Stasiun Karantina Ikan, Pengendalian Mutu, dan Keamanan Hasil Perikanan (SKIPM) Provinsi Aceh membantu proses ekspor produk olahan ikan tuna beku (frozen tuna) dalam bentuk irisan seberat dua ton ke Jepang.

"Produk tuna ini diekspor PT Yakin Pasifik Tuna. Sebelum diberangkatkan ke Jepang, tuna tersebut telah diuji kelayakannya di laboratorium," kata Kepala SKIPM Aceh Diky Agung Setiawan, di Banda Aceh, Jumat.

Diky mengatakan kualitas produk yang diekspor tersebut sangat baik dan sudah memenuhi syarat hingga layak disertifikasi dan diterima pasar di Jepang.

Baca juga: Wagub : Maluku harus jadi poros maritim Indonesia. Perlu direalisasikan

Kata Diky, sejauh ini permintaan produk perikanan Aceh di Jepang sangat besar. Namun, untuk mengekspor dalam jumlah besar ke negara itu masih terkendala pada kualitas hasil tangkapan ikan di Aceh saat ini.

"Sebenarnya produk ini diminta sudah sejak Maret lalu, karena ada kendala nonteknis baru terkirim saat ini," ujarnya.

Diky menyampaikan sebelumnya SKIPM juga sudah mengekspor delapan ton produk tuna, namun melalui Pelabuhan Belawan.

Diky menuturkan di tengah pandemi COVID-19, pengiriman tuna sebanyak dua ton ini termasuk jumlah yang besar, berbeda dengan masa normal dulu, mungkin angka tersebut terbilang kecil.

Baca juga: Luhut tekankan pentingnya pembangunan infrastruktur di Maluku Utara. Begini penjelasannya

Diky mengungkapkan lintas perikanan Aceh pada tahun 2021 sedikit menurun, terutama lalu lintas domestik, apalagi selama ini cuaca di Aceh juga kurang mendukung.

"Januari-Maret ini kekurangan ikan, itu karena angin kencang sehingga nelayan tidak melaut, dan tangkapan sedikit. Tetapi alhamdulillah pada Mei lalau sudah banyak kembali," kata Diky.

Diky menambahkan sebenarnya masih banyak hasil perikanan lain di Aceh yang layak ekspor. Namun, pelaku usaha belum memiliki akses langsung keluar negeri untuk produk lain maka hanya dilakukan pengiriman domestik saja.

"Ada juga produk lobster yang mekanismenya ke domestik dulu seperti Jakarta, nanti baru pengusaha dari Jakarta yang kirim ke luar negeri, mungkin pengusaha Aceh belum punya akses buyer (pembeli) di luar negeri," demikian Diky.

Baca juga: Cuaca buruk harga ikan cakalang di Malut naik
Baca juga: DPRD Maluku perjuangkan izin uji mutu ikan kembali ke daerah

Pewarta: Rahmat Fajri

Editor : Febrianto Budi Anggoro


COPYRIGHT © ANTARA News Ambon, Maluku 2021