Tradisi adat "pukul sapu" di Desa Mamala dan Morela, Kecamatan Leihitu, Pulau Ambon, Kabupaten Maluku Tengah, untuk kedua kalinya dilakukan secara tertutup tanpa menghadirkan wisatawan domestik maupun mancanegara akibat pandemi COVID-19.

"Kegiatan adat yang berlangsung setiap 7 Syawal atau tujuh hari setelah perayaan Idul Fitri ini terpaksa tidak dibuka untuk umum akibat virus corona," kata Kapolsek Leihitu, Iptu Julkisno Kaisupy, di Ambon, Rabu.

Meski pun tertutup untuk umum, tetapi prosesi adat secara internal tetap berjalan normal hingga pelaksanaan kegiatan pukul sapu di depan balai desa akan dilangsungkan pada Kamis (20/5).

Menurut dia, jumlah peserta dalam kegiatan ritual adat ini juga dibatasi dan tidak sebanyak yang seperti biasanya dilangsungkan selama ini.

"Karena dinyatakan tertutup untuk umum, maka aparat kepolisian dari Polsek Leihitu dibantu TNI akan melakukan pengamanan selama prosesi adat hingga kegiatan pukul sapu berlangsung," ujar Kapolsek.

Pengamanan ini dimaksudkan agar tidak ada warga dari luar yang datang dalam jumlah besar sehingga pencegahan penyebaran virus corona sejak dini tetap bisa dilakukan oleh Polri bersama TNI.

Terkait kondisi cuaca ekstrem yang terjadi saat ini, Kapolsek mengimbau warga Leihitu untuk selalu waspada terhadap ancaman bencana banjir dan tanah longsor atau putusnya jembatan akibat curah hujan yang tinggi.

"Sejauh ini situasinya aman terkendali dan tidak ada bencana alam. Namun,  kita harus tetap mewaspadai cuaca buruk yang terjadi saat ini," tandas Kapolsek.

Pewarta: Daniel Leonard

Editor : Lexy Sariwating


COPYRIGHT © ANTARA News Ambon, Maluku 2021