun mengalami kekalahan telah 0-5 dari Makau di pertandingan pembuka Grup 4, para pebulu tangkis Greenland tampak menikmati setiap momen di pertandingan itu.
Bagi pasangan ganda campuran Toke Ketwa-Driefer/Milka Brønlund, mewakili negara mereka di kompetisi dengan level setinggi Piala Sudirman adalah suatu kebanggaan.
"Tentunya kami sadar jika kami tidak berada di level yang sama dengan yang lain. Tapi bagi kami, datang ke sini dan mewakili negara kami itu luar biasa. Kami akan melakukan yang terbaik walau pun tahu kami bisa kalah kapan saja," ungkap Ketwa-Driefer ketika ditemui usai laga melawan Kazakhstan, Selasa.
Tak ada raut kecewa di wajah pebulu tangkis berusia 21 tahun itu setelah menelan kekalahan di laga pertamanya hari itu.
"Ini yang pertama kalinya bagi kami, dan hari ini pertama kalinya bagi kami bermain. Kalah itu tidak enak, tapi sangat luar biasa bermain di sini di China dengan semua fans yang luar biasa dan arena yang hebat. Tak bisa dibayangkan," kata Ketwa-Driefer usai laga melawan ganda putra Kazakhstan.
Bukan hanya di arena Piala Sudirman Ketwa-Driefer bersama tujuh pebulu tangkis lain yang memperkuat tim Greenland mendapati perjuangan yang berat.
Tim yang berasal dari pulau terbesar dan terpencil di dekat lingkar kutub utara itu harus menabrak batasan geografis untuk bisa sampai ke China yang berada di belahan dunia lain.
Sebelumnya sebagian besar punggawa badminton Greendland itu memiliki pengalaman turun di turnamen internasional BWF Future Series di Islandia, venue terjauh yang pernah mereka sambangi.
"Kami tidak banyak bermain di kejuaran di luar negeri karena terbang dari Greenland sangat mahal karena kami hanya memiliki satu bandara besar jadi jika kami ingin ke turnamen internasional kami harus bepergian dan itu bisa menghabiskan banyak ribuan dolar dan euro."
Dari Nuuk, mereka harus terbang ke Denmark terlebih dahulu untuk bisa mengambil penerbangan internasional ke negara-negara lain.
Suatu komitemen luar biasa bagi Greenland, yang merupakan negara otonomi di bawah Kerajaan Denmark itu, untuk bisa membawa delapan atlet ke Piala Sudirman karena ternyata bulu tangkis adalah olahraga populer ketiga di sana setelah sepak bola dan bola tangan.
Walaupun demikian, Brønlund mengungkapkan bahwa arena bulutangkis di sana tidak banyak sehingga cukup berdampak kepada latihan mereka.
"Sedikit berat karena hanya ada tiga gelanggang di Nuuk, tempat kami tinggal... cukup sulit juga ketika harus berbagi dengan olahraga yang lain," kata Brønlund.
Di negara dengan penduduk sekitar 55.000 orang itu hanya ada satu kali kejuaraan nasional bulu tangkis dan sejumlah turnamen kecil lainnya.
Mereka pun bergantung kepada Denmark untuk memasok perlengkapan bulu tangkis seperti raket dan kok.
"Sangat sulit karena ini adalah pertama kalinya kami bermain (di Piala Sudirman) dan ini adalah arena yang besar. Pengalaman baru, levelnya sangat tinggi dan berat bagi kami," kata tunggal putra Jens-Frederik Nielsen.
"Kami belum pernah bermain di tengah penonton yang sangat banyak seperti sekarang."
"Kami tak punya liga nasional, hanya satu kejuaraan dalam satu tahun dan itu pun dengan ratusan penonton saja. Dan itu berlangsung di arena yang kecil, lebih kecil dari arena latihan di sini," kata Nielsen.
Neilsen mengungkapkan jika bulu tangkis Greenland mengalami perkembangan yang cukup baik beberapa tahun belakangan.
"Namun hanya ada sekitar 55.000 orang di Greenland dan oleh karena itu ada batasan yang sangat besar soal bagaimana dia bisa berkembang... saat ini mungkin ada 1.000-an orang yang bermain bulu tangkis, jadi tidak banyak."
Di pertandingan kedua Grup 4 melawan Kazakhstan, Greenland kembali menderita kekalahan 1-4.
Satu-satunya kemenangan Greenland dipersembahkan dari tunggal putri terbaik mereka Sara Lindskov Jacobsen yang memaksa Aisha Zhumabek bermain tiga gim hari itu.
"Aku rasa hari ini lebih baik. Terakhir kali sangat sulit jadi kami sepertinya kalah telak lagi hari ini, tapi ini adalah perasaan yang menyenangkan," ungkap petenis cantik itu usai mengalahkan lawannya.
COPYRIGHT © ANTARA News Ambon, Maluku 2019
Tergabung di Grup 4 bersama Kazahkstan dan Makau, Greenland merasakan bagaimana atmosfer pertandingan yang dipenuhi oleh jagoan-jagoan bulutangkis dunia di tengah arena megah Guangxi Sports Center Gymnasium di pinggiran kota Nanning itu.
