Alfin Farhan Lestaluhu, bek kanan Timnas U-16 yang meninggal dunia akibat radang otak pada Kamis 31 Oktober 2019 adalah sosok pesepak bola muda yang memiliki disiplin tinggi dalam berlatih dan rajin beribadah.
Itu ingatan yang paling melekat dalam benak M. Jais Lestaluhu, pelatih Alfin Farhan Lestaluhu saat masih bergabung di klub Sekolah Sepak Bola (SSB) Maehanu sekitar tahun 2014 sampai dengan pertengahan 2018.
"Sebagai seorang pemain sepak bola, dia sangat profesional dan disiplin dalam berlatih, setiap ada jadwal latihan dia selalu datang tepat waktu," kata Jais mengenang sosok Alfin yang pernah dilatihnya.
Selain disiplin dalam berlatih di lapangan, dalam kenangan Jais, Alfin yang oleh teman-temannya dikenal tenang dan tak banyak bicara, juga sangat taat beribadah, tak pernah sekalipun ia meninggalkan shalat lima waktu.
"Dia itu anaknya tenang, sama teman-temannya dia jarang bicara. Dia juga sangat rajin shalat, lima waktu tidak pernah putus, kalaupun telat latihan saya tanya dia pasti bilang selesai shalat dulu bang," ucapnya.
Bek kanan Timnas U-16 yang baru genap berusia 16 tahun pada 1 September itu, kata Jais, mulai bergabung dengan SSB Maehanu ketika masih berusia sekitar 12 tahun dan mengenyam bangku pendidikan sekolah dasar.
Setelah empat tahun lebih menggembleng Alfin, Jais kemudian mengirimkan berkas pesepak bola muda itu ke Sekolah Khusus Olahragawan (SKO) Ragunan pada awal Mei 2018. Kesempatan meniti karir sebagai atlet nasional pun mulai terbuka lebar baginya.
Tahun 2019, Alfin dipercaya mengisi posisi bek kanan memperkuat skuad Timnas di kejuaraan Asean Football Federation (AFF) U-16 yang berlangsung pada Juli - Agustus. Dalam debut internasionalnya tersebut, Alfin dan tim menjadi juara tiga setelah mengalahkan Thailand.
Perjuangannya di laga internasional terus berlanjut hingga kualifikasi Piala Dunia U-16 2020, sumbangan satu gol dari Alfin saat melawan Filipina berhasil menempatkan tim Garuda Muda menjadi satu-satunya wakil dari Asia Tenggara yang maju ke turnamen tersebut.
"Saya kirim berkas-berkasnya ke Ragunan awal Ramadan tahun lalu, dia lolos seleksi sekitar pertengahan Ramadhan dan berangkat ke sana setelah lebaran. Saat di Ragunan ada sparing dengan Timnas dan langsung dipanggil untuk bergabung," ujar Jais.
Kabar meninggalnya Alfin, membuat Jais sangat terkejut. Ia mengaku masih sempat bertemu dengan mantan anak asuhnya itu pada akhir September 2019, saat Alfin sedang libur tiga hari dan pulang kampung ke Tulehu.
Meskipun tidak sempat mengobrol lama, Alfin yang diingatnya terlihat sangat sehat. Pemuda itu diketahui mulai merasakan sakit saat peristiwa gempa tektonik magnitudo 6,5 mengguncang Pulau Ambon dan sekitarnya pada 26 September 2019.
Sebelum akhirnya dibawa ke RS Harapan Jakarta, Alfin sempat menjalani perawatan kesehatan selama beberapa hari di RSUD dr. Umarella Tulehu, kemudian ditangani selama sepekan di RST Tk. II Prof dr JA Latumeten Ambon.
"Kami ketemu waktu dia libur kemarin, tapi tidak sempat mengobrol lama karena saat itu dia sedang jalan-jalan keliling sama bapaknya dengan sepeda motor. Saya juga kaget dengar dia meninggal, setahu saya dia pernah dirawat di RSUD sini lalu dirujuk ke RST," kenang Jais.
Mendiang Alfin Farhan Lestaluhu diketahui meninggal dunia karena menderita encephalitis atau radang otak. Jenazahnya akan dibawa dari Jakarta dan dimakamkan oleh keluarga di kampung halamannya di Tulehu usai shalat Jumat nanti.
