Stasiun Meteorologi Pattimura Ambon memperingatkan masyarakat agar mewaspadai terjadinya gelombang laut mencapai 2,5 meter di laut Arafura, Kabupaten Kepulauan Aru, Provinsi Maluku pada beberapa hari ke depan.
Kepala Stasiun Meteorologi Pattimura Ambon, Ot Oral Sem Wilar saat dikonfirmasi di Ambon, Minggu menyebutkan gelombang itu dipengaruhi adanya angin yang umumnya bertiup dari arah Timur hingga Tenggara dengan kecepatan terbesar 20 knot (37 KM per jam).
Menurut dia, para nelayan telah diperingatkan mewaspadai gelombang tinggi tersebut dan diimbau tidak memaksakan diri melaut dengan mengandalkan armada tradisional.
Armada tradisional tidak kuat menahan kondisi cuaca tersebut, apalagi sewaktu-waktu terjadi perubahan kecepatan angin sehingga mempengaruhi tinggi gelombang, ujarnya.
Laut Arafura merupakan "surga" penangkapan ikan sehingga sering para nelayan asal Maluku hanyut ke perairan Australia.
Tidak jarang mereka diamankan petugas keamanan di sana, selanjutnya dideportasi ke Indonesia.
Ot mengemukakan, imbauan kondisi cuaca juga disampaikan ke Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) sembilan kabupaten dan dua kota, termasuk para Bupati maupun Wali Kota.
Bila terjadi kondisi cuaca ekstrem, maka Kepala Kantor Kesyahbandaran dan Otoritas Pelabuhan (KSOP) Kelas 1 Ambon berwenang tidak memberikan izin berlayar, bahkan sekiranya dipandang perlu aktivitas pelayaran untuk sementara ditutup sambil menunggu laporan perkembangan cuaca terbaru.
"Para pengguna jasa transportasi juga hendaknya memaklumi bila terjadi penundaan dan keterlambatan jadwal keberangkatan kapal laut akibat faktor cuaca karena pertimbangan perlunya memprioritaskan keselamatan," tandas Ot.
COPYRIGHT © ANTARA News Ambon, Maluku 2019
Kepala Stasiun Meteorologi Pattimura Ambon, Ot Oral Sem Wilar saat dikonfirmasi di Ambon, Minggu menyebutkan gelombang itu dipengaruhi adanya angin yang umumnya bertiup dari arah Timur hingga Tenggara dengan kecepatan terbesar 20 knot (37 KM per jam).
Menurut dia, para nelayan telah diperingatkan mewaspadai gelombang tinggi tersebut dan diimbau tidak memaksakan diri melaut dengan mengandalkan armada tradisional.
Armada tradisional tidak kuat menahan kondisi cuaca tersebut, apalagi sewaktu-waktu terjadi perubahan kecepatan angin sehingga mempengaruhi tinggi gelombang, ujarnya.
Laut Arafura merupakan "surga" penangkapan ikan sehingga sering para nelayan asal Maluku hanyut ke perairan Australia.
Tidak jarang mereka diamankan petugas keamanan di sana, selanjutnya dideportasi ke Indonesia.
Ot mengemukakan, imbauan kondisi cuaca juga disampaikan ke Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) sembilan kabupaten dan dua kota, termasuk para Bupati maupun Wali Kota.
Bila terjadi kondisi cuaca ekstrem, maka Kepala Kantor Kesyahbandaran dan Otoritas Pelabuhan (KSOP) Kelas 1 Ambon berwenang tidak memberikan izin berlayar, bahkan sekiranya dipandang perlu aktivitas pelayaran untuk sementara ditutup sambil menunggu laporan perkembangan cuaca terbaru.
"Para pengguna jasa transportasi juga hendaknya memaklumi bila terjadi penundaan dan keterlambatan jadwal keberangkatan kapal laut akibat faktor cuaca karena pertimbangan perlunya memprioritaskan keselamatan," tandas Ot.
COPYRIGHT © ANTARA News Ambon, Maluku 2019