Walaupun mengalami kekalahan telah 0-5 dari Makau di pertandingan pembuka Grup 4, para pebulu tangkis Greenland tampak menikmati setiap momen di pertandingan itu.
Bagi pasangan ganda campuran Toke Ketwa-Driefer/Milka Brønlund, mewakili negara mereka di kompetisi dengan level setinggi Piala Sudirman adalah suatu kebanggaan.
"Tentunya kami sadar jika kami tidak berada di level yang sama dengan yang lain. Tapi bagi kami, datang ke sini dan mewakili negara kami itu luar biasa. Kami akan melakukan yang terbaik walau pun tahu kami bisa kalah kapan saja," ungkap Ketwa-Driefer ketika ditemui usai laga melawan Kazakhstan, Selasa.
Tak ada raut kecewa di wajah pebulu tangkis berusia 21 tahun itu setelah menelan kekalahan di laga pertamanya hari itu.
"Ini yang pertama kalinya bagi kami, dan hari ini pertama kalinya bagi kami bermain. Kalah itu tidak enak, tapi sangat luar biasa bermain di sini di China dengan semua fans yang luar biasa dan arena yang hebat. Tak bisa dibayangkan," kata Ketwa-Driefer usai laga melawan ganda putra Kazakhstan.
Bukan hanya di arena Piala Sudirman Ketwa-Driefer bersama tujuh pebulu tangkis lain yang memperkuat tim Greenland mendapati perjuangan yang berat.
Tim yang berasal dari pulau terbesar dan terpencil di dekat lingkar kutub utara itu harus menabrak batasan geografis untuk bisa sampai ke China yang berada di belahan dunia lain.
Sebelumnya sebagian besar punggawa badminton Greendland itu memiliki pengalaman turun di turnamen internasional BWF Future Series di Islandia, venue terjauh yang pernah mereka sambangi.
"Kami tidak banyak bermain di kejuaran di luar negeri karena terbang dari Greenland sangat mahal karena kami hanya memiliki satu bandara besar jadi jika kami ingin ke turnamen internasional kami harus bepergian dan itu bisa menghabiskan banyak ribuan dolar dan euro."
Dari Nuuk, mereka harus terbang ke Denmark terlebih dahulu untuk bisa mengambil penerbangan internasional ke negara-negara lain.
Suatu komitemen luar biasa bagi Greenland, yang merupakan negara otonomi di bawah Kerajaan Denmark itu, untuk bisa membawa delapan atlet ke Piala Sudirman karena ternyata bulu tangkis adalah olahraga populer ketiga di sana setelah sepak bola dan bola tangan.
Walaupun demikian, Brønlund mengungkapkan bahwa arena bulutangkis di sana tidak banyak sehingga cukup berdampak kepada latihan mereka.
"Sedikit berat karena hanya ada tiga gelanggang di Nuuk, tempat kami tinggal... cukup sulit juga ketika harus berbagi dengan olahraga yang lain," kata Brønlund.
Di negara dengan penduduk sekitar 55.000 orang itu hanya ada satu kali kejuaraan nasional bulu tangkis dan sejumlah turnamen kecil lainnya.
Mereka pun bergantung kepada Denmark untuk memasok perlengkapan bulu tangkis seperti raket dan kok.
"Sangat sulit karena ini adalah pertama kalinya kami bermain (di Piala Sudirman) dan ini adalah arena yang besar. Pengalaman baru, levelnya sangat tinggi dan berat bagi kami," kata tunggal putra Jens-Frederik Nielsen.
"Kami belum pernah bermain di tengah penonton yang sangat banyak seperti sekarang."
"Kami tak punya liga nasional, hanya satu kejuaraan dalam satu tahun dan itu pun dengan ratusan penonton saja. Dan itu berlangsung di arena yang kecil, lebih kecil dari arena latihan di sini," kata Nielsen.
Neilsen mengungkapkan jika bulu tangkis Greenland mengalami perkembangan yang cukup baik beberapa tahun belakangan.
"Namun hanya ada sekitar 55.000 orang di Greenland dan oleh karena itu ada batasan yang sangat besar soal bagaimana dia bisa berkembang... saat ini mungkin ada 1.000-an orang yang bermain bulu tangkis, jadi tidak banyak."
Di pertandingan kedua Grup 4 melawan Kazakhstan, Greenland kembali menderita kekalahan 1-4.
Satu-satunya kemenangan Greenland dipersembahkan dari tunggal putri terbaik mereka Sara Lindskov Jacobsen yang memaksa Aisha Zhumabek bermain tiga gim hari itu.
"Aku rasa hari ini lebih baik. Terakhir kali sangat sulit jadi kami sepertinya kalah telak lagi hari ini, tapi ini adalah perasaan yang menyenangkan," ungkap petenis cantik itu usai mengalahkan lawannya.
COPYRIGHT © ANTARA News Ambon, Maluku 2019