Pascagempa tektonik magnitudo 6,5 menggguncang Pulau Ambon dan sekitarnya pada 26 September 2019, jadwal kunjungan pameran di Museum Siwalima Provinsi Maluku diperpendek.

"Kami tetap membuka pameran untuk umum tapi kami tutup agak cepat, karena ini juga menjaga kemungkinan jangan sampai teman-teman masih ada di kantor terus terjadi gempa lalu mereka panik dan sebagainya," kata Kepala Museum Siwalima Jean Esther Saiya di Ambon, Jumat.

Ia mengatakan pameran berbagai koleksi Museum Siwalima baru dibuka kembali untuk umum pada 30 September 2019, tapi waktunya diperpendek dari yang biasanya pukul 08.00 hingga 16.00 WIT menjadi pukul 08.00 - 14.30 WIT.

Jadwalnya akan dinormalkan kembali setelah situasi benar-benar tenang, karena gempa-gempa tektonik susulan yang hingga kini masih terus terasa dikhawatirkan akan menyebabkan kepanikan saat pameran sedang berlangsung.

"Kami belum pasti kapan jadwalnya bisa dinormalkan kembali, mungkin setelah situasi benar-benar tenang karena semua orang masih khawatir dengan gempa-gempa kecil yang masih terus terjadi," ucapnya.

Pascagempa, kata Jean angka kunjungan mengalami penurunan, karena hanya sedikit yang yang datang berkunjung untuk melihat-lihat koleksi yang dipamerkan di gedung pameran sejarah budaya, kelautan maupun busana daerah.

Tercatat selama beberapa hari terakhir hanya turis asing yang datang berkunjung.

"Masih ada yang datang tapi tidak sebanyak biasanya. Beberapa hari ini yang datang berkunjung tapi hanya turis asing, belum ada anak-anak sekolah dan masyarakat lokal yang datang ke museum sejak gempa terjadi," ujar Jean.

Dikatakannya lagi, akibat goncangan gempa bumi magnitudo 6,5 kemarin, bagian atas dinding depan gedung pameran tetap satu yang digunakan untuk pameran sementara sejarah perjuangan bangsa, dan relief yang menggambarkan proses ritual adat kakehang masyarakat Alifuru retak.

Relief yang berada di halaman sudah diperbaiki kembali oleh petugas museum, tapi untuk gedung pameran tetap satu belum bisa dilakukan karena posisi dinding yang retak terlalu tinggi, hampir mencapai atap.

Karena itu gedung tersebut untuk sementara tidak digunakan sebab dikhawatirkan bisa tiba-tiba roboh saat ada gempa susulan.

"Relief sudah kami tangani karena pekerjaannya tidak terlalu berat, tapi dinding gedung belum karena retaknya terlalu tinggi. Hari pertama gempa satpam sudah memeriksa di dalam tidak ada kekerusakan, hanya kami juga belum berani mengeluarkan koleksi yang ada di dalam," kata Jean.

Pewarta: Shariva Alaidrus

Editor : Lexy Sariwating


COPYRIGHT © ANTARA News Ambon, Maluku 2019