Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Wilayah Provinsi Maluku Utara (Malut) terus menggalang donasi guna memenuhi ketersediaan alat pelindung diri (APD) bagi tenaga medis dan paramedis dalam penanganan pasien yang terjangkit COVID-19 di daerah ini.
"Kami menggalang donasi karena saat ini Orang Dalam Pengawasan (OPD) belum diisolasi dan tidak disediakan APD memadai bagi tenaga kesehatan untuk penanganan pasien COVID-19," kata Ketua IDI Malut dr Alwiah Assagaf di Ternate, Minggu.
Atas kondisi tersebut, katanya, dibutuhkan dukungan masyarakat dalam pencegahan COVID-19, apalagi APD sangat terbatas.
Karena itu, katanya, IDI Malut terus membuka donasi dengan tujuan untuk menyebarkan informasi ke masyarakat dan penyediaan APD bagi petugas medis dalam penanganan pasien COVID-19.
Alwiah menyatakan dana penggalangan donasi itu akan digunakan untuk kebutuhan para tenaga medis. Saat ini IDI bekerja sama dengan Dinkes Malut dalam penyediaan APD.
Ia menekankan bahwa seharusnya ada kontribusi pemerintah kabupaten/kota dalam penyediaan APD, terutama di ruang isolasi pasien COVID-19.
Dia mengakui, IDI Malut bersama Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) Malut terus menjaga anggotanya sebagai bentuk tanggung jawab organisasi.
"Apalagi perkembangan virus COVID-19 sangat ganas maka APD bagi petugas kesehatan sangat penting, sehingga pemerintah daerah harusnya menyediakan kebutuhan APD, meskipun saat ini sangat sulit diperoleh karena seluruh dunia sangat membutuhkan," katanya.
Ditegaskannya bahwa tenaga medis dan paramedis diwajibkan dibekali dengan APD memadai dalam penanganan COVID-19, sebab satu pasien positif minimal ditangani tim medis yang membutuhkan 14 APD sekali pakai.
"Selain itu, IDI akan berupaya agar distribusi APD bagi tenaga medis akan disalurkan ke rumah sakit umum dan puskesmas dalam penanganan pasien COVID-19," kata Alwiah saat didampingi Ketua DPW Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) Malut, Hi Muchlis Jailani.
Ia mengatakan dengan ketersediaan sebanyak 300 dokter umum di Malut bisa membantu menangani pasien COVID-19 dan mereka ada yang mau mendaftar menjadi tim relawan bersama perawat Malut sebanyak 6.000 orang lebih, dan khusus Kota Ternate mencapai 2.000 orang lebih.
Pihaknya meminta kepada warga di sekitar SKB maupun BLK itu tidak perlu khawatir soal lokasi karantina pasien COVID-19 pascapenanganan di RSUD Chasan Boeserie Ternate.
Terkait orang yang terdampak COVID-19 sangat rawan menularkan di kerumunan, Alwiah mengimbau warga menjaga jarak minimal satu meter dalam "physical distancing" sebab penyebaran virus ini sangat cepat dan masa inkubasi 14 hari yang harus dipatuhi.
Sementara itu, Kadis Kesehatan Pemprov Malut dr Idhar Sidi Umar menyatakan kebutuhan APD, alat kesehatan dan pemeriksaan akan disediakan untuk didistribusi ke seluruh RSUD gunak digunakan dalam penanganan pasien COVID-19.
Selain itu, Dinkes akan menyiapkan poster, leaflet, banner serta menyampaikan informasi ke publik terkait sosialisasi dalam pencegahan virus COVID-19 agar tidak terinfeksi virus itu, terutama bagaimana mengantisipasi dan pencegahannya.
Untuk itu, masyarakat harus mengurangi ke luar rumah dan menjaga jarak saat berkomunikasi dengan siapapun, karena hal ini merupakan bagian dari upaya pencegahan virus COVID-19 di Malut, karena dikhawatirkan banyaknya pasien mengakibatkan petugas media mengalami kewalahan.
Sebelumnya, Dinkes mengusulkan anggaran penanganan COVID-19 sebesar Rp5 miliar dan saat ini telah dicairkan Rp2 miliar untuk menyiapkan fasilitas maupun kebutuhan APD bagi tenaga medis.
