Stasiun Meteorologi Pattimura Ambon memperingatkan terjadinya gelombang laut tinggi mencapai empat meter di laut Arafura, Kabupaten Kepulauan Aru, provinsi Maluku pada beberapa hari kedepan.
Kepala Stasiun Meteorologi Pattimura Ambon, Ot Oral Sem Wilar dikonfirmasi di Ambon, Minggu, mengatakan, gelombang itu dipengaruhi adanya angin umumnya bertiup dari arah Timur hingga Tenggara dengan kecepatan terbesar 30 knot (55 KM per jam).
Karena itu, menurut dia para nelayan telah diimbau mewaspadai gelombang tinggi tersebut dan hendaknya jangan memaksakan diri melaut dengan mengandalkan armada tradisional.
Armada tradisional tidak kuat menahan kondisi cuaca tersebut, apalagi sewaktu-waktu terjadi perubahan kecepatan angin sehingga mempengaruhi tinggi gelombang.
Apalagi, laut Arafura merupakan "surga" penangkapan ikan sehingga sering para nelayan asal Maluku yang hanyut ke perairan Australia, makanya diamankan petugas keamanan di sana selanjutnya dideportasi ke Indonesia.
Ot mengingatkan juga gelombang mencapai 2,50 meter berpeluang terjadi di perairan Kepulauan Babar-KepulauanTanimbar, laut Banda, perairan Selatan Kepulauan Kei dan laut Maluku bagian Utara.
Sedangkan, angin kencang lebih dari 30 KM per jam berpeluang terjadi di kota Ambon maupun Tual serta kabupaten Buru maupun Buru Selatan, Seram Bagian Barat, Seram Bagian Timur, Maluku Tenggara, Kepulauan Tanimbar maupun Maluku Barat Daya.
Ot mengemukakan, imbauan kondisi cuaca juga disampaikan ke Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) sembilan kabupaten dan dua kota, termasuk para Bupati maupun Wali Kota.
Bila terjadi kondisi cuaca ekstrem, maka Kepala Kantor Kesyahbandaran dan Otoritas Pelabuhan (KSOP) Kelas 1 Ambon berwenang tidak memberikan izin berlayar, bahkan sekiranya dipandang perlu aktivitas pelayaran untuk sementara ditutup sambil menunggu laporan perkembangan cuaca terbaru.
"Para pengguna jasa transportasi juga hendaknya memaklumi bila terjadi penundaan dan keterlambatan jadwal keberangkatan kapal laut akibat faktor cuaca karena pertimbangan perlunya memprioritaskan keselamatan," tambahnya.
COPYRIGHT © ANTARA News Ambon, Maluku 2019
Kepala Stasiun Meteorologi Pattimura Ambon, Ot Oral Sem Wilar dikonfirmasi di Ambon, Minggu, mengatakan, gelombang itu dipengaruhi adanya angin umumnya bertiup dari arah Timur hingga Tenggara dengan kecepatan terbesar 30 knot (55 KM per jam).
Karena itu, menurut dia para nelayan telah diimbau mewaspadai gelombang tinggi tersebut dan hendaknya jangan memaksakan diri melaut dengan mengandalkan armada tradisional.
Armada tradisional tidak kuat menahan kondisi cuaca tersebut, apalagi sewaktu-waktu terjadi perubahan kecepatan angin sehingga mempengaruhi tinggi gelombang.
Apalagi, laut Arafura merupakan "surga" penangkapan ikan sehingga sering para nelayan asal Maluku yang hanyut ke perairan Australia, makanya diamankan petugas keamanan di sana selanjutnya dideportasi ke Indonesia.
Ot mengingatkan juga gelombang mencapai 2,50 meter berpeluang terjadi di perairan Kepulauan Babar-KepulauanTanimbar, laut Banda, perairan Selatan Kepulauan Kei dan laut Maluku bagian Utara.
Sedangkan, angin kencang lebih dari 30 KM per jam berpeluang terjadi di kota Ambon maupun Tual serta kabupaten Buru maupun Buru Selatan, Seram Bagian Barat, Seram Bagian Timur, Maluku Tenggara, Kepulauan Tanimbar maupun Maluku Barat Daya.
Ot mengemukakan, imbauan kondisi cuaca juga disampaikan ke Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) sembilan kabupaten dan dua kota, termasuk para Bupati maupun Wali Kota.
Bila terjadi kondisi cuaca ekstrem, maka Kepala Kantor Kesyahbandaran dan Otoritas Pelabuhan (KSOP) Kelas 1 Ambon berwenang tidak memberikan izin berlayar, bahkan sekiranya dipandang perlu aktivitas pelayaran untuk sementara ditutup sambil menunggu laporan perkembangan cuaca terbaru.
"Para pengguna jasa transportasi juga hendaknya memaklumi bila terjadi penundaan dan keterlambatan jadwal keberangkatan kapal laut akibat faktor cuaca karena pertimbangan perlunya memprioritaskan keselamatan," tambahnya.
COPYRIGHT © ANTARA News Ambon, Maluku 2019