Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) masih terus melanjutkan penelitian mengenai gempa tektonik magnitudo 6,5 yang melanda Pulau Ambon dan sekitarnya pada 26 September 2019, dengan menurunkan tim gerak cepat gempa.

Tim tersebut terdiri dari dua peneliti LIPI, yakni ahli geologi Fahreza Sasongko dan ahli geofisika Rian Amukti, serta dosen Jurusan Teknik Geologi Universitas Pattimura (Unpatti) Ambon Zain Tuakia.

Fahreza Sasongko, di Ambon, Rabu menjelaskan data sementara yang diperoleh menunjukkan bahwa gempa pertama magnitudo 6,5 dengan mekanisme sesar atau patahan mendatar berpusat di dekat Kairatu, Pulau Seram. Patahan jenis ini umumnya tidak menimbulkan tsunami.

Sedangkan gempa kedua terjadi di Selat Haruku dengan magnitudo 5,6 yang terbentuk oleh mekanisme sesar turun.

Analisis sebaran episenter atau titik pusat gempa dapat menunjukkan lokasi, bentuk dan pergerakan bidang patahan yang menyebabkan terjadinya gempa. Setelah dipetakan lokasi patahan berada di sebelah barat Pulau Ambon, mulai dari Kairatu hingga Selat Haruku.

Patahan tersebut berbeda dengan patahan yang menyebabkan gempa dan tsunami pada 1950, yang terletak di sebelah selatan Pulau Ambon.

Meskipun belum terpetakan sebagai sesar aktif, namun patahan penyebab gempa tersebut bukanlah patahan yang baru terbentuk, melainkan patahan yang sudah ada sebelumnya dan baru menunjukkan aktivitas kegempaan karena sesar aktif merupakan patahan yang pernah mengalami pergerakan setidaknya dalam 10.000 tahun terakhir.

"Memang terdapat patahan di dekat Kairatu, namun jenisnya adalah patahan naik. Patahan naik aktif juga terdapat di utara Pulau Seram, dengan kecepatan penunjaman 5 mm per tahun. Sedangkan, mekanisme gempa yang kemarin terjadi disebabkan oleh patahan mendatar atau geser, sehingga kemungkinan sebelumnya patahan geser ini belum terpetakan sebagai sesar aktif yang dapat menghasilkan gempa," ujar Fahreza.

Ia menambahkan, dalam survei lapangan yang dilakukan di Desa Liang, Kecamatan Salahutu (Pulau Ambon), Kabupaten Maluku Tengah, pada lokasi yang berjarak sekitar 100 meter dari bibir pantai, dijumpai genangan lumpur yang keluar dari rekahan tanah akibat gempa pertama.

"Untuk temuan baru kami masih melakukan kajian lebih lanjut," kata Fahreza.

Pewarta: Shariva Alaidrus

Editor : John Nikita S


COPYRIGHT © ANTARA News Ambon, Maluku 2019