Ambon (ANTARA) - Petugas Balai Karantina Hewan, Ikan, dan Tumbuhan Maluku (BKHIT) Maluku melakukan penolakan terhadap total 30 kilogram daging sapi yang masuk ke Ambon tanpa sertifikat kesehatan.
"Daging sapi asal Makassar Sulawesi Selatan yang masuk ke kota Ambon dikembalikan ke daerah asal, karena tidak dilengkapi sertifikat kesehatan sehingga tidak dapat dipastikan keamanan produk," kata Kepala BKHIT Maluku Abdur Rohman, di Ambon, Selasa.
Ia mengatakan, penolakan dilakukan sesuai dengan amanat Undang- Undang nomor 21/2019 tentang KHIT.
Daging sapi yang tidak memiliki sertifikat resmi tidak dapat dipastikan keamanannya untuk dikonsumsi, karena dapat membawa agen penyakit dan risiko kesehatan yang berbahaya.
Tindakan penolakan daging sapi katanya, merupakan langkah nyata Karantina Maluku dalam mengedukasi masyarakat tentang pentingnya karantina, untuk mencegah penyebaran penyakit dan memastikan kualitas keamanan pangan di wilayah Maluku.
Ke depan, diharapkan masyarakat dapat lebih memahami dan mematuhi aturan karantina demi terjaminnya kesehatan pada produk yang akan diolah di masyarakat.
Partisipasi masyarakat untuk lapor karantina terhadap hewan, ikan, tumbuhan serta produk turunannya dari dan keluar Maluku sangat diharapkan untuk bersama menjaga Maluku bebas hama dan penyakit.
Pihaknya mengimbau masyarakat untuk melengkapi dokumen serta persyaratan pengiriman hewan dan tumbuhan sebagai salah satu kelengkapan yang harus dipenuhi sesuai peraturan perundang-undangan.
"Kami mengimbau agar lalu lintas pengiriman hewan maupun tumbuhan dari dan keluar Maluku dilengkapi persyaratan yang ditetapkan," ujarnya.
Ia menambahkan, pengiriman hewan maupun tumbuhan dari dan keluar Maluku harus melalui pintu-pintu yang telah ditetapkan oleh pemerintah pusat.
Kemudian hewan dan tumbuhan tersebut harus dilaporkan kepada petugas karantina untuk dilakukan proses karantina dan uji laboratorium kesehatan hewan maupun tumbuhan.
"Sebanyak 16 pintu masuk lalu lintas hewan ikan dan tumbuhan di Maluku memperketat pengawasan terhadap risiko masuk dan keluarnya penyakit pada komoditas tersebut," ujarnya.