Psikolog perdamaian Dwi Prihandini menyatakan, anak harus diberikan pemahaman perundungan atau bullying maupun body shaming.

"Body shaming termasuk bullying, dan bullying termasuk kekerasan, karena itu anak maupun orang tua harus diberikan pemahaman, " kata psikolog perdamaian yang juga direktur Clerry Cleffy Institute itu, saat memberikan sosialisasi bagi anak SMTPI jemaat Bethabara kota Ambon, Minggu.

Ia mengatakan, body shaming sesuai literatur merupakan tindakan mengomentari bentuk fisik seseorang baik itu disengaja ataupun tidak, sehingga berpengaruh ke masalah mental orang yang dikomentari.

Sedangkan bullying atau bully dapat diartikan sebagai suatu tindakan mengancam yang dilakukan seseorang terhadap orang lain yang dapat menyebabkan tekanan psikis.

"Sosialisasi stop bullying dan stop body shaming Clerry Cleffy Institute (CCI) bermitra dengan Firda Athira Foundation (FAF) dan Yayasan Peduli Inayana Maluku (YPIM
Sosialisasi stop bullying dan stop body shaming Clerry Cleffy Institute (CCI) bermitra dengan Firda Athira Foundation (FAF) dan Yayasan Peduli Inayana Maluku (YPIM) di Ambon, Minggu (18/8)
)," ujarnya.

Dwi menjelaskan, perilaku agresif sosial yang kompleks, sebagian besar terjadi karena proses belajar. Baik dari pengalaman langsung, praktek atau melalui pengamatan pada orang lain.

Pelaku Body Shaming di media sosial dapat dijerat dengan Pasal 27 ayat 3 (jo) Pasal 45 ayat 3 (jo) UU No 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik, sebagaimana telah diubah dalam UU No 19 Tahun 2016.

Hal itu katanya, merupakan delik aduan dengan ancaman hukuman penjara paling lama 4 tahun atau denda paling banyak 750 juta.

"Pemahaman seperti ini yang perlu diketahui generasi muda, agar mereka lebih berhati-hati serta mengontrol diri dalam menggunkanan media sosial," ujarnya.

Diakuinya, penelitian juga menyebutkan bahwa pelaku body shaming terbesar dalam keluarga dengan presentasi 62 persen.

"Karena itu orang tua harus lebih berhati-hati untuk tidak memberi label tertentu pada anak, serta mengontrol setiap ucapan kepada anak, karena hal tersebut dapat mempengaruhi rasa percaya diri dan mengganggu prestasi anak," tandasnya.

Sosialisasi ini diikuti 200 anak SMTPI dan kesempatan ini juga dilakukan peluncurkan buku bela negara jilid 2 yang ditulis psikologi perdamaian serta Direktur CCI.

Pewarta: Penina Fiolana Mayaut

Editor : John Nikita S


COPYRIGHT © ANTARA News Ambon, Maluku 2019