Kisah mengenai kejadian tsunami pada 8 Oktober 1950 memicu warga Desa Hutumuri, Kecamatan Leitimur Selatan, Kota Ambon, mengungsi ke daerah yang lebih tinggi saat gempa dengan magnitudo 6,5 melanda wilayah Ambon pada 26 September 2019.

"Kami memilih mengungsi karena cerita para orang tua tentang tsunami meluluhlantakkan rumah-rumah maupun fasilitas lainnya saat itu, yang syukurnya tidak ada korban jiwa," kata tokoh masyarakat Desa Hutumuri, Cak Pattiasina (60), Senin.

Saat tsunami melanda Desa Hutumuri serta Desa Hatiwe Kecil dan Galala di Kecamatan Sirimau pada 1950 dia belum lahir. Namun cerita-cerita mengenai bencana itu masih hidup sampai sekarang.

"Desa Hutumuri sebagian besar rumah warganya di pesisir pantai sehingga mengungsi ke kawasan Bere-Bere maupun daerah tinggi lainnya karena tidak mau ada korban jiwa bila bencana gempa bumi dalam skala besar yang mengakibatkan tsunami benar-benar terjadi sebagaimana pada 8 Oktober 1950," ujar Cak.

Dia mengemukakan, kala itu tsunami tidak sampai mengakibatkan korban jiwa karena warga melihat tanda-tanda yang diduga menunjukkan kapal perang milik TNI siap menyerang pendukung gerakan separatis Republik Maluku Selatan (RMS).

"Jadi warga Hutumuri berlarian masuk hutan di kawasan perbukitan sehingga tidak ada korban jiwa, kendati permukiman dihantam tsunami menjadi luluh lantak," kata Cak.

Setelah gempa September, warga Desa Hutumuri mengungsi karena sebelumnya melihat ikan-ikan karang yang mati terdampar di pesisir Kecamatan Leitimur Selatan.

"Kami belum menerima penjelasan resmi dari pemerintah maupun lembaga penelitian kompeten soal penyebab kematian ribuan ikan karang sehingga mengaitkannya dengan gempa," kata Cak.

 

Pewarta: Alex Sariwating

Editor : Lexy Sariwating


COPYRIGHT © ANTARA News Ambon, Maluku 2019