Pemerintah AS melalui Lembaga Pembangunan Internasional Amerika Serikat (United States Agency for International Development- USAID) secara resmi mengakhiri proyek Adaptasi Perubahan Iklim dan Ketangguhan (APIK) yang telah dilaksanakan di Maluku sejak tahun 2016.

Penutupan program APIK dihadiri Chief of Party USAID APIK Paul Jeffery dan Direktur Kantor Lingkungan USAID Matthew Burton, Pelaksana Tugas (Plt) Kepala Dinas Lingkungan Hidup Maluku, Roy Siauta mewakili Gubernur Maluku serta perwakilan Pemerintah kabupaten Maluku Tengah, Kepulauan Aru dan Kota Ambon, di Ambon, Kamis.

Penutupan program juga diisi dengan penyampaian capaian program, diskusi pembelajaran dan keberlanjutan upaya membangun ketangguhan bersama perwakilan pemerintah dan masyarakat.

Paul Jeffery memberikan apresiasinya kepada Pemprov Maluku atas upaya dan kerja sama yang telah dibangun sejak tahun 2016 untuk membangun ketangguhan terhadap dampak iklim.

Paul juga menyampaikan terima kasih kepada Pemprov Maluku, Kota Ambon, Pemkab kabupaten Maluku Tengah dan Kepulauan Aru, serta mitra lain termasuk LSM, pihak swasta dan kelompok masyarakat yg telah bahu membahu mengurangi risiko iklim di Maluku.

Menurut Paul, di Maluku perubahan iklim berdampak mengancam mata pencaharian dan mengubah pola kerja masyarakat, yakni dari nelayan menjadi petani dan dari pekerjaan di pedesaan ke perkotaan.

Geografis Maluku yang terdiri dari 1.340 pulau dan 93 persen merupakan lautan serta relatif terpencil, merupakan tantangan utama dalam membangun kesiapsiagaan terhadap bencana.

Dalam konteks pulau kecil Maluku memiliki kerentanan terhadap gelombang tinggi dan abrasi yang mengancam kehidupan masyarakat pesisir. Maluku juga dikenal sebagai pulau rempah-rempah karena produksi pala dan cengkihnya, akan tetapi produktivitas komoditas ini sempat terdampak oleh fenomena El Nino dan La Nina.

Direktur Kantor Lingkungan USAID, Matthew Burton, mengatakan, program APIK yang dilakukan sejak tahun 2016 dilaksanakan dalam rangka perayaan 70 tahun hubungan diplomatik antara Pemerintah AS dan Indonesia, dan di Maluku APIK telah menjadi contoh investasi jangka panjang Pemerintah AS dalam mendukung penghidupan masyarakat di Indonesia.

"USAID dan mitra-mitra kami di Maluku melihat adanya dampak dan manfaat yang nyata, sekaligus menunjukkan komitmen dalam membangun ketangguhan dan kemandirian masyarakat," ujar Matthew.

USAID selama tiga tahun terakhir telah melakukan beragam kajian kerentanan bersama-sama dengan pemerintah daerah, akademisi, organisasi masyarakat sipil, dan masyarakat di Maluku untuk menghasilkan rencana aksi mitigasi dan adaptasi perubahan iklim.

Rekomendasi rencana aksi yang muncul dari kajian tersebut juga telah ditindaklanjuti oleh pemerintah setempat dengan menginvestasikan anggaran ke bidang adaptasi perubahan iklim dan pengurangan risiko bencana.
Sejumlah perwakilan masyarakat dan LSM menyampaikan capaian program pada diskusi akhir program Adaptasi Perubahan Iklim dan Ketangguhan (APIK), di Ambon, Kamis (5/12). USAID mengakhiri program APIK yang telah dilaksanakan di Maluku sejak tahun 2016 yang merupakan bagian perayaan 70 tahun hubungan diplomatik antara Pemerintah AS dan Indonesia. (FOTO : USAID - APIK)

Regional Manager USAID-APIK di Maluku Wily Wicaksono memaparkan perjalanan APIK sejak 2016-2019 di provinsi, kabupaten/kota hingga desa, diantaranya pengarusutamaan isu adaptasi perubahan iklim (API) dan pengurangan risiko bencana (PRB) ke dalam kebijakan serta melakukan 41 aksi di lapangan dengan lebih dari 20.000 penerima manfaat.

Di tingkat tapak, USAID-APIK telah bekerja sama dengan masyarakat dalam berbagai aksi ketangguhan seperti pemulihan lingkungan pesisir dan penguatan kearifan lokal seperti "Nanaku dan Sasi" untuk praktik pertanian dan perikanan yang lebih sadar iklim dan cuaca.

Sebagai contoh, lembaga tersebut memfasilitasi pemasangan layar informasi cuaca di Negeri Haruku dan Wassu Pulau Haruku serta Negeri Ameth, Pulau Nusalaut Kabupaten Maluku Tengah, sehingga masyarakat dapat mengakses informasi cuaca dan iklim yang lebih akurat dan aktual untuk aktivitas bertani dan melaut.

USAID akan melanjutkan kolaborasi dengan Indonesia dalam bidang ketangguhan bencana melalui programnya yang lain, termasuk melalui USAID Office of Foreign Disaster Assistance.

Sedangkan Plt Kepala Dinas Lingkungan Hidup Maluku Roy Siauta atas nama Pemprov Maluku mengapresiasi kontribusi USAID melalui program APIK turut berdampak membangun ketangguhan masyarakat di Kota Ambon, Maluku Tengah dan Kepulauan Aru terhadap perubahan iklim dan risikonya.

Sebagai provinsi berciri Kepulauan yang didominasi oleh pulau-pulau kecil, Maluku rentan terhadap ancaman perubahan iklim.

"Pemprov Maluku telah berkomitmen menjadikan isu perubahan iklim dan bencana sebagai bagian terpenting dalam rencana pembangunan jangka menengah daerah (RPJMD) Provinsi tahun 2019-2024," ujarnya.

Program tersebut diharapkan dapat direplikasi baik oleh pemerintah Kota Ambon, Maluku Tengah dan Kepulauan Aru, maupun di daerah lainnya di Maluku sehingga manfaatnya dapat dirasakan di tahun-tahun mendatang.

Pewarta: Jimmy Ayal

Editor : Lexy Sariwating


COPYRIGHT © ANTARA News Ambon, Maluku 2019