Sedikit 300-an warga yang bermukim pada dua desa di dua kecamatan, kabupaten Pulau Buru terdampak bencana air pasang yang terjadi pada Senin, (2/12) malam sekitar pukul 20:00 WIT.

"Lebih dari 300-an warga pada dua desa di kecamatan Airbuaya dan Fena Laisela terdampak bencana air pasang," Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) kabupaten Buru Hadi Zulkarnaen, saat dikonfirmasi dari Ambon, Kamis.

Berdasarkan hasil pendataan sebanyak 105 jiwa warga Desa Bara, Kecamatan Airbuaya terdampak bencana alam tersebut, di mana empat unit rumah rusak berat dan satu lainnya rusak ringan.

Sedangkan di Dusun Siompo, Desa Wamlana, kecamatan Fena Laisela sekitar 200-an jiwa warga terdampak dan empat unit rumah rusak berat.

"Hasil inventarisasi puluhan rumah warga di dua desa tersebut yang terdampak, karena air laut yang pasang masuk ke dalam rumah-rumah mereka, tetapi yang rusak sangat sedikit," katanya.

Menurutnya, rumah yang mengalami rusak berat umumnya bertipe rumah sangat sederhana dengan konstruksi terbuat dari papan, sehingga saat diterjang air laut yang pasang, dindingnya langsung terlepas dan roboh.

Sedangkan warga yang mengungsi tercatat di Desa Bara hanya tiga hingga empat kepala keluarga (KK) dengan jumlah jiwa 20 orang. "Kebanyakan satu rumah dihuni lima hingga enam orang. Mereka mengungsi di rumah keluarga yang aman," katanya.

Warga Desa Bara yang rumahnya rusak, mengamankan barang-barang mereka di balai desa setempat.

Kebanyakan warga di dua desa tersebut masih merasa trauma dan takut akan bencana susulan, sehingga saat malam hari terpaksa tidur di depan atau halaman rumah masing-masing atau di rumah keluarga dan tempat ketinggian yang dianggap lebih aman.

Hadi yang turun langsung ke lokasi sehari setelah bencana, mengaku talud penahan pantai sepanjang 100-150 meter di Dusun Siompo rusak berat dan ambruk akibat bencana banjir rob tersebut.

"Ke depan pemkab harus membangun talud baru yang lebih tinggi, karena menurut penuturan warga daerah mereka menjadi langganan bencana air pasang setiap tahun," katanya.

Sejauh ini bantuan tanggap darurat sudah disalurkan kepada warga terdampak dan mampu memenuhi kebutuhan mereka hingga satu minggu ke depan.

Sejumlah pihak telah menyalurkan bantuan kepada para korban terdampak bencana diantaranya Polres Pulau Buru, Dinas Sosial serta BPBD setempat berupa berupa kebutuhan pokok dan obat-obatan serta air mineral.

"Dinas kesehatan juga telah menurunkan tim medis untuk melakukan pengobatan kepada pengungsi serta warga terdampak di dua desa tersebut," ujarnya.

Hadi menambahkan, pihaknya juga telah menyiapkan terpal yang dibutuhkan untuk membuat tenda darurat, tetapi warga lebih memilih tinggal di rumah tetangga.

Data Stasiun Meteorologi Pattimura BMKG Ambon, terjadinya kenaikan muka air laut (storm surge) di Desa Bara dan Dusun Siompo, Kabupaten Buru, Provinsi Maluku pada 2 Desember 2019 pukul 03.00 dan 20.00 WIT dipengaruhi siklon tropis Kammuri di Filipina.

"Storm surge terjadi karena siklon tropis, badai besar atau sering disebut topan yang menyebabkan angin yang kuat dan terdorong ke daerah pesisir," katanya Kepala Stasiun Meteorologi Pattimura Oral Sem Wilar.

Angin tersebut, memaksakan permukaan air laut ke daerah pesisir pantai sehingga menyebabkan banjir atau pasang air laut.

"Storm surge sangat berbahaya bagi masyarakat yang mendiami daerah pesisir," kata Oral Sem Wilar.

Sedangkan Kepala Bidang Kesiapsiagaan BPBD Provinsi Maluku, John Hursepuny, menyatakan, storm surge di Kabupaten Buru tidak ada kaitannya dengan guncangan gempa di daerah ini, menyusul peristiwa awal pada 26 September 2019.

Pewarta: Jimmy Ayal

Editor : Lexy Sariwating


COPYRIGHT © ANTARA News Ambon, Maluku 2019