COPYRIGHT © ANTARA News Ambon, Maluku 2020
"Kami menggalang donasi karena saat ini Orang Dalam Pengawasan (OPD) belum diisolasi dan tidak disediakan APD memadai bagi tenaga kesehatan untuk penanganan pasien COVID-19," kata Ketua IDI Malut dr Alwiah Assagaf di Ternate, Minggu.
Atas kondisi tersebut, katanya, dibutuhkan dukungan masyarakat dalam pencegahan COVID-19, apalagi APD sangat terbatas.
Karena itu, katanya, IDI Malut terus membuka donasi dengan tujuan untuk menyebarkan informasi ke masyarakat dan penyediaan APD bagi petugas medis dalam penanganan pasien COVID-19.
Alwiah menyatakan dana penggalangan donasi itu akan digunakan untuk kebutuhan para tenaga medis. Saat ini IDI bekerja sama dengan Dinkes Malut dalam penyediaan APD.
Ia menekankan bahwa seharusnya ada kontribusi pemerintah kabupaten/kota dalam penyediaan APD, terutama di ruang isolasi pasien COVID-19.
Dia mengakui, IDI Malut bersama Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) Malut terus menjaga anggotanya sebagai bentuk tanggung jawab organisasi.
"Apalagi perkembangan virus COVID-19 sangat ganas maka APD bagi petugas kesehatan sangat penting, sehingga pemerintah daerah harusnya menyediakan kebutuhan APD, meskipun saat ini sangat sulit diperoleh karena seluruh dunia sangat membutuhkan," katanya.
Ditegaskannya bahwa tenaga medis dan paramedis diwajibkan dibekali dengan APD memadai dalam penanganan COVID-19, sebab satu pasien positif minimal ditangani tim medis yang membutuhkan 14 APD sekali pakai.
"Selain itu, IDI akan berupaya agar distribusi APD bagi tenaga medis akan disalurkan ke rumah sakit umum dan puskesmas dalam penanganan pasien COVID-19," kata Alwiah saat didampingi Ketua DPW Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) Malut, Hi Muchlis Jailani.
Ia mengatakan dengan ketersediaan sebanyak 300 dokter umum di Malut bisa membantu menangani pasien COVID-19 dan mereka ada yang mau mendaftar menjadi tim relawan bersama perawat Malut sebanyak 6.000 orang lebih, dan khusus Kota Ternate mencapai 2.000 orang lebih.
Pihaknya meminta kepada warga di sekitar SKB maupun BLK itu tidak perlu khawatir soal lokasi karantina pasien COVID-19 pascapenanganan di RSUD Chasan Boeserie Ternate.
Terkait orang yang terdampak COVID-19 sangat rawan menularkan di kerumunan, Alwiah mengimbau warga menjaga jarak minimal satu meter dalam "physical distancing" sebab penyebaran virus ini sangat cepat dan masa inkubasi 14 hari yang harus dipatuhi.
Sementara itu, Kadis Kesehatan Pemprov Malut dr Idhar Sidi Umar menyatakan kebutuhan APD, alat kesehatan dan pemeriksaan akan disediakan untuk didistribusi ke seluruh RSUD gunak digunakan dalam penanganan pasien COVID-19.
Selain itu, Dinkes akan menyiapkan poster, leaflet, banner serta menyampaikan informasi ke publik terkait sosialisasi dalam pencegahan virus COVID-19 agar tidak terinfeksi virus itu, terutama bagaimana mengantisipasi dan pencegahannya.
Untuk itu, masyarakat harus mengurangi ke luar rumah dan menjaga jarak saat berkomunikasi dengan siapapun, karena hal ini merupakan bagian dari upaya pencegahan virus COVID-19 di Malut, karena dikhawatirkan banyaknya pasien mengakibatkan petugas media mengalami kewalahan.
Sebelumnya, Dinkes mengusulkan anggaran penanganan COVID-19 sebesar Rp5 miliar dan saat ini telah dicairkan Rp2 miliar untuk menyiapkan fasilitas maupun kebutuhan APD bagi tenaga medis.
COPYRIGHT © ANTARA News Ambon, Maluku 2020