Kapolda Maluku Irjen Pol Baharudin Djafar kembali mengingatkan pelaksanaan shalat Idul Fitri 1441 Hijriah sebaiknya tetap dilaksanakan di rumah sebagai salah satu upaya dalam pencegahan penyebaran virus corona.

"Pemerintah dan TNI-Polri mengimbau masyarakat terkait pelaksanaan hari raya Idul Fitri 1441 H sebaiknya dilaksanakan di rumah masing-masing, namun jika ada yang melaksanakannya di masjid maka harus memperhatikan protokol kesehatan," kata kapolda di Ambon, Jumat.

Imbauan kapolda disampaikan saat mengikuti dialog interaktif yang membahas tentang toleransi umat beragama menjelang perayaan hari raya Idul Fitri 1441 H di tengah pandemi COVID-19.

Kapolda juga menilai masyarakat Maluku perlu menjadi contoh karena ada berbagai hal serta kelebihan yang dimiliki antara lain soal toleransi.

Menurut jenderal polisi bintang dua ini, Maluku punya masa lalu yang sangat luar bisa menjadi contoh dan teladan bagi masyarakat di daerah lain.

"Ada hal-hal di masala lalu berupa kelompok-kelompok tertentu yang memanfaatkan keadaan, dan kita selaku pimpinan di daerah harus menjadi contoh serta teladan bagi karakteristik masyarakat Maluku," tandasnya.

Kapolda juga membahas cara memerangi berita-berita yang sifatnya Hoax, dimana tips untuk memerangi hoax apabila menerima informasi terutama lewat telepon genggam.

"Kita harus mempertanyakan dahulu bagi orang tertentu atau yang berwajib biar berita itu tidak tersebar kemana-mana," pesan Kapolda.

Ketua MUI Provinsi Maluku Dr. KH. Abdullah Latuapo, mengatakan, umat muslim punya kebiasaan saling bersilahturahmi dan saling memaafkan satu sama lain, apa lagi hari raya seperti ini sangat memerlukan adanya saling berdampingan satu sama lain.

"Tetapi dengan situasi dan kondisi seperti kami harus saling memaklumi dan mengikuti arahan dari pemerintah serta fatwa yang sudah ada dari MUI," Katanya.

MUI juga mengimbau masyarakat muslim di kota Ambon dan di Maluku agar pelaksanaan ibadah di bulan suci Ramadan sampai dengan shalat Idul Fitri serta pelaksanan malam takbiran sebaikanya di Masjid saja dan pelaksanaan konfoi ditidakan.

"Kita selaku tokoh agama sudah mengimbau jamaah atau masyarakat untuk menyadari dan mendengarkan setiap berita yang didapati karena ada oknum dan kelompok tertentu yang memanfaatkan keadaan agar Maluku ini tidak aman," ujarnya.

Ketua Sinode Provinsi Maluku Pendeta A.J.S. Werinussa,M.Si, mengatakan, hal dan kondisi seperti ini mengajar masyarakat untuk kebersamaan dan menjalin kelangsungan hidup antar umat beragama.

"COVID-19 ini sangat memperkuat tali persaudaraan untuk kita selalu menyatukan hati kita, untuk saling menopang dan membantu satu sama lain," ujarnya.

Dikatakan, hoax ini sebenarnya lebih berbahaya dari pada COVID-19 karena kebohongan itu tidak punya protokolernya, tetapi COVID-19 ini punya protokoler.

"Kami mengimbau masyarakat untuk harus mencerna dengan baik setiap berita yang di terbitkan lewat media cetak mau pun media elektronik, atau apa yang menjadi saran dari pemerintah," harapnya.

Sementara Uskup Diosis Amboina, Mgr Petrus Canisius Mandagi, juga mengatakan, COVID-19 adalah sesuatu yang jahat karena sudah menyusahkan umat manusia.

Tetapi COVID-19 juga mengajar manusia yang jahat untuk harus berubah, untuk harus berdisiplin dalam melaksanakan kehidupan kemanusiaan.

"Kami sangat berterimakasih kepada umat muslim yang sudah mengajar dan menyadari kita tentang perubahan dalam hidup dan iman dalam hal berpuasa," kata Uskup.

Dalam menghadapi pandemi ini walaupun berjauhan fisik namun harus berdekatan di hati.

"Sementara Untuk menghadapi hoaks, saya mau menyampaikan bahwa hoax itu akan tetap ada karena kejahatan manusia sendiri, tetapi Tuhan memberikan nalar pikiran kita untuk menyaring informasi mau pun berita yang kita dengar," jelas Uskup.


 

Pewarta: Daniel Leonard

Editor : Lexy Sariwating


COPYRIGHT © ANTARA News Ambon, Maluku 2020