COPYRIGHT © ANTARA News Ambon, Maluku 2019
Itu ingatan yang paling melekat dalam benak M. Jais Lestaluhu, pelatih Alfin Farhan Lestaluhu saat masih bergabung di klub Sekolah Sepak Bola (SSB) Maehanu sekitar tahun 2014 sampai dengan pertengahan 2018.
"Sebagai seorang pemain sepak bola, dia sangat profesional dan disiplin dalam berlatih, setiap ada jadwal latihan dia selalu datang tepat waktu," kata Jais mengenang sosok Alfin yang pernah dilatihnya.
Selain disiplin dalam berlatih di lapangan, dalam kenangan Jais, Alfin yang oleh teman-temannya dikenal tenang dan tak banyak bicara, juga sangat taat beribadah, tak pernah sekalipun ia meninggalkan shalat lima waktu.
"Dia itu anaknya tenang, sama teman-temannya dia jarang bicara. Dia juga sangat rajin shalat, lima waktu tidak pernah putus, kalaupun telat latihan saya tanya dia pasti bilang selesai shalat dulu bang," ucapnya.
Bek kanan Timnas U-16 yang baru genap berusia 16 tahun pada 1 September itu, kata Jais, mulai bergabung dengan SSB Maehanu ketika masih berusia sekitar 12 tahun dan mengenyam bangku pendidikan sekolah dasar.
Setelah empat tahun lebih menggembleng Alfin, Jais kemudian mengirimkan berkas pesepak bola muda itu ke Sekolah Khusus Olahragawan (SKO) Ragunan pada awal Mei 2018. Kesempatan meniti karir sebagai atlet nasional pun mulai terbuka lebar baginya.
Tahun 2019, Alfin dipercaya mengisi posisi bek kanan memperkuat skuad Timnas di kejuaraan Asean Football Federation (AFF) U-16 yang berlangsung pada Juli - Agustus. Dalam debut internasionalnya tersebut, Alfin dan tim menjadi juara tiga setelah mengalahkan Thailand.
Perjuangannya di laga internasional terus berlanjut hingga kualifikasi Piala Dunia U-16 2020, sumbangan satu gol dari Alfin saat melawan Filipina berhasil menempatkan tim Garuda Muda menjadi satu-satunya wakil dari Asia Tenggara yang maju ke turnamen tersebut.
"Saya kirim berkas-berkasnya ke Ragunan awal Ramadan tahun lalu, dia lolos seleksi sekitar pertengahan Ramadhan dan berangkat ke sana setelah lebaran. Saat di Ragunan ada sparing dengan Timnas dan langsung dipanggil untuk bergabung," ujar Jais.
Kabar meninggalnya Alfin, membuat Jais sangat terkejut. Ia mengaku masih sempat bertemu dengan mantan anak asuhnya itu pada akhir September 2019, saat Alfin sedang libur tiga hari dan pulang kampung ke Tulehu.
Meskipun tidak sempat mengobrol lama, Alfin yang diingatnya terlihat sangat sehat. Pemuda itu diketahui mulai merasakan sakit saat peristiwa gempa tektonik magnitudo 6,5 mengguncang Pulau Ambon dan sekitarnya pada 26 September 2019.
Sebelum akhirnya dibawa ke RS Harapan Jakarta, Alfin sempat menjalani perawatan kesehatan selama beberapa hari di RSUD dr. Umarella Tulehu, kemudian ditangani selama sepekan di RST Tk. II Prof dr JA Latumeten Ambon.
"Kami ketemu waktu dia libur kemarin, tapi tidak sempat mengobrol lama karena saat itu dia sedang jalan-jalan keliling sama bapaknya dengan sepeda motor. Saya juga kaget dengar dia meninggal, setahu saya dia pernah dirawat di RSUD sini lalu dirujuk ke RST," kenang Jais.
Mendiang Alfin Farhan Lestaluhu diketahui meninggal dunia karena menderita encephalitis atau radang otak. Jenazahnya akan dibawa dari Jakarta dan dimakamkan oleh keluarga di kampung halamannya di Tulehu usai shalat Jumat nanti.
COPYRIGHT © ANTARA News Ambon, Maluku 2019