Wali kota Ambon Richard Louhenapessy memaparkan ketangguhan ibu kota provinsi Maluku itu dalam menghadapi bencana alam maupun bencana non alam, dalam diskusi terkait peringatan bulan Pengurangan Risiko Bencana (PRB), di Lorin Hotel, Sentul Bogor, Jawa Barat, Senin.

Wali Kota memaparkan kesiapan Kota Ambon menghadapi bencana baik bencana sosial, bencana alam berupa banjir, tanah longsor, gempa maupun pandemi COVID-19.

Ambon, kata Richard, pada 21 tahun lalu bisa dikatakan sebagai kota mati akibat kondisi konflik sosial, tetapi berkat kearifan lokal yang dimiliki masyarakat, kondisinya saat ini berubah total, dan malah mendapat predikat kota dengan tingkat toleransi antar agama terbaik di Indonesia.

Terkait bencana alam, Ambon juga tercatat mampu melakukan relokasi tanpa masalah terhadap warga yang rumahnya rusak akibat tanah longsor dan pergerakan tanah beberapa tahun lalu di wilayah Kelurahan Batu Gajah.

Terkait sosialisasi bencana alam, Pemkot Ambon menerapkan pendekatan pentahelix, sehingga mampu terdistribusi dengan baik ke masyarakat. Keterlibatan para camat, kepala desa/lurah, ketua RW dan ketua RT untuk menyampaikan informasi ke masyarakat dinilai sangat mempan (efektif).

Selain itu, penggunaan teknologi infomasi yang dilakukan BPBD Kota Ambon dengan menampilkan peringatan-peringatan saat musim penghujan juga peringatan cepat BMKG terkait gempa, sangat membantu masyarakat dalam mempersiapkan diri menghadapi bencana.

"Selain itu penyiapan kampung tangguh bencana juga merupakan bagian dalam penyiapan warga dalam menghadapi setiap bencana yang mungkin saja terjadi, pada situasi dan kondisi apapun," kata Richard.

Dalam situasi pandemi COVID-19, Pemkot Ambon juga menyiapkan fasilitas rumah sakit darurat untuk menampung pasien, selain menyewa beberapa hotel bintang tiga dan juga balai diklat.

"Kekurangan kita adalah tidak memiliki rumah sakit kota. Makanya, kita harus mengambil kebijakan untuk menyelamatkan warga dari pandemi ini dengan menyewa hotel," ujarnya.

Diakuinya, Ambon masih berada di zona merah, dan ini bisa dipahami karena kota ini adalah episentrum pergerakan orang dan aktivitas ekonomi di Maluku. 

"’Saya hadir di sini juga bagian dari kesiapan Maluku yang mestinya menjadi tuan rumah peringatan bulan pengurangan risiko bencana. Pak Gubernur Maluku sebenarnya siap kalau Maluku menjadi tuan rumah, ya cuma karena kondisi, kita juga harus memakluminya,’’ tandas Richard.

Deputi Bidang Pencegahan Badan Nasional Penanggulanan Bencana (BNPB), Lilik Kurniawan menyampaikan, empat daerah yang kali ini dipilih pihaknya adalah representasi daerah, baik provinsi maupun kabupaten/kota yang dinilai tangguh dalam menghadapi bencana, baik alam maupun non alam.

"Penting kegiatan ini kami laksanakan, agar semua daerah di Indonesia, siap dan tangguh hadapi bencana," katanya.

Kurniawan menyatakan, kegiatan ini, mestinya dilaksanakan di Maluku dan Kota Ambon menjadi tuan rumah, namun karena kondisi pandemi ini, maka BNPB mengalihkannya ke Jakarta dalam penyelenggaraan yang terbatas.
 

Pewarta: Penina Fiolana Mayaut

Editor : John Nikita S


COPYRIGHT © ANTARA News Ambon, Maluku 2020