Ambon, 20/5 (Antara Maluku) - Menteri Komunikasi dan Informatika (Kominfo) Rudiantara menyatakan, sejak proklamasi kemerdekaan, bangsa Indonesia telah berjanji dan berketetapan hati bahwa Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) adalah harga mati yang tidak dapat ditawar dalam kondisi dan keadaan apapun.
"NKRI adalah negara demokrasi berlandaskan ideologi Pancasila, yang menjunjung tinggi nilai-nilai agama dan adat istiadat yang hidup di tengah masyarakat," kata Menteri Rudiantara dalam sambutan tertulis yang dibacakan Asisten Kesejahteraan Sosial Setda Maluku, Udjir Halid, pada upacara Peringatan Hari Kebangkitan Nasional (Harkitnas) ke-108 Tahun 2016, di Ambon, Jumat.
Menurut menteri, wilayah NKRI terbentang luas dari Sabang hingga Merauke, terdiri dari 17.508 pulau, dihuni oleh penduduk sebanyak 254,9 juta jiwa dari 1.331 suku bangsa, 746 bahasa daerah, dengan garis pantai sepanjang 99.093 km persegi.
Kebangkitan nasional bangsa Indonesia diawali dari berdirinya Boedi Oetomo yang dipimpin oleh Dokter Wahidin Soedirohoesodo dan Dokter Soetomo, kemudian diteruskan oleh kaum muda pada 1928 yang melahirkan Sumpah Pemuda.
"Melalui perjuangan yang tak kenal lelah akhirnya kita dapat memproklamasikan kemerdekaan pada tanggal 17 Agustus 1945," katanya.
Dikatakannya, salah satu inspirasi yang bisa diserap dari berdirinya Boedi Uetomo sebagai sebuah organisasi modern pada tahun 1908 adalah munculnya sumber daya manusia Indonesia yang terdidik, memiliki jiwa nasionalisme kebangsaan, dan memiliki cita-cita serta melepaskan diri dari penjajahan.
"Dengan tampilnya sumber daya manusia yang unggul inilah semangat kebangkitan nasional dimulai," ujarnya.
Oleh karena itu, menjadi kewajiban seluruh komponen bangsa Indonesia secara konsisten untuk menjaga, melindungi dan memelihara tegaknya NKRI dari gangguan apapun, baik dari dalam maupun dari luar dengan cara menerapkan prinsip dan nilai-nilai nasionalisme dalam kehidupan sehari-hari.
"Komitmen terhadap NKRI sangat penting mengingat setelah sekian lama berdiri sebagai bangsa, ancaman dan tantangan akan keutuhan NKRI tidak selangkah pun surut. Bahkan melalui kemajuan teknologi digital, ancaman radikalisme dan terorisme misalnya, mendapatkan medium baru untuk penyebaran paham dan praktiknya," kata Menteri Rudiantara.
Selain itu, lanjutnya menghadapi permasalahan ketahanan bangsa secara kultural dengan munculnya kekerasan dan ponografi terutama yang terjadi pada generasi yang masih sangat belia, adalah satu dari beberapa permasalahan kultural utama bangsa yang akhir-akhir ini mengemuka dan memprihatinkan. Apalagi medium baru teknologi digital berperan penting dalam penyebaran informasi, baik positif maupun negatif, secara cepat dan massif.
Ketika berbicara tentang lanskap dunia dalam konteks teknologi digital, kata Rudiantara tentu menghadapi problem dengan kaburnya batas-batas fisik antara domestik dan internasional. Potensi pergaulan dan kerja sama saling menguntungkan akibat relasi dengan dunia internasional tumbuh makin intens, tetapi juga sekaligus makin rentan terhadap penyusupan ancaman terhadap keutuhan NKRI dari luar wilayah negeri ini.
"Tantangan-tantangan baru yang muncul di depan kita tersebut memiliki dua dimensi terpenting, yaitu kecepatan dan cakupan. Tentu kita tidak ingin kedodoran dalam menjaga NKRI akibat terlambat mengantisipasi kecepatan dan meluasnya anasir-anasir ancaman karena tak tahu bagaimana mangambil bersikap dalam konteks dunia yang sedang berubah ini," ujarnya.
Memandang penting tema Harkitnas tahun ini, yakni Mengukir Makna Kebangkitan Nasional Dengan Mewujudkan Indonesia Yang Bekerja Nyata, Mandiri dan Berkarakter, maka tantangan apapun yang dihadapi harus dijawab dengan memfokuskan diri pada kerja nyata secara mandiri dan berkarakter.
"Saya berpendapat bahwa ada penekanan pada dimensi internasional dalam tema tersebut. Kerja nyata kita, kemandirian kita, dan karakter kita semua terpusat pada pemahaman bahwa saat ini kita dihadapkan dalam kompetisi global," katanya.
Menkominfo: NKRI Harga Mati
Jumat, 20 Mei 2016 15:24 